20 (Playboy)

4K 192 7
                                    

Seseorang yang dulu telah menghancurkan kebahagiaanku,
kini datang kembali, membuka lembaran yang dulu telah tertutup rapat

****

"Jadi kapan hati kita bisa reunian lagi?"

Ayra tertegun, "Lio, lo nanyain apa coba"

"Gue serius Ay, gue pengen berubah" balas Lio.

Ayra menatap Lio, tatapan cowok itu benar-benar mengungkapkan ketulusan.

Lio berlutut di hadapan Ayra, kemudian menggenggam tangan Ayra, "Gue pengen mulai cerita baru, sama lo"

Terukir senyuman manis dari keduanya, kemudian mereka berpelukan.

Brayen yang melihat Ayra dan Lio, ikut senang, biarlah Brayen yang menahan semua rasa sakit di dalam hatinya.

Brayen mengalihkan pandangannya karena beberapa menit sebelumnya, ia mendapatkan panggilan dari Diana.

Brayen menghampiri Ayra dan Lio,"Ehem, bukannya gue mau ganggu, Ayra di suruh mamanya ke kantor polisi"

"Ngapain?" tanya Lio.

Brayen hanya mengedikkan bahu.

Kemudian Brayen masuk ke dalam rumah sakit untuk meminta izin kepada pihak rumah sakit agar mengizinkan Ayra pergi.

Kini mereka bertiga naik ke mobil Brayen, "Lio, tolong kabarin Kania, kita lagi otw ke Kantor Polisi" ucap Brayen.

Lio merogoh ponselnya dan mencari kontak Kania, dan segera menghubungi Kania.

Kini mereka sudah sampai di depan kantor polisi, ternyata Kania dan Rizky sudah sampai terlebih dahulu.

Mereka semua masuk ke dalam, kemudian di arahkan untuk menemui Diana, "Ma?"

"Ayra" ucap Diana sambil meneteskan air mata, "Mama kenapa nangis?" tanya Ayra.

"Papa kamu—" jeda Diana.

"Papa kamu yang nabrak kamu, Ayra" Lanjutnya.

Kenyataan pedih yang harus Ayra terima, baru saja ia ingin berbahagia karena ia kembali bersatu dengan Lio.

Tapi ia kembali di pertemukan dengan kenyataan pahit, bertemu dengan seseorang yang seumur hidupnya tidak akan pernah ia sebut dengan 'Papa'

"Sekarang polisi lagi nyari tempat persembunyian papa kamu" ucap Diana.

Wajah Ayra berubah menjadi merah padam, "Pokoknya kalo dia udah ketemu, Ayra jamin, seumur hidupnya, dia akan tinggal disini!"

"Ayra! Kamu gak boleh ngomong gitu, dia papa kamu" Lanjut Diana.

"Dia bukan Papa Ayra! yang selama ini kerja keras buat Ayra siapa? Mama kan? Emang dia pernah ngasih nafkah ke Ayra? Emang dia pernah ngasih kasih sayang ke Ayra? Menganggap Ayra ada aja enggak!" sentak Ayra.

"Mama inget mah! Dia udah ngelukain hati mama, disaat aku lahir ke dunia, dia nggak ada di samping aku ataupun mama, dia malah sibuk sama perempuan lain!"

"Ayra lo sabar" ucap Lio sambil menepuk pundak Ayra.

Lio merasa sangat tersinggung, Bagaimana jika Ayra tau, pacarnya menjadi Playboy sebagai bentuk pelampiasan dendam kepada mamanya.

Brayen dan Kania saling bertatap, mengapa kejadian keluarga Ayra sama persis dengan keluarga Brayen dan Kania.

"Tersangka sudah tertangkap" ucap seorang polisi yang kini sedang memegangi seorang pria yang tangannya tengah di borgol.

"Mas Andi?" Pekik Diana, "Diana?"

Brayen dan Kania terkejut mendengar Mama Ayra memanggil laki-laki itu dengan sebutan 'Andi' , tidak salah lagi, Brayen sangat mengingat wajah papanya itu, "PAPA?" Pekik Brayen.

"Brayen? Kania?" Balas Andi.

Brayen memeluk Papanya yang sangat ia rindukan, Brayen tidak pernah membenci papanya, karena Papanya berada di pihaknya, namun Kania merasa sebaliknya, papanya bukanlah orang yang baik.

Berbeda dengan Ayra, papanya itu tidak pernah menganggap keberadaannya, bahkan Ayra lahir ataupun tidak, ia tidak peduli.

Ayra juga terlihat syok karena Brayen dan Kania, mantan serta sahabatnya adalah anak dari selingkuhan papanya, "Harusnya kak Brayen malu punya mama seorang pelakor" ucap Ayra.

Brayen menunjuk wajah Ayra, "JAGA OMONGAN LO!" Balas Brayen.

"Iyalah, kalo Mama Kakak nggak nikah sama dia, tentu keluarga aku bakal damai sampai sekarang" ucap Ayra, "Ayra jaga ucapan kamu!" Balas Diana.

"Terserah apa kata Mama, aku yakin, setelah ini Mama bakal cabut tuntutan dia, dan rujuk lagi sama dia, dan aku? Bakal dibuang! Bener kan?" Lanjut Ayra.

"Ayra!" Nada ucapan Diana kini menaik, "Dan anda? Siapa anda? Oh iya, anda yang membuat saya celaka, dan membuat kaki saya hampir lumpuh"

"Ayra! Kenapa kamu menjadi anak yang durhaka? Kamu seperti anak yang tidak pernah di didik!" Balas Andi.

"Oh ya? Memang sih, saya kan nggak pernah di didik sama papa saya, toh papa saya kan sibuk sama selingkuhannya, yang lebih kaya" Lanjutnya.

Andi menunduk, sebenarnya tidak semua yang dikatakan Ayra salah, memang ada benarnya, "Maafin papa, Ayra"

"Apa anda bilang? Maaf? Mendingan kita tuker posisi deh, Mama saya nikah lagi dan anda banting tulang buat nafkahin saya, saya yakin sih anda gak akan kuat" ucap Ayra.

"CUKUP LO NGEHINA PAPA GUE RA!!" Bantah Brayen.

Sedangkan Kania hanya diam, karena Kania tau, papanya bukanlah orang yang baik, Brayen salah jika membela papanya. "Iya iya, aku cuma ngingetin kok, lagian dia bukan siapa-siapa aku"

Ayra menatap mamanya, "Mama masih mau disini?"

"Mama disini dulu ya, sayang" balas Diana.

"Yaudah, mama mau rujuk sama dia terserah, mama mau cabut tuntutan dia terserah, yang pasti, kalo mama mau aku dan mama aman, mama jauh-jauh dari manusia itu"

"SEKALI LAGI, JAGA OMONGAN LO!" Bantah Brayen, "Gak usah ikut campur urusan aku, aku menghargai kakak sebagai Ketua OSIS sekaligus mantan aku, jadi tolong jangan bikin aku gak bisa menghargai kakak"

"Lebih baik gue gak di hargain sekalipun daripada harga diri papa gue di injek sama anaknya sendiri" ucap Brayen.

Beribu maaf yang di lontarkan Andi kepada Ayra pun, rasanya sulit agar Ayra memaafkan papanya.

PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang