Aku merindukan, Ketika kamu masih menjadikan aku prioritas.
****
Kringg! Dering jam beker membuat Ayra bangun dari tidurnya, gadis itu bergegas mengumpulkan kesadarannya.
Gadis itu terduduk di atas kasurnya, mengambil handphone nya, namun tak ada satupun notifikasi dari Lio.
"Buat apa gue tungguin? Gue udah bukan prioritasnya lagi" gumam Ayra.
Apalagi mengingat kejadian tempo hari, "Lio udah nggak mau perjuangin gue, jadi buat apa gue pikirin"
Gadis itu melamun, mengulang kembali memori kenangan yang telah ia buat bersama Lio.
"Ra, lo udah bangun?" tanya seorang laki-laki dari luar kamar Ayra, membuat Ayra kembali tersadar atas dunianya.
"Iya udah" teriak Ayra, "Fasya udah nungguin di bawah" ucap laki-laki itu, Brayen.
Fasya? batin Ayra. "Iya bang, suruh tunggu ya!"
Ayra bergegas bangkit dari kasurnya, kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai, ia mengenakan seragam olahraga karena di jadwalkan untuk melakukan kegiatan senam.
Ayra keluar dari kamarnya, kemudian menghampiri Fasya, "Udah dari tadi banget?" tanya Ayra, "Hm, Lumayan" balas Fasya.
"Lagian, gue kan nggak minta jemput" ucap Ayra, "Iya lo nggak minta, tapi karena gue peka, jadi gue jemput" Tukasnya.
"Yaudah ayo berangkat, keburu telat" ajak Ayra, "Lo nggak mau sarapan dulu?" tanya Fasya, "Nanti aja di sekolah" balas Ayra.
"Oke, gue mau pamit sama calon mertua dulu" ucap Fasya, Kedua alis Ayra bertaut, "Calon mertua?"
Fasya tidak menghiraukannya, kemudian beranjak menuju ruang makan, menghampiri Diana.
"Tante, saya sama Ayra berangkat dulu ya" ucap Fasya selagi mencium punggung tangan Diana, "Iya Fasya, makasih ya udah repot-repot jemput Ayra"
"Nggak repot kok, Tante" ucap Fasya, "Saya berangkat ya, Tante" Lanjutnya.
Fasya meninggalkan Diana, kemudian menarik lengan Ayra, "Jangan keliatan jomblo banget deh, yang mau sama lo banyak"
Ayra terkekeh, "Yaelah, bisa banget lo"
Keduanya naik ke atas motor Fasya, "Pegangan" ucap Fasya, "Ngapain?" balas Ayra,
"Lo budeg nya akut ya, pegangan gue bilang" ucap Fasya, "Biar apa?" tanya Ayra, "Biar nggak jatoh, Cantik" balas Fasya.
"Emang kalo gue pegangan sama lo, nggak ada yang marah?" tanya Ayra, "Siapa yang bakal marah? Kan cewenya, Lo" balas Fasya.
"Hah? Maksudnya?" tanya Ayra, "Nggak, bukan apa-apa" ucap Fasya, "Yaudah" balas Ayra.
Cewenya itu lo, Ra. Batin Fasya, "Jadi mau pegangan nggak nih? kalo jatoh, jangan salahin gue" ucap Fasya, "Nggak usah" balas Ayra.
****
"Ayra!" teriak Kania, membuat gadis bernama Ayra itu menengokkan kepalanya,
"Ra! Lo udah tau kalo Lio pindah sekolah?" ucap Kania, "Hah?! Lo serius?" tanya Ayra.
"Lucu banget gue bercanda sekarang, ya serius lah!" ucap Kania, "Terus sekarang dia dimana?" tanya Ayra, "Di kelasnya, kayaknya sih pamitan sama temen-temen kelasnya"
Ayra menarik lengan Kania, "Ikut gue!" Kemudian keduanya berlari menuju kelas Lio.
Keduanya masuk ke dalam kelas Lio, namun tak ada tanda-tanda keberadaan Lio, "Dion, Lio mana?" tanya Ayra, "Udah pergi" balas Dion.
Keduanya bergegas menuju gerbang sekolah, Ayra bernafas lega, Lio masih berada disana.
"Lio!" teriak Ayra, namun Lio tetap diam. Ayra menghampiri Lio, "Gue mau ngomong sama lo"
Lio diam, "Kenapa? kenapa lo nggak bilang ke gue kalo lo bakal pindah?" tanya Ayra, "Lo bakal pindah kemana?"
Lio tetap diam, "Lio jawab! Lo punya mulut kan?" ucap Ayra, "Apa ini ada kaitannya sama gue?" tanya Ayra.
Lio menatap Ayra, "Lo bakal tau alasannya, tapi nggak sekarang, masa lalu gue yang bakal cerita semuanya ke lo"
Ayra tertegun, "Masa lalu lo? maksudnya?" tanya Ayra tak mengerti, "Gabriel, dia bakal cerita semuanya ke lo" balas Lio.
"Kenapa Kak Gabriel?" tanya Ayra, "Gue balikan sama Gabriel" balas Lio.
4 Kata yang Lio katakan dengan mudahnya, mampu membuat hati Ayra hancur.
Mata gadis itu memerah, menahan tangis, "Mana janji lo selama ini?" bentak Ayra, "Tega lo!"
"Pembohong, Pecundang, Pendusta!" sentak Ayra, "Nggak usah janji kalo lo nggak bisa tepatin!" ucap Ayra.
"Nggak usah deketin gue dari awal kalo ujung-ujungnya lo ninggalin gue! Nggak usah baperin gue kalo ujung-ujungnya lo pergi juga!"
"Nggak usah lo dateng di hadapan gue lagi, gue nggak mau kenal sama lo lagi!" Teriak Ayra, kemudian ia pergi meninggalkan Lio.
Lio menghantam kuat dinding yang ada di depannya, "Lo nggak tau alasannya Ay! Gue cinta sama lo!"
****
"Sabar Ra" ucap Kania selagi memeluk Ayra, memberikan ketenangan kepada gadis itu, "Apa lo bakal cari tau alasan kepindahan Lio?"
Ayra berfikir sejenak, kemudian melepaskan pelukan Kania, "Gue bakal tanya Kak Gabriel" ucap Ayra,
"Gue rasa kalo sekarang, terlalu cepet Ra" balas Kania, "Lagian lo yakin Kak Gabriel bakal cerita semuanya ke lo?" Lanjunya.
"Gue tau alasan Kak Lio pindah dari sekolah ini" ucap seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri Ayra dan Kania,
Ayra bangkit dari duduknya, "Tau apa lo soal Lio?" tanya Ayra, "Waktu itu, gue nggak sengaja denger omongan Kak Lio sama Kak Gabriel di Rooftop" ucap gadis itu, Anya.
"Gue bakal cerita semuanya ke lo, asal lo mau maafin gue, Ra" ucap Anya, "Jangan sangkut pautin masalah kita ke masalah ini, Nya" balas Ayra,
Anya menggenggam tangan Ayra, "Gue cuma mau lo maafin gue, apa itu sulit Ra?" ucap Anya, "Maafin gue, Ra" Lanjutnya.
Anya memeluk Ayra, "Kesalahan gue di masa lalu emang fatal banget, tapi itu di masa lalu, dan nggak akan terjadi lagi di masa depan, Ra"
"Gue pengen kita bisa kayak dulu, temenan kayak dulu" ucap Anya, "Nya, Gue udah maafin lo" ucap Ayra,
"Lo serius?" tanya Anya, kemudian Ayra mengangguk. "Makasih Ra" ucap Anya, "Jadi, apa yang lo tau soal Lio?" tanya Ayra,
"Waktu itu.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy
Teen FictionHighest Rank : #270 in Teen Fiction [20/08/2018] Jika cinta bisa membuat perempuan bertahan dengan satu laki-laki, Kenapa cinta tidak bisa membuat laki-laki bertahan dengan satu perempuan? Ini kisah asmara Ayra, yang terjebak cinta dengan Playboy SM...