11

6K 802 298
                                    

Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.

Happy reading all...

Jangan lupa spam komen dan vote ya

⚠WARNING⚠
HARDWORDS⛔
RATED 🔞


LOVE A GAY

Jimin menatap Seulgi tanpa minat. Wanita itu begitu sibuk mendaftarkan nama nya saat mereka sudah sampai di klinik tempat kakak sepupu Jimin bekerja. Seulgi dengan semangat dan gesit nya berjalan kesana-kemari, sedangkan Jimin hanya duduk di ruang tunggu tanpa niat.

"Huft.. kau dapat nomor antrian 10." Ucap Seulgi dengan peluh membasahi kening nya.

Jimin bersedekap tangan, melirik Seulgi tanpa minat. "Sudah ku bilang aku tidak mau ikut terapi itu. Kenapa kau terus memaksa sih."

"Ini demi kesembuhan mu, dok. Memangnya kau mau terus-terusan menjadi seorang gay."

Jimin mengedikan bahu. "Aku nyaman dengan kehidupan ku yang sekarang. Jadi kenapa aku harus kembali menjadi normal?"

Seulgi menatap Jimin tidak percaya. "Percayalah, kehidupan normal mu jauh lebih menyenangkan daripada kehidupan gay mu. Tidak selamanya kau akan terus-terusan seperti ini. Kedua orangtua mu juga pasti menginginkan masa depan anak nya bahagia."

Jimin melirik Seulgi. "Kau terlalu mirip dengannya. Dan aku benar-benar tidak suka." Ucap Jimin.

"Apa? Kau mengatakan sesuatu barusan?" Tanya Seulgi karena ia tidak begitu jelas mendengar ucapan Jimin barusan.

"Jangan buat aku menjadi membenci dan menahanmu, Kang Seulgi."

Seulgi mengerutkan dahi nya bingung. Merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Jimin. Pria ini benar-benar terlihat sangat misterius.

"Kau bicara ap –" Ucapan Seulgi terpotong saat perawat memanggil nama Jimin.

Seulgi berdecak sebal setelah melihat Jimin masuk ke dalam ruang terapi.Wanita itu masih belum mengerti dengan sikap Jimin. Sebentar-sebentar menjadi pria dingin lalu berubah menjadi pria yang cukup perhatian.

"Dasar, sudah baik ku bantu. Dia malah bersikap menyebalkan begitu." Gerutu Seulgi.

Joohyun menyambut kedatangan Jimin dengan senyum merakah. Wanita yang tengah mengandung buah hatinya bersama Kim Seokjin itu menyambut Jimin dengan suka cita.

"Astaga.. adik sepupu ku benar-benar datang. Bahagianya aku sebagai terapis mu, Jim." Seru Joohyun exited.

"Aku tidak niat datang sebenarnya." Balas Jimin cuek.

Joohyun mendecak. Namun senyuman kembali merekah setelahnya. "Kau kemari dengan perempuan yang semalam bersama mu kan?" Tanya Joohyun.

"Nuna, jangan salah paham. Perempuan itu hanya asisten ku di rumah sakit. Jadi nuna jangan banyak berharap."

"Kau selalu saja seperti ini. Tapi setidaknya kau sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup bagus. Membawa seorang wanita asing bersamamu, bukankah itu hal yang sangat mustahil bagi Park Jimin yang sudah berubah ini." Ujar Joohyun.

"Aku masih menjadi Park Jimin yang biasanya. Park Jimin yang sekarang dan bukan Park Jimin yang dulu. Tolong jangan ungkit-ungkit masalah itu lagi, nuna."

"Jimin-ah, bagaimana kau mau sembuh kalau kau saja masih berperang bersama masalalu mu. Lepaskan semuanya, jangan takut untuk memulai kehidupan baru. Kau tau, ayah dan ibu mu benar-benar sedih karena perubahan mu ini. Kejadian itu sudah 5 tahun berlalu dan kau masih hidup di atas trauma mu."

"Itu bukan hal yang mudah untuk di lupakan, nuna. Semuanya sangat nyata dan membekas di hati ku. Aku tidak mungkin melupakannya dalam sekejap. 'Dia' sangat berarti untukku dan aku bodoh karena melepaskannya waktu itu."

"Itu bukan salahmu, Jim. Tentu saja itu bukan kesalahan mu. Dia yang memutuskan, dia yang menghianatimu tapi kenapa kau yang mengalami trauma ini. Kenapa kau yang harus hidup di dalam tekanan seperti ini? Pikirkan masa depanmu, Jimin-ah –jangan jadi seorang pengecut yang kalah dengan masalalu nya." Ujar Joohyun.

Jimin tersenyum miris. "Ya, aku memang seorang pengecut yang kalah dan tidak bisa bangkit dari masalalu nya." Ucapnya getir.



.

.

.


SEBAGIAN PART DI UN-PUB .

JIKA INGIN BACA KESELURUHAN CERITA BISA U ORDER E-BOOK NYA.

ORDER E-BOOK : 085319382024 (whatsapp) 

[2] Love A Gay [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang