Kamu seperti angin, selalu berada di dekatku namun tak bisa ku genggam
****
Ayra telah sampai di rumah, diantar oleh Fasya. Setelah perbincangan Ayra dan Fasya sore itu, Ayra langsung meminta Fasya mengantarnya pulang.
Ayra menatap langit-langit kamarnya, membayangkan Laki-laki yang biasanya menelfon atau sekedar mengirimkan pesan kepadanya.
Malam itu, Lio ataupun Fasya, tak ada pesan dari keduanya.
Tok tok tok, Bunyi ketukan pintu menyadarkan lamunan Ayra.
Gadis itu bangun dari tempatnya, kemudian membukakan pintu kamar yang ia kunci.
"Lho Mama? Ada apa?" tanya Ayra, "Ada tamu mau ketemu kamu" balas Diana.
Ayra mengangguk, kemudian mengikuti Diana dari belakang.
Mereka menghampiri seseorang yang sedang duduk di Ruang Tamu, "Fasya" ucap Ayra.
Fasya yang mendengar suara Ayra, kemudian bangun dari duduknya, "Tadi gue beliin ini buat lo, tapi gue lupa ngasih" ucap Fasya.
Fasya menyodorkan barang yang tertutup paper bag itu, kemudian Ayra menerimanya.
Ayra membuka paper bag itu, sedikit terkejut melihat barang mewah di dalamnya. "Gaun?" Tanya Ayra.
Fasya mengangguk, "Iya, lo jadi nemenin gue ke party temen gue kan?" Tanya Fasya.
Ayra menatap gaun yang di genggamnya, "Tapi Sya, apa ini nggak terlalu bagus buat gue?"
Ayra menghentikan ucapannya sejenak, kemudian melanjutkan bicaranya, "Ini mahal, banget. Sya"
Fasya terkekeh, "Nggak lah Ra, itu cocok banget buat lo"
Ayra menggeleng, "Gue ngerasa nggak pantes aja pake pemberian lo ini" ucap Ayra.
"Kata siapa? Lo cantik banget kalo pake gaun itu" balas Fasya.
Ayra tersenyum. "Makasih banyak ya, Sya. Tapi, kapan lo beli nya?" Tanya Ayra.
"Tadi waktu gue pamit ke toilet" balas Fasya. "Yaudah, udah malem nih. Gue langsung balik ya" Lanjut Fasya.
"Sekali lagi, makasih banyak ya, Sya" ucap Ayra.
"Ah kayak sama siapa aja sih lo" balas Fasya. Ayra terkekeh, "Lo emang sahabat gue yang paling best, deh" ucap Ayra sambil menepuk pundak Fasya.
Sahabat, batin Fasya.
"Gue anter ke depan ya, Sya" ucap Ayra, kemudian Fasya mengangguk.
Keduanya berjalan keluar rumah, kemudian Fasya menumpangi motornya, "Gue balik ya, Ra"
Ayra tersenyum, "Hati-hati" kemudian di balas oleh anggukan Fasya.
Setelah punggung Fasya menghilang dari pandangan Ayra, ia segera masuk ke dalam rumahnya.
****
Hari ini, Ayra berangkat ke sekolah bersama Kania dan Brayen. Setelah menikmati hari senin yang cukup penat itu, jam istirahat makan siang akhirnya tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy
Teen FictionHighest Rank : #270 in Teen Fiction [20/08/2018] Jika cinta bisa membuat perempuan bertahan dengan satu laki-laki, Kenapa cinta tidak bisa membuat laki-laki bertahan dengan satu perempuan? Ini kisah asmara Ayra, yang terjebak cinta dengan Playboy SM...