25 (Playboy)

3.4K 146 15
                                    

Kamu yang berjanji padaku,
namun kamu juga yang mengingkari janji itu

****

"Aduh!" Ringis Ayra ketika badannya terpental ke belakang setelah menabrak dada bidang seorang laki-laki, "Lio?"

Fasya menjulukan tangannya, kemudian membantu Ayra berdiri, "Lo nggak apa-apa?" Tanya Fasya, kemudian Ayra mengangguk.

"Lio sorry, tadi gue nggak se—" ucapan Ayra terpotong saat Lio tiba-tiba melewati nya begitu saja dan menabrak pundaknya.

Ayra diam mematung, "Ra, lo seriusan nggak apa-apa?" Tanya Fasya, kemudian Ayra menggeleng.

"Gue minta maaf" ucap Fasya tiba-tiba, "Gara-gara gue, lo jadi salah paham sama Lio" Lanjutnya.

"Nggak masalah, lagi pula gue lagi break sama Lio" Ucap Ayra, "Kenapa?"

Ayra menghembuskan nafasnya gusar, "Semua cowok gitu ya, sama aja" Ucap Ayra, "Bisa nya cuma ngomong, dan ngasih janji palsu"

"Dia yang janji, tapi dia juga yang ingkarin janji itu" Ucap Ayra, "Bener ya kata orang, terkadang janji itu cuma sebuah kalimat penenang"

Fasya memegang lengan Ayra, "Nggak semua cowok kayak gitu" Ucap Fasya,

"Kalo lo ada apa-apa, lo nggak sendirian, lo bisa cerita ke gue" Ayra tersenyum, "Makasih Sya"

Tanpa mereka sadari, Lio melihat semua kejadian itu, "Sekarang gue paham kemana alur hubungan kita, Ay"

****

Lio menghampiri Fasya dan Ayra yang sedang makan di sebuah bangku di area kantin, "Fasya" ucap Lio,

Fasya mendongak, "Ngapain lo?" Tanya Fasya, "Gue mau ngomong sama lo"

"Gue nggak bisa, lo nggak liat gue lagi makan?" Balas Fasya, "Jangan pancing amarah gue, dua menit lagi gue tunggu di Rooftop"

Lio meninggalkan keduanya, "Sya, mending lo nggak usah kesana deh, gue yakin nggak penting kok" ucap Ayra,

Fasya menatap Ayra, "Nggak papa kok Ra, Bentar ya, Ra" kemudian Ayra mengangguk.

Lio berjalan, kemudian diikuti oleh Fasya, mereka berjalan menuju Rooftop, "Gue nggak suka berbelit-belit, kasih tau aja ngapain lo ngajak gue kesini" ucap Fasya,

"Santai, gue juga nggak ngajak lo buat berantem" balas Lio, "Terus ngapain lo ngajak gue kesini?"

"Gue heran aja sama lo, semenjak lo pindah kesini, lo jadi songong ya" ucap Lio, "Lo lupa? Gue senior disini!"

"Gue tau lo senior disini, tapi lo nggak bisa semena-mena sama gue" balas Fasya, "Lagi pula gue nggak yakin lo marah karena gue songong sama lo"

"Gue tau, ini ada kaitannya sama Ayra kan?" Ucap Fasya, "Ternyata lo peka juga" balas Lio,

"Kenapa sama Ayra?" Tanya Fasya, "Lo naksir Ayra?" Tanya Lio, "Menurut lo aja gimana?" Balas Fasya santai,

Lio menarik kerah baju Fasya, "Sahabat macam apa lo!" Kemudian Fasya mendorong tubuh Lio, "Ayra nggak bahagia sama lo, jadi dia berhak cari kebahagiaan lain"

"Nggak usah ikut campur sama hubungan gue!" Bentak Lio, "Sekarang, Ayra sahabat gue, dan gue berhak liat dia bahagia"

"Dan lo cuma bisa ngasih luka, bukan kebahagiaan"

"Jadi, lo suka Ayra?" Tanya Lio, "Iya, gue yakin lo tau itu" balas Fasya,

"Nggak akan ada orang yang akan nyia-nyiain perempuan sebaik dan sesabar dia, terkecuali lo tentunya" ucap Fasya,

Lio melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata, "Mas Fasya yang terhormat, tolong kalo mau nikung saya, bilang permisi dulu, biar sopan"

Fasya berlalu, "Permisi, saya mau nikung" kemudian meninggalkan Lio.

Shit! Umpat Lio.

Fasya menghampiri Ayra, namun sebelum di hujani berbagai pertanyaan oleh Ayra, Fasya memutuskan untuk mengajaknya kembali ke kelas.

"Ke kelas aja yuk!" Ajak Fasya, "Lho kenapa? gue belum selesai makan"

Fasya menarik lengan Ayra, namun tiba-tiba Lio datang kembali menghampiri keduanya, "Gue mau ngomong sama lo, Ay"

Ayra menghembuskan nafas gusar, "Oke, bentar ya, Sya" Kemudian keduanya meninggalkan Fasya.

Keduanya sampai di rooftop, "Mau ngomong apa?" Tanya Ayra membuka pembicaraan,

"Gue rasa, keputusan buat break ini udah bener" ucap Lio,

"Maksud lo?" Tanya Ayra, "Yaa gue setuju, menurut gue emang lebih baik kita break"

Ayra tertegun, menahan air matanya yang sebentar lagi akan turun dari kelopak matanya, "Jadi, kita resmi break?" Dan Lio mengangguk.

"Gue kira tadinya, lo beda dari cewek lainnya, nggak murahan, centil, matre, kayak senior-senior lo yang ngebet sama gue"

"Ternyata sama aja" ucap Lio.

"Gue cuma mau ngingetin sama lo, jadi cewek jangan kayak kuaci" Ucap Lio, "Murah, receh, nyampah lagi"

"Lo ngerti kan maksud gue?" Tanya Lio, kemudian Ayra mengangguk, "Yaudah, kita udah selesai, sekarang lo samperin Fasya gih"

Lio meninggalkan Ayra, air mata yang sedaritadi di bendungnya, kini terjatuh begitu saja. Dinding pertahanannya runtuh, hatinya sakit.

Ayra terjatuh di atas ubin rooftop, "Semuanya hancur, Lio, semuanya"

Fasya yang merasa khawatir dengan keadaan Ayra, kemudian menyusul nya ke Rooftop.

Fasya melihat gadis itu terjatuh, dan menangis di atas lututnya, "Ayra?" Namun Ayra tetap diam.

Fasya menghampiri Ayra, kemudian memeluk gadis itu, menyalurkan kekuatan kepada gadis itu, "Di saat lo lemah dan rapuh, pundak gue siap bersandar buat lo"

"Tangan gue selalu ada buat genggam tangan lo, ngasih semua kebahagiaan yang gue punya buat lo" lanjutnya.

Ayra terisak, "Gue nggak mau denger janji lo, Sya. Gue pengen, lo buktiin, bukan sekedar janji" ucap Ayra,

"Iya Ra, pasti" balas Fasya.

Lio mengamati keduanya dari kejauhan, kemudian tersenyum, "Semoga lo bisa bahagiain dia"

"Setelah ini gue bakal pergi ke suatu tempat, dimana nggak akan ada yang bisa ngejar gue kesana"

"Maaf atas luka di pertemuan terakhir kita, Ayra. Karena kalo nggak gini, selamanya lo nggak akan bisa tanpa gue"

"Lo bakal tambah terluka, semoga ini terakhir kalinya gue liat lo nangis karena gue"

"Semoga lo bisa bahagia tanpa gue, Ayra Layla Ashalina" ucap Adelio.

PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang