Lantas untuk apa mencintai jika pada akhirnya akan membenci?
****
"Kamu baru pulang Sayang?" Tanya Diana ketika Ayra membuka pintu.
"Iya Ma, Mama udah daritadi?" tanya Ayra.
"Iya mama daritadi, kamu kok pulangnya sore banget? Terus mobil kamu mana? Kok nggak ada suaranya?" tanya Diana.
"Iya, tadi aku makan sama Lio dulu, mobilnya disekolah, aku dianter Lio" balas Ayra.
"Oh yaudah, kamu mandi terus istirahat sana" ucap Diana, kemudian Ayra mengangguk.
Ayra naik ke lantai atas, menuju kamar, kemudian membersihkan dirinya.
****
Ayra bersiap berangkat sekolah, Lio sudah menunggunya di ruang tengah, dan sekarang ia sedang berbincang-bincang dengan Diana.
"Kamu lama banget, kasian tuh Lio nungguin kamu" Ucap Diana,
"Suruh siapa kemarin dia maksa aku buat pulang sama dia, kena karma deh" balas Ayra.
"Kalian ini pacaran atau enggak sih? Kok sikapnya cuek gini?" Tanya Diana ragu.
"Gak tau" sahut Ayra, "Pacaran kok, Tante" Sahut Lio, bersamaan.
Ayra menaiki motor Lio, keduanya diam. Hingga mereka sampai di sekolah, "Makasih" ucap Ayra.
Lio diam. "Lo masih marah?" tanya Ayra.
Lio tetap tidak menjawab. "Lo punya mulut kan? Jawab dong!" ucap Ayra.
Percuma. Satu kata yang ada di benak Ayra, percuma saja menunggu Lio menjawab.
Akhirnya, Ayra meninggalkan Lio dan berjalan ke kelas. Ayra sampai dikelas, terlihat Kania dan Rizky sedang menunggu nya.
"Lo kenapa Ra? Kok lemes banget?" Tanya Kania.
"Udah sih, buat apa lagi lo pertahanin si Lio? nyakitin hati lo sendiri" timpal Rizky.
"Kan, Ky, temenin gue kantin yuk" Ajak Ayra tiba-tiba. Keduanya bingung, namun ikut mengangguk.
Mereka berjalan melewati lapangan, disana sangat ramai sekali.
Ketiganya menerobos untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Disana terdapat seorang Gadis dan Lio yang sedang bertatapan, "Makasih ya, Akhirnya lo nembak gue" ucap gadis itu kepada Lio.
Ayra pergi dari situ, kemudian seorang Laki-laki mengejarnya.
"Ayraa!! Ayraa!!" Teriak Laki-laki itu.
Ayra menghentikan langkahnya. "Kak Brayen?" ucap Ayra sambil mengingat wajah Laki-laki yang menolongnya suatu upacara.
Brayen duduk di sebuah bangku, tak jauh dari tempat mereka berdiri, "Kamu bisa cerita semuanya" ucap Brayen.
Ayra duduk di samping Brayen, "Kakak kenapa ngejar aku" tanya Ayra, "Kamu sahabatnya Kania" balas Brayen.
"Dan karena aku tau, kamu butuh teman untuk bicara, dan aku siap untuk mendengarkan" Lanjutnya.
"Makasih kak" Ucap Ayra tersenyum simpul.
Brayen mengusap air mata Ayra, "Gue nggak suka liat cewek lemah, lo harus kuat" ucap Brayen.
"Udah nangisnya?" Ucap Lio yang tiba tiba datang menghampiri keduanya.
"Ngapain lo disini!" sentak Brayen.
Lio menatap Ayra, "Murahan banget jadi cewek!"
"Heh! Ngaca dong lo, trus tadi lo nembak Ania tuh apaan?! HAH!" teriak Brayen.
"Ayo, Ay" ucap Lio menarik pergelangan tangan kanan Ayra.
"Lo ikut gue aja, Ra" ucap Brayen selagi menarik pergelangan tangan kiri Ayra.
"Lo ngapain ikut-ikut sih!" sentak Lio, "Lah lo ngapain maksa-maksa Ayra" ucap Brayen.
"CUKUPP!!" Teriak Ayra. "Aku mau ketemu Rizky aja!" Lanjutnya.
Brayen dan Lio bertatapan, "Gue nggak bakal biarin cowok brengsek kayak lo dapetin Ayra!" Ancam Brayen.
"Lo ngancem gue? coba aja kalo bisa" tantang Lio.
"Bisa kok, gue bisa ngerebut Ayra" balas Brayen.
"Lo rebut, gue rebut balik" balas Lio akhirnya.
Ayra mencari keberadaan Rizky, tapi sepertinya Rizky sedang sibuk.
Lebih tepatnya sibuk dengan Kania, Ayra melihat mereka tertawa lepas berdua, dan Ayra tidak mau mengganggu.
"Adik Kakak sama aja ya, perebut" ujar Lio yang tiba tiba ada di samping Ayra.
Ayra terkejut, "Maksud lo?"
Lio diam. "Gue males ngomong sama cowok brengsek kayak lo" ucap Ayra.
"Kalo gue brengsek, kenapa lo nggak nolak jadi pacar gue?" tanya Lio.
"Itu—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy
Novela JuvenilHighest Rank : #270 in Teen Fiction [20/08/2018] Jika cinta bisa membuat perempuan bertahan dengan satu laki-laki, Kenapa cinta tidak bisa membuat laki-laki bertahan dengan satu perempuan? Ini kisah asmara Ayra, yang terjebak cinta dengan Playboy SM...