Setelah sampai di parkiran apartemen, June memandangi sejenak wajah Rose. Hidung mancung, pipi tembam, bibir tipis, serta paras Rose yang cantik membuat kedua sudut bibir June terangkat. Alih-alih membangunkan Rose dari tidurnya, June malah memilih untuk menggendong gadis itu. Ia tidak tega.
Ketika sampai di depan apartemennya, June bingung harus bagaimana. Iya, June tidak mengetahui kode kunci masuk ke dalam apartemen Rose.
Apa gue bangunin aja, ya? batin June menimang. Ia beralih menatap Rose yang sedang terlelap dalam gendongannya. Aih, ga tega bangunin dia, batin June berdebat.
Lama June bergulat dengan pikirannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa Rose ke dalam apartemennya. Ia merebahkan tubuh gadis itu di kasur miliknya.
"Berat juga ni cewek."
"Eh tapi dia kan tepos, ko berat sih badannya. Banyak dosa kali." June ngedumel sendiri sembari memandangi wajah damai rose yang sedang tertidur.
Entah ada dorongan dari mana, tangan June terangkat untuk menyentuh pipi gembul Rose.
"Cantik," gumam June sambil memberikan elusan pelan di pipi Rose.
Setelah puas memandang wajah Rose, pria beralis tebal itu menyelimutinya, lalu beranjak menuju sofa yang terletak tak jauh dari tempat tidur. Beruntung masih ada sofa panjang di sana. Tidak mungkinkan kalau ia tidur bersama dengan Rose di ranjang yang sama? Hmmm.
***
Gadis polos itu meringkuh di dalam selimut ketika merasakan udara dingin menyeruak memasuki tulangnya. Kemudian, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, gadis itu meregangkan ototnya.
"Udah pagi aja," gumam Rose pelan.
Rose mengucek matanya, lalu mulai menatap sekitar kamarnya. Ha? Ada yang aneh!
Loh kok kamar gua begini? Ini bukan kamar gueee! batin Rose panik.
Mata Rose melotot ketika mendapati seorang pria yang sangat ia kenal tengah tidur dengan damai di sofa panjang yang tak jauh dari tempatnya.
"Lahhh ini kamar June?" Rose mengalihkan pandangannya menatap bingkai kecil di nakas samping tempat tidur, di sana terlihat foto June dengan gaya kakunya.
"Awas lu Jun!"
Rose lalu beranjak, berniat memberikan pelajaran kepada June. Namun, ketika dirinya sudah berada di dekat June entah mengapa gadis itu tidak tega membangunkannya.
Hidung yang sedikit besar, tetapi mancung, rahang tegas, alisnya yang tebal. Oh Tuhan! Mengapa Rose baru menyadari kalau tetangganya ini tampan?
Ketika sedang asyik memandangi wajah June, tiba-tiba ada seekor lalat yang hinggap di pipi kiri June. Rose mencoba untuk menyentuh wajah June, tetapi ia enggan. Takut June bangun. Jadi, Rose memilih untuk meniup-nium wajah June agar lalat tersebut tidak hinggap di saa lagi.
Gadis itu mendekatkan wajahnya ke wajah June, tubuhnya sedikit menunduk untuk menyamakan posisi dengan wajah June. Namun, ketika hendak menjalankan aksinya, tiba-tiba mata June terbuka.
Mereka berdua sama-sama terkejut dan sama-sama menjauhkan wajah satu sama lain. Malu.
"Woyyy lu ngapain hah!?" Tannya june dengan suara tingginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/146396704-288-k127963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Love (Junrose)
De TodoRose kesal, ia hendak berlalu dari hadapan June dan masuk ke dalam apartemennya untuk menenangkan diri sejenak. Namun, lagi-lagi langkahnya di tahan oleh June. "Apa lagi?" tanya Rose mantap geram. "Gue June," jawab June sambil menyunggingkan senyum...