Aku menjauh bukan karena bosan, tetapi aku lelah. Diamlah kamu disuatu titik, Aku yang akan mengejarmu, namun kamu enggan, kamu melangkah menjauh, maka sampai kapanpun kita tidak akan bisa bertemu.
****
Ayra membuka matanya, melirik ke arah jam dinding, Jam 06:30, "Masih setengah tujuh" gumam Ayra.
"APA?!! SETENGAH TUJUHH!!" Teriak Ayra, kemudian ia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Ayra memakai seragamnya yang kurang rapih, rambut tergerai berantakan, bahkan kaos kaki belum dipakai.
Ayra menyiapkan buku-bukunya, "Gimana gue bisa gak ngerjain PR sih?! Bodoamat ah, gue nyontek Kania aja"
Ayra keluar dari kamarnya, kemudian ia melihat Brayen sudah ada di sampingnya.
"Kakak ngapain disini? Ini udah jam setengah tujuh, kakak nggak berangkat?" tanya Ayra panik.
Brayen menautkan kedua alisnya, kemudian terkekeh, "Nggak apa, biar telat bareng"
Ayra merasakan ada yang aneh dengan Brayen, Brayen memakai Training dan kaos berwarna hitam, dengan pakaian seperti ini saja Brayen sudah terlihat tampan.
"Kakak kenapa gak pake seragam?" tanya Ayra.
Brayen tertawa terbahak-bahak, "Ihh kok malah ketawa?"
"Ayra kesayangan aku, ini hari minggu" balas Brayen.
"Hah? Hari Minggu? Gak lucu kak, ayo kita berangkat ihh! Aku belum ngerjain PR!" rengek Ayra.
"Kamu mikirin apa sih? mikirin aku? Sampe lupa hari?" tanya Brayen.
Brayen mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari sakunya, kemudian menunjukkan kalender di handphone itu, "Tuh hari minggu"
Ayra masih tidak percaya, kemudian ia mengeluarkan benda pipih berwarna gold dari tasnya, "Bener, hari minggu" gumam Ayra.
Ayra tersenyum malu, pasti Brayen mendengar Ayra berteriak seperti tadi, "Kan kamu udah mandi, gimana kalo sekalian kita jalan?"
"Kemana?" tanya Ayra. "Ikut aja" balas Brayen.
Ayra masuk lagi ke dalam kamarnya, kemudian ia mengganti pakaiannya, setelah selesai ia keluar dari kamarnya.
Ayra menuruni tangga, kemudian menyusul Brayen yang sudah ada di depan pintu, memakai sepatu olahraga miliknya.
"Yuk" ajak Brayen.
Ayra diam. "Kelamaan mikir" ucap Brayen kemudian menarik pergelangan tangan Ayra.
Brayen mengajak Ayra ke suatu pasar tradisional, lebih tepatnya dekat dengan rumah Ayra, "Kita ngapain kesini?"
"Kania minta dibeliin sayur sama buah-buahan" ucap Brayen.
Ketika Ayra ingin melangkah, Brayen menahannya, "Kemarin Guru BK nelfon aku"
"Ng-ngapain?" tanya Ayra, "Dia nanyain kamu" balas Brayen.
"Terus aku bilang, kamu di rumah aku, karena mau nenangin diri" Lanjutnya.
"Terus Guru BK gimana?" Tanya Ayra serius, "Mau bawa kita ke KUA" balas Brayen.
"Ihh seriuss!!" rengek Ayra.
"Guru BK mau ke rumah kamu ngejelasin semuanya, semoga aja mama kamu ngerti dan nggak kecewa lagi sama kamu" balas Brayen.
Keduanya sudah selesai membeli perlengkapan dapur, kemudian mereka pulang ke rumah Brayen.
Ayra melangkahkan masuk ke dalam rumah Brayen, Ayra terkejut melihat Diana ada di rumah Brayen, "Mama ngapain disini?"
Diana berdiri kemudian memeluk Ayra, "Maafin Mama, harusnya mama nggak egois, harusnya mama dengerin penjelasan kamu dulu, kamu nggak salah sayang"
Diana melepaskan pelukannya, kemudian menatap Brayen, "Ini siapa?"
"Brayen tante" ucap Brayen sambil menyalami tangan Diana, "Oh yang waktu itu nganter Ayra ke rumah ya?"
"Pacar kamu?" Tanya Diana kepada Ayra, "Iya, dia kakak kelas aku, ketua OSIS, sekaligus pacar Ayra"
Diana mengangguk. "Mama ada photoshoot di Singapura, sayang"
Ayra terkejut, "Kapan mama berangkat?"
"Sore ini, mama khawatir kalo kamu sendiri di rumah" balas Diana.
Ayra berpikir sejenak, ia tidak mau terus merepotkan Kania dan Brayen, tapi ia juga tidak berani jika tinggal sendiri di rumahnya, terlebih lagi rumahnya luas dan dikelilingi pagar tinggi, bahkan bila ia teriak tidak mungkin ada yang mendengarnya.
"Ayra, kamu boleh tinggal disini kapanpun kamu mau" ucap Brayen, "Makasih kak"
Senyum Mama Ayra mengembang, "Anak gadis mama pinter cari pacar yang baik"
Diana memberikan senyuman kepada Brayen, Setelah Diana pergi, Ayra kembali masuk ke dalam rumah Brayen.
****
Ayra dan Brayen bersiap siap menuju bandara bertemu Diana, "Ayo kak berangkat" ajak Ayra.
Ayra dan Brayen menuju mobil Brayen kemudian menuju ke Bandara Soekarno-Hatta.
"Mamaa!!" Teriak Ayra ketika melihat Diana, "Mama jaga diri Mama ya disana, berapa lama mama disana?" tanya Ayra.
"Kurang lebih 2 minggu sayang" balas Diana.
"Yaudah, mama hati-hati ya" ucap Ayra.
"Iya, jaga diri kamu ya, Brayen tante titip Ayra ya"
"Siap tante" ucap Brayen memberi hormat, "Mama berangkat ya" ucap Diana mencium kening Ayra.
"Love you Mah" ucap Ayra, "Love you too sayang" balas Diana.
Ayra melihat mamanya sudah pergi jauh, "Udah nggak usah sedih, mama kamu kerja kan buat kamu juga" ucap Brayen.
Ayra mengangguk, "Iya kak"
"Yaudah kita pulang ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy
Teen FictionHighest Rank : #270 in Teen Fiction [20/08/2018] Jika cinta bisa membuat perempuan bertahan dengan satu laki-laki, Kenapa cinta tidak bisa membuat laki-laki bertahan dengan satu perempuan? Ini kisah asmara Ayra, yang terjebak cinta dengan Playboy SM...