Sungguh aku sangat tidak konsentrasi saat bekerja tadi. Aku terus memikirkan tentang Jisung. Aku tidak tau kenapa aku bisa keceplosan membentaknya. Seumur hidupku, aku tidak pernah membentak anak-anakku sama sekali. Senakal apapun mereka, aku berusaha untuk tidak membentaknya. Karena menurutku itu hal yang sangat tidak baik. Tapi entah kenapa kemarin aku benar-benar meluapkan emosiku pada Jisung.
"Aku pulang" aku berjalan lemas.
Aku melihat Hyomin menghampiriku.
"Dimana Jisung?" tanyaku.
"Di kamar. Seharian dia menangis terus-menerus. Temui dia"
Sepertinya Hyomin mengerti keadaanku. Ia tidak marah padaku karenanya.
Aku segera melangkahkan kakiku ke kamar Jisung. Perlahan ku buka pintu kamarnya. Terlihat dia sudah tertidur. Kudekati dia. Di dalam tidurnya, ia masih sesenggukan dan masih ada sisa airmata di pipinya. Aku duduk di pinggir kasur dan mengusap kepalanya.
"Maafkan appa sayang. Appa benar-benar minta maaf. Banyak sekali masalah di pikiran appa belakangan ini. Appa takut tidak bisa lagi membahagiakan kalian. Maafkan appa" aku tertunduk. Tak terasa airmataku menetes. Aku benar-benar menyesal. Sepertinya aku pantas di cap sebagai ayah yang bodoh saat ini.
"Appa" aku mendongak dan tersenyum.
"Kau terbangun? Maafkan appa"
Dia duduk dan menggeleng. "Aku ingin minta maaf padamu, appa. Tadi aku salah. Seharusnya aku tidak bermain di dekat meja kerja appa"
Aku tersenyum. "Tidak apa-apa. Appa juga minta maaf padamu. Tadi appa sudah membentakmu. Kau pasti marah pada appa kan?"
Dia menggeleng. "Aniyo. Aku sayang appa" katanya diakhiri dengan senyuman.
Aku tersenyum. "Aigoo. Anakku sudah besar" aku membawanya ke pelukanku. "Maafkan appa ya sayang. Appa janji tidak akan mengulangnya lagi"
"Aku juga janji tidak akan mengulangnya lagi" dia memeluk leherku dengan erat.
Aku mencium kepalanya dengan lembut dan melepas pelukanku. "Sekarang tidurlah. Sudah malam. Besok kau harus sekolah kan?"
Dia mengangguk. "Appa juga tidur ya. Pasti appa lelah. Ada bayangan hitam di bawah mata appa" mungkin maksudnya lingkaran hitam.
Aku terkekeh. "Baiklah, boss. Selamat tidur"
Setelah melihat Jisung sudah tertidur kembali, perlahan aku keluar dari kamarnya. Aku bisa bernafas lega sekarang. Setidaknya satu masalahku terselesaikan.
"Mau minum teh?" tanya Hyomin yang entah sejak kapan ada di belakangku.
Aku menggeleng. Aku menarik Hyomin ke pelukanku. "Aku minta maaf atas kejadian tadi. Itu benar-benar di luar kendaliku. Mianhae"
"Aku mengerti. Sekarang aku minta sesuatu padamu. Apa boleh?"
Aku melepas pelukannya. "Apa?"
Dia menarikku ke kamar.
Oh astaga. Apa dia minta 'itu' sekarang? Woah, kau tepat. Aku sedang tidak dalam mood yang baik. Siapa tau dengan kita melakukan 'itu', mood ku jadi membaik.
Sesampainya di kamar, ia menyuruhku untuk duduk di sofa.
Mungkinkah dia ingin gaya yang baru? Sofa tidak buruk menurutku. Asal aku bisa leluasa saja. Batinku terus saja berteriak kegirangan.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya saat melihat raut wajahku yang tampan ini.
"Bukankah kau akan mengajakku melakukan 'itu'?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.G
FanficSeperti inilah kehidupan pernikahan kami.. Layaknya sebuah kapal yang terus diterpa angin kencang, gelombang laut pasang dan ribuan Batu karang yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan kapal ini. Namun kami tetap berusaha agar kapal ini dapat berlayar...