Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.
Happy reading all...
Jangan lupa spam komen dan vote kalo mau fast update terus wwkw
Un-edit!! Sorry kalo banyak typo nya.
⚠WARNING⚠
HARDWORDS⛔
RATED🔞LOVE A GAY
"Jimin, usahakan tenangkan pikiran dan reaksi tubuhmu. Jangan terlalu berusaha menahannya kalau memang kau tidak sanggup. Kita bisa melakukannya dengan perlahan." Ucap Seulgi.
Belaian tangan Seulgi mulai naik ke arah bahu kekar Jimin. Mengusapnya dan merasakan bagaimana kerasnya otot bisep yang dimiliki oleh Jimin.
Jimin memejamkam matanya erat-erat. "Kau mau menyudahinya? Katakan saja kalau kau mulai tidak nyaman." Tanya Seulgi saat melihat reaksi Jimin.
Jimin menggeleng. "Tidak, tetap lanjutkan. Dan jangan menjauhiku, Seulgi." Ucap Jimin.
Seulgi diam-diam tersenyum tipis saat melihat reaksi Jimin dan kerja keras Jimin. Dia tau perjuangan Jimin tidaklah mudah. Begitupun dengan dirinya, namun mereka berdua sama-sama mengharapkan akhir yang baik.
"Kau merasa baik-baik saja, Jimin-ssi?" Tanya Seulgi saat sentuhannya semakin naik ke atas. Wanita itu dengan ragu mengusap dada bida Jimin.
Dengan nafas berat, Jimin menyahuti ucapan Seulgi. "Aku baik-baik saja, tapi tolong jangan sentuh lebih dari itu. Aku masih tidak sanggup menahan reaksi tubuhku. Aku takut menyakitimu." Ucap Jimin yang mencegah agar Seulgi tidak menyentuh bagian paling bawah dari dada nya.
"Aku mengerti, maaf." Ucap Seulgi lalu kembali mengalihkan sentuhannya ke lengan Jimin, lalu naik ke pundak Jimin. Memijatnya dengan lembut membuat geraman halus tertahan di tenggorokan Jimin.
"Seulgi, jangan panggil aku dengan embel-embel 'Ssi' lagi mulai sekarang. Orang lain akan menganggap kita aneh." Ucap Jimin.
Seulgi menghentikan gerakan tangannya dan menatap Jimin. "Memangnya kenapa? Lalu aku harus memanggilmu apa?" Tanya Seulgi.
Jimin memberanikan diri menarik tangan Seulgi membuat jarak tubuh mereka jauh lebih dekat dari sebelumnya. "Panggil aku dengan namaku saja. Aku mulai tidak suka saat kau memanggilu dengan formal begitu. Hubungan kita sudah jauh lebih dekat dari sebelumnya kan sekarang?" Ujar Jimin.
Seulgi memalingkan wajahnya gugup lantaran jarak wajah mereka cukup dekat. "Aku akan memanggilmu dengan namamu." Katanya. Jimin tersenyum, pria itu kembali mengarahkan kedua tangan Seulgi ke atas tubuhnya.
"Lanjutkan pengobatanmu, bu dokter." Ucap Jimin dengan di-iringi kekehan lembut. Seulgi terpesona sesaat saat melihat wajah sumringah Jimin. Tapi sedetik setelah itu ia menggelengkan kepala nya pelan –ia tidak boleh melibatkan apapun dalam masalah ini. Kalau ia tidak ingin kehidupannya semakin repot nantinya.
Seulgi kembali memainkan kedua tangannya di atas tubuh Jimin. Jimin kembali menahan nafasnya saat belaian tangan Seulgi semakin naik ke atas. Pra itu berusaha meluruskan pikirannya, ia berusaha tidak mengungkit masalalu kelam yang tiba-tiba saja menyeruak ke dalam pikirannya.
Ingatan masalalu dimana ia 'melakukannya' bersama seseorang yang dulu pernah ia sayangi kembali memenuhi pikirannya. Jimin langsung menangkap tangan Seulgi saat wanita itu baru saja menyentuh lehernya.
Dengan nafas terengah dan kedua mata yang sebelumnya terpejam erat, Jimin menatap Seulgi dalam-dalam.
"Cukup, Seulgi-ya. Aku tidak kuat." Ucap Jimin dengan nafas terengah. "Aku takut melakukan sesuatu yang menyakitimu." Lanjutnya lagi.
Seulgi mengangguk mengerti. Wanita dengan sabar membimbing Jimin ke arah ranjang hotel, dan mendudukkan pria itu di atas ranjang. Dengan telaten Seulgi memberikan segelas air putih ke arah Jimin dan menunggu sampai Jimin benar-benar tenang.
"Kalau kau lelah, kita bisa sudahi terapi hari ini. Lagipula kau sudah jauh lebih mendingan di percobaan pertama kita." Ucap Seulgi.
Jimin menggeleng. "Tapi aku masih belum puas. Itu belum memperlihatkan perkembangan apapun dariku. Aku masih ingin mencobanya."
"Kau tidak perlu memaksakan semuanya, Jimin. Kita sudah sepakat akan melakukannya secara perlahan, kan?" Kata Seulgi.
"Tapi –aku benar-benar payah, Seulgi. Aku benar-benar lemah sekali sebagai pria." Jimin mengerang kesal.
"Jangan salahkan dirimu sendiri. Tidak akan ada yang menginginkan kesialan dalam kehidupannya. Sekarang lebih baik kau tenangkan dirimu. Kalau kau sudah siap, kita akan mulai terapi nya lagi." Ucap Seulgi lalu beranjak dari ranjang.
Namun belum sempat Seulgi melangkah, tangannya sudah di tahan oleh Jimin. Seulgi tersentak saat Jimin menarik tangannya membuat tubuhnya terhuyung jatuh ke pangkuan Jimin.
"Jangan tinggalkan aku. Jangan tinggalkan aku." Jimin terisak sambil mendekap tubuh Seulgi erat-erat.
"Jimin-ah.." Panggil Seulgi pelan. Namun Jimin tiba-tiba melepaskan pelukannya dan mendorong tubuh Seulgi pelan. Pria itu mengerang frustasi sambil menjambaki rambutnya sendiri.
"Tenanglah, kau ini kenapa lagi?" Tanya Seulgi yang masih duduk di pangkuan Jimin.
"Aku sakit, Seulgi. Aku benar-benar tidak bisa sembuh." Ucap Jimin.
Seulgi menarik kepala Jimin dan mendekapnya. Mengelus puncak kepala Jimin seperti seorang ibu yang tengah menenangkan anaknya yang menangis.
"Kau kenapa? Ceritakan kepadaku kesulitanmu, Jimin. Jangan kau pendam sendirian." Ucap Seulgi.
Jimin menggeleng di dalam pelukan Seulgi. "Tidak, aku tidak mau kau lari terbirit-birit saat mendengar kisah kelam ku."
"Tidak akan. Aku tidak akan seperti itu. Kau mempercayaiku kan?"
.
.
.
SEBAGIAN PART DI UN-PUB .
JIKA INGIN BACA KESELURUHAN CERITA BISA ORDER E-BOOK NYA.
ORDER E-BOOK : 085319382024 (whatsapp)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Love A Gay [M]✔
Fiksi Penggemar『 𝒄𝒐𝒎𝒑𝒍𝒆𝒕𝒆 』✔ CERITA LENGKAP HANYA TERSEDIA DI E-BOOK! Jungkook ❌ Yeri (Main Cast) Jimin ❌ Seulgi (Second Cast) Dua orang wanita yang tidak sengaja pmemergoki dua orang pria yang tengah melakukan sesuatu di luar batas normal. Kim Yerim...