Sepuluh

20.1K 1.1K 99
                                        

Bab sebelumnya sandal Irgi copot terus Gery ngedendong Irgi buat cari makanan.

Aneh gak sih kalau aku sempat kepikiran ingin menggagahi pantat Gery yang bulat, sekal dan montok itu? Pasti nikmat. Sambil menggagahi pantatnya, kucium bibirnya dan kuremas dada bidangnya.

Gawatnya, gara-gara aku berpikiran mesum kayak gitu, aku jadi selalu menatap pantat Gery di mana pun kami berada.

"Dek makan buburnya di sini aja," katanya.

"Terus temenmu yang lain?"

"Dibungkus aja."

Gery bangkit menghampiri tukang bubur sementara aku memperhatikannya dari belakang. Gila! Hanya beberapa cm jarak di antara kami dan aku bisa melihat melihat dengan jelas betapa seksi pantat miliknya.

Aku memang pure top. Rasanya aneh aja kalau aku ditusuk sementara pantatku kan kecil, pasti sakitnya bukan main. Tapi untunglah aku diberi pusaka yang sangat besar, bahkan bisa menyaingi Gery. Mungkin sudah menjadi takdirku untuk membobol gawang para pria kali ya.

"Bang," kataku. Gery balik badan. "Makasih."

Dia tertawa keras. "Aneh lu. Yang ada gue yang harusnya berterima kasih."

Makasih udah punya pantat montok, lanjutku dalam hati.

***

Aku ngerasa aneh hari ini. Satria maksa banget ingin mampir ke rumahku dengan seribu alasan palsu. Aku yakin tujuannya cuma untuk bertemu Gery atau ingin tahu di mana kosanku supaya dia bisa main dengan seenak jidat dia setiap hari.

"Gak bisa, Sat. Gery bilang jangan bawa temen ke kosan soalnya dulu pernah aku bawa temen eh uang Gery malah ilang," bualku.

"Kamu kan tahu aku orangnya gak gitu. Lagian emangnya aku kelihatan miskin apa sampe buat jajan aja harus nyuri punya orang?" Baiklah, Satria memang anak orang kaya.

"Tetep gak bisa. Bang Gery trauma."

Satria menonjok bahuku. "Elo ya, temen mau mampir aja gak boleh!"

"Eh udah bel masuk nih."

Aku pura-pura sibuk padahal dosen belum masuk ke dalam kelas.

***

Pulang kuliah, aku langsung pergi ke kosan bermaksud mengerjakan tugas makalah yang cukup ribet. Di depan sana ada mobil merah menyala terparkir di sisi jalan. Aku menghampiri mobil itu untuk ngaca.

'Satria,' ucapku dalam hati ketika melihat bayangannya di kaca jendela mobil. Sial, dia membuntuti aku lagi! Siaga satu nih. Sikapnya sekarang membuktikan kalau dia cowok fanatik yang menginginkan Gery lebih dari siapapun. Kalau begitu caranya, aku akan sedikit mempermainkan dia. Akan kuambil jalan yang salah.

Di samping dekat tukang gorengan ada gang. Masuk ke sana jangan ya? Tapi kalau masuk gimana kalau aku tersesat lagi? Ah, gak mungkin. Aku kan sudah gede dan mulai terbiasa tinggal di kota. Jadi, lebih baik aku masuk saja supaya bisa terlepas dari pandangan Satria.

"Dek mau beli gorengan?"

"Aku masih kenyang, bang," tolakku.

Hmmm. Abang gorengannya ganteng. Karena dia ganteng, aku balik lagi sambil bilang, "Eh mau beli deh bang, dibungkus ya." Kalau bisa sih dibungkus sama abangnya.

"Makasih, dek!" Dia menyerahkan gorengan yang kubeli sambil mencium uangnya. Mendadak aku iri sama tuh duit.

Sekarang sebaiknya aku kabur ke mana ya? Entah kenapa aku merasa familiar dengan tempat ini. Tapi di mana ya? Aku kan jarang keluar rumah.

Semakin aku jalan melewati gang sempit bersuasana angker, semakin jauh aku dengan Satria. Mungkin dia salah masuk gang karena tadi ada tiga cabang.

Sialnya, aku memasuki daerah kumuh yang rumahnya kebanyakan terbuat dari tripleks dan kayu. Rumah ini sedikit menyeramkan karena tidak ada satu orang pun pemilik rumah diam di luar untuk bercengkrama. Terkesan sepi dan ditinggalkan.

"Sebaiknya aku pulang sa—"

"Pulang ke mana?"

"Aaaaarghhhh!" teriakku. Mataku mengerjap-ngerjap. Siapa orang brengsek yang telah mengagetkanku? Kulihat orang itu. Sial, dia bang Danar. Cowok barbar ketua klub bela diri aneh yang pernah memaksaku untuk gabung dengan komunitasnya.

"Hahahaha lihat apa yang saya temukan di sini, Van." Bahkan Evan juga ada di sini? "Ayo kita beli pelajaran karena berani-beraninya kabur dari kita."

Aku ditarik.

Aku berontak, sialnya aku malah di gusur menuju markasnya.

Sedikit?

Nanti panjang. Tunggu aja.

IRGI [MxM] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang