15 (Playboy)

4.8K 192 3
                                    

Awalnya aku hanya berpura-pura atas segalanya, pura-pura tidak mencintai,
pura-pura tidak peduli,
Namun pada akhirnya, aku sangat takut tidak di cintai , dan takut tidak di perdulikan

****

"Ayo pulang!" Seru laki-laki itu.

"Ayra pulang sama gue" sahut Lio.

"Emangnya lo siapa nya Ayra?" Tanya Brayen, kemudian Lio mengelak, "Gue yang bawa Ayra kesini, berarti gue yang nganter Ayra pulang"

"Ayra kamu pulang sama aku ya" ucap Brayen, "Lio, gue pulang sama Kak Brayen aja ya" ucap Ayra.

"Nggak! Lo pulang sama gue Ay" tolak Lio, "Lio, plis jangan bikin gue merasa di posisi yang salah, gue nggak mau ada masalah lagi sama Kak Brayen"

"Udah yuk Ra, kita pulang" ajak Brayen, Ayra mengangguk pasrah, "Aku bayar dulu ya kak"

Ayra menuju ke kasir untuk membayar makanannya, karena Ayra lah yang memesan dan memakannya, "Permisi, saya mau bayar pesanan di meja nomor 9 atas nama Ayra"

"Pesanan di meja nomor 9 sudah dibayar" ucap penjaga kasir itu. Ayra sedikit terkejut, "Sudah di bayar?"

"Oh yaudah, makasih ya" ucap Ayra.

Ayra menghampiri Brayen, kemudian mereka menuju ke dalam mobil.

"Kamu masih inget kalo kamu punya pacar kan?" tanya Brayen dengan suara dingin.

"Kakak kenapa jadi possesif gini sih?" tanya Ayra.

"Biar aku ulang, aku nggak suka kamu bergaul, bahkan deket sama Lio" balas Brayen.

"Turunin aku, kak" ucap Ayra. Namun Brayen menolak, "Berhenti atau aku loncat"

Brayen menepikan mobilnya, kemudian Ayra segera turun dari mobil Brayen.

"AYRA! AYRA KAMU MAU KEMANA?!"

"AYRA!!"

Ayra terus berjalan menjauhi mobil Brayen, namun Brayen mengejarnya, "Kamu mau kemana?" Tanya Brayen sambil menarik pergelangan tangan Ayra, "Lepas kak!!"

Bukannya melepaskan namun Brayen semakin memperkuat tangannya untuk mencekal tangan Ayra, "Kenapa sih kakak selalu ngelarang aku buat deket sama Lio?"

"Karena kamu pacar aku!" balas Brayen.

"Aku pacar kakak, tapi bukan tahanan kakak!" balas Ayra.

Brayen diam. "Yaudah, kalo gitu, aku minta kita selesai" ucap Ayra, kemudian Brayen terkejut, "Mak-maksud kamu?"

"Kemana kak Brayen yang selama ini aku kenal? yang romantis, yang nggak pernah kasar sama aku, mana kak?" ucap Ayra.

Brayen melepaskan pergelangan tangan Ayra, cekalan Brayen sangat kuat hingga membuat tangan Ayra memerah.

Ayra mulai menitikkan air matanya, bukan hanya fisik yang tersakiti, namun hati nya juga turut tersakiti, "Ayra, maafin aku Ayra"

Brayen memeluk Ayra, "Aku ngelakuin ini karna aku sayang sama kamu, Ayra"

"Tolong Jangan bikin aku takut kehilangan kamu, Ayra" Lanjutnya.

PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang