Lo terlalu brengsek untuk gue cintai, tetapi Tidak ada manusia yang terlahir sempurna.
****
Ayra menganggap hubungannya dan Lio sudah selesai, dia tidak mau melanjutkan hubungannya dengan si Playboy itu.
Di kelas, Ayra melipatkan kedua tangannya, dan menangis diatas tangannya.
"Udah Ra, cowok kayak gitu nggak perlu lo tangisin, air mata lo terlalu mahal buat cowok semurah dia" ucap Kania.
****
Lio menjemput Ayra di depan kelasnya, untuk mengajaknya pulang, Kania yang melihat Lio, langsung geram.
"Heran gue sama lo! Playboy nya kebangetan tau nggak!" Teriak Kania sambil menunjuk wajah Lio.
Lio tidak menghiraukan ucapan Kania. Ia menarik pergelangan tangan Ayra, dan mengajaknya pulang.
"Gue bawa mobil" ucap Ayra,
"Lo pulang sama gue sekarang, mobil lo, lo bawa besok pulang sekolah" balas Lio.
Lio menarik lengannya, Kemudian Ayra naik ke motor milik Lio.
Keduanya sampai di sebuah Cafe, "Lo mau anter gue pulang, bukan ngajak gue makan" ucap Ayra.
"Gue laper" balas Lio santai.
"Yaudah lo aja, kenapa lo pake ngajak gue?" balas Ayra tak mau kalah.
"Yang ngajak lo siapa? Gue nggak ngajak lo makan" balas Lio.
Ayra tersentak. Bingung harus menjawab apa. "Ya lo kan mau nganter gue pulang, terus lo mampir kesini otomatis lo ngaj—"
"Gausah berisik" potong Lio.
Keduanya masuk ke dalam sebuah Cafe, kemudian duduk di tempat yang tersedia.
"Mau pesan apa?" Ucap seorang Waitress.
"Roti bakar Coklatnya satu, Minumnya Moccacino sama Cappucino, terus Spagetti nya dua" ucap Lio.
"Baik silahkan ditunggu" ucap Waitress itu ramah.
"Lama gak mbak?" tanya Lio, "Ditunggu aja ya Mas" balasnya.
"Jangan lama lama ya mbak, nunggu itu gak enak" ucap Lio.
Pelayan itu terkekeh geli mendengar gombalan Lio, sedangkan Ayra sibuk dengan handphone nya.
Lio menarik handphone Ayra dari tangannya, kemudian Lio melihatnya. "Nggak ada notif, lo nunggu notif dari siapa?"
"Bukan urusan lo" balas Ayra.
"Sorry yang tadi" ucap Lio mengalihkan pembicaraan, namun Ayra diam. "Lo marah?"
"Gue mau terus sama lo" Lanjut Lio.
"Gue nggak mau" ucap Ayra, "Kenapa?" tanya Lio.
"Lo masih tanya kenapa? lo jadiin gue taruhan! Lo itu Playboy, dan cowok brengsek yang nggak pantes untuk gue cintai" balas Ayra.
"Tapi nggak ada kan manusia yang terlahir sempurna" balas Lio.
Mereka diam untuk beberapa saat, hingga makanan datang menyuguhi mereka.
Lio memberikan 1 Spagetti dan 1 Cappucino untuk Ayra, Roti bakar diletakkan di tengah, dan sisanya untuk Lio,
"Makan" tawar Lio, "Gue nggak laper, Lio" balas Ayra.
"Halah, tadi aja pas istirahat lo gak makan, nangis mulu" ucap Lio.
Ayra menggeleng pelan, menolak tawaran Lio.
"Kode banget minta gue suapin" ucap Lio sambil mengambil garpu di hadapannya.
Ayra membulatkan matanya, "Ngaco!"
Lio tidak main-main, dia menyuapkan satu potong roti ke mulut Ayra, dan Ayra menerimanya.
Perasaan Lio kepada Ayra sangat tidak jelas, dia terkadang bersikap dingin namun juga bersikap manis. Ayra bingung harus bersikap seperti apa kepada Lio.
Ayra menatap Lio, kemudian memanggilnya, "Lio?"
Lio berbalik menatapnya, kemudian Ayra melanjutkan ucapannya, "Sikap lo berubah ubah sama gue, kadang dingin kadang manis, gue bingung"
Lio diam. "Apa ini semua cuma permainan?"
"Jangan bikin gua bingung mau ngasih lo kopi atau hati" Lanjutnya.
Lio tetap diam. "Jawab Lio"
Lio membuka mulut, "Gue anter lo pulang ya"
Lio mengantarkan Ayra pulang, Aneh. Mengapa Lio bingung ketika ditanyakan mengenai perasaannya.
Lo kenapa sih, batinnya. Ia bertanya kepada dirinya sendiri.
Keduanya sampai di depan rumah Ayra, "Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue?" tanya Ayra.
Lio diam, "Jawab Lio"
Lio tidak menjawab, kemudian Lio meninggalkan Ayra begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy
Teen FictionHighest Rank : #270 in Teen Fiction [20/08/2018] Jika cinta bisa membuat perempuan bertahan dengan satu laki-laki, Kenapa cinta tidak bisa membuat laki-laki bertahan dengan satu perempuan? Ini kisah asmara Ayra, yang terjebak cinta dengan Playboy SM...