#khusus 17+. Bagian dewasanya lewat aja kalau belum cukup umur.
Welkom bek. Irgi kembali nih setelah hiatus cukup lama. Nggak tahu bakal lanjut apa kagak, gimana reaksi kalian saja. Kalau gak ada yang baca ya ... gitulah wkwk.
Saking marahnya aku sama Gery, aku langsung pulang saat itu juga jalan kaki. Ian teriak-teriak kayak orang gila memanggil namaku. Kukatakan padanya aku ingin BAB lalu dia pun berhenti teriak. Tapi aku takut nyasar jadi balik lagi.
"Kenapa nggak jadi?"
"Iya, Kang. Udah nggak mules lagi."
Kami berdua cari spot untuk ngerokok. Hanya Ian sebenarnya yang merokok. Aku cuma nemenin dia saja.
"Jangan kaget ya kalau si Gery gitu."
"Gitu gimana?"
"Ya kayak tadi. Jangan kaget juga jika pulang nanti dia bawa Siska ke kosan. Dia emang maniak sex. Awal-awal mungkin kosanmu aman karena kalian baru kenal, tapi nanti ketahuan deh sifat asli si Gery kayak gimana. Dasar nggak punya urat malu. Bahkan dulu pernah dia nge-sex di depan mata gue sendiri." Bukannya bagus ya? Aku jadi bisa nonton gratis. Siapa tahu bisa ikut gabung.
"Yuk cabut."
Aku mengangguk.
Di jalan gedung bahasa aku ketemu Satria. Ingin rasanya aku pergi, namun dia keburu mencegatku. "Aku tadi nyariin kamu."
"Mau apa?"
"Lah masih nanya. Ke kosanmu. Aku bingung nih," katanya.
"Waduh maaf ya. Aku harus pergi sekarang. Yuk, Kang."
Satria mengikutiku. "Minta line kamu. Buat nanya besok harus bawa apa saja." Daripada ribet, kukasih saja apa yang dia mau. "Thanks."
Kami melanjutkan perjalanan menuju gedung ... apa tadi? Aku lupa nama gedung tempat rapatnya. Nah gedung matematika! Eh salah.
Aku harus ikut karena nanti harus kembali menjelaskan isi rapat pada Gery. Jam 4 sore rapat selesai. Aku dan Ian kembali mencari Gery. Mereka masih ada di bangunan itu sedang bermesraan.
"Bang aku mau pulang," kataku. Mereka berdua menoleh.
"Siapa dia?" tanya tuh pecun. Ingin rasanya aku membakar rambutnya. Tapi tidak, deh. Aku nggak boleh jadi homo masa kini yang kebanyakan kurang ajar.
"Adek gue. Ian anter Adek gue dong pake motor. Gue masih ada urusan."
"Oke."
Ian mengantarku sampai kosan. Setelah itu dia langsung kembali, katanya ada yang perlu diurus. Aku mengedikkan bahu nggak peduli. Mending aku baca novel sambil dengerin musik. Pasti asik tuh. Tapi baru juga aku memasang headset, mataku tiba-tiba fokus menatap kancut berwarna hijau tua di tumpukan baju kotor Gery.
Tahu-tahu, aku sudah ada di sana dengan dada bergemuruh. Ini kakiku gerak sendiri ya!
Bau kancutnya kayak gimana ya? Daripada penasaran, aku hirup dalam-dalam dengan mata terpejam. Ini kali pertama aku melakukan hal gila macam ini. Rasanya enak sekali. Enak di sini bukan baunya wangi atau rasanya manis. Nggak, bukan itu. Tapi, enak karena bau kejantanan Gery langsung menyeruak menusuk hidungku. Kancutnya bau, tapi bikin hatiku belingsatan nggak karuan. Sial! Kancutnya bagai candu.
Aku ambil kancut Gery lalu kubawa ke tempat tidur. Lalu apa yang kulakukan dengan kancut itu? Hmm enaknya diapain ya? Sialan. Sejak kapan aku jadi tidak bermoral seperti ini? Mending kulempar lagi ke tempat semula. Hii jangan sampai deh aku gila beneran.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRGI [MxM] [Tamat]
RomanceIni cerita gue tentang asam manisnya menyukai pria straight. Ya, tentang gue yang secara tak sengaja sharing kamar karena preman itu mengeluh biaya kosnya mahal sekali. Dialah Gery, pejantan straight yang sejujurnya telah membuat gue nyaris bunuh di...