34. Bersurai?

347 27 26
                                    

"Bagaimana bisa kita bersatu jikalau masa lalumu selalu menghantu?" —Roseanne Park.

****

Gadis bermanik cokelat kehitaman itu tak henti-hentinya menangis, sembari berjongkok ia menyusun pakaiannya ke dalam koper. Ia ingin pergi dari sini. Setelah lelah merenung sambil menangis meratapi nasibnya membuat mata yang selalu memancarkan binar kini bengkak dan sebuah kantung di bawahnya terlihat jelas.

Rose tidak tidur, ia tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini. Pikirannya kacau, dalam hati ia mau menampar, meninju, dan memukul June dengan keras, tetapi nyalinya ciut jika bertatapan dengan lelaki itu.

Sekarang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Rose tak peduli dengan June dan apa yang lelaki itu lakukan. Ia sudah terlanjur sakit hati dibuat June. Lelaki itu masih saja sama, tak dapat mengontrol emosi.

Setelah berhasil memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Rose duduk di kasur sambil memainkan ponselnya. Ia mengetikkan beberapa huruf di layar, lalu mengirim pesan singkat itu pada Chanyeol, kakaknya.

Rose
Gue pulang hri ini. Jam set. 8 pesawatnya berangkat. Jmput di bndra.


BangBeol
Mendadak amat sih anjir, orng belum tidur juga dr semalem gua push rank.

Rose
G mau jmpt gpp.

BangBeol
Kenapa tiba-tiba? Diapain sama pcr lo?

Rose
Kangen Papa.

BangBeol
Kan bisa vc sihhh. Ngapa sih? Psti ada yg kagak beres nih.
P
P
P
Anjir, diread aja si kampret
Iya, gwe jmput di bndara ya adekku tersynk.

Rose menarik napas kasar. Kilasan adegan di mana June mencium Mina terekam jelas di pikirannya. Hal itu membuat dadanya sesak. Tidak habis pikir saja, June benar-benar tega mematahkan Rose untuk kedua kalinya.

Tidak ingin membuang-buang waktu, gadis itu beranjak hendak membersihkan diri. Setidaknya ia harus kelihatan baik-baik saja di depan keluarganya.

****

Bau minuman tercium dengan jelas ketika Rose membuka pintu kamar itu. Ia menarik napas panjang guna meredam emosinya. Tangannya menenteng sebuah koper dan kacamata hitam.

Dengan pakaian sederhana dan hiasan wajah yang terlihat natural, Rose masih terlihat sama, cantik seperti biasanya. Gadis cantik itu berjalan menuju pintu utama apartemen, ia sempat melirik seorang lelaki yang tertidur sendirian di sofa depan televisi dengan damai.

"Mina ke mana?" batin Rose bertanya-tanya ketika tak mendapati wanita itu di sana.

Entahlah, apa gadis itu sudah pulang atau bagaimana, ia tak peduli. Rose ingat, sekitar pukul tiga pagi, June memang sempat mengetuk pintu kamar yang ia tempati, sembari terus memanggil nama Rose dan kata maaf.

Tapi, untuk sekarang, maaf pun rasanya sulit untuk mengubah kepercayaan.

Rose mencoba tegar untuk pergi dari sini. Ia memilih untuk lari dari masalah yang seharusnya diselesaikan. Jenjang kakinya perlahan keluar dari apartemen milik kekasihnya. Dan ... lagi-lagi air mata itu turun tanpa permisi.

Selepas kepergian Rose, lelaki bermarga Koo itu membuka matanya. Gejolak di perutnyalah yang memaksanya untuk bangun. Ia segera berlari ke arah toilet dan memuntahkan segala isi perutnya di wastafel. Ini pasti efek dari alkohol yang ia minum.

My Boss My Love (Junrose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang