#28 MINGYU

2.9K 242 13
                                    

Kalian harus lihat bagaimana muka Hyomin saat beberapa waktu lalu saat aku mengerjainya dengan pura-pura berselingkuh. Mukanya merah, matanya yang terus melotot dan nada bicaranya yang menggelegar. Awalnya aku kasihan padanya karena dia tampak begitu sedih dan marah. Tapi karena wajahnya sangat menggemaskan, aku jadi ingin melanjutkan drama ini. Terlebih lagi, Wonwoo hyung mendukungku. Ah iya, kunjungan Wonwoo hyung kesini bukan semata-mata hanya untuk ulang tahun Hyomin. Ia juga ada pekerjaan di sini. Namun sayangnya, ia harus kembali karena Daeul sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Aku salut dengannya karena ia lebih mementingkan keluarganya dibanding apapun. Aku sering berkonsultasi tentang keluarga dengannya. Itulah mengapa aku sangat dekat dengan Wonwoo hyung.

Seperti biasa hari ini, aku pergi ke kantor dengan menyetir sendiri. Bukan karena aku pelit, tapi aku lebih nyaman untuk menyetir sendiri daripada memakai supir. Sebenarnya ayahku menyuruhku untuk memakai fasilitas yang di berikan kantor, tapi aku kekeh menolaknya. Menurutku, selagi aku bisa sendiri--aku akan melakukannya sendiri.

"Selamat pagi" sapaan karyawanku saat aku berjalan menuju lift terus terdengar. Tentu saja aku membalas sapaan mereka. Aku ini atasan yang baik.

Sesampainya aku di lantai tertinggi gedung ini, aku dikagetkan dengan adanya ayah dari Seungcheol hyung. Beliau ini adalah salah satu pemilik perusahaan ini, bersama dengan ayahku. Jadi ibaratnya, mereka hanya ada di belakang layar saja.

"Eoh, annyeonghaseyo" sapaku sopan.

Beliau tersenyum. "Apa kabar kamu?"

"Baik-baik saja. Bagaimana kabarmu Mr.Choi?" tanyaku sopan.

"Baik. Bagaimana kabar istrimu? Maaf kami belum sempat menengok kalian ya"

"Ah, tidak apa-apa" kataku. "Ngomong-ngomong, tumben sekali anda kesini. Ada yang bisa kubantu?" tanyaku. Ingat, aku harus sopan. Bisa habis karierku jika tidak sopan.

"Saya akan mengadakan rapat besar hari ini. Saya ingin kau dan Seungcheol nanti, mengurusnya"

"Baiklah. Silahkan menunggu dulu di ruanganku. Jika sudah siap, nanti akan kupanggil"

Beliau mengangguk mengiyakan. "Baiklah. Jangan terlalu lama, saya masih ada urusan lain" katanya sambil beranjak.

Saat ia sudah masuk keruanganku, aku buru-buru menemui Seungcheol hyung di ruangannya.

Aku meletakkan tas kerjaku yang tak sempat aku letakkan tadi di sofanya.

"Hyung, ayahmu datang" kataku menghampirinya yang tengah fokus pada ponselnya itu.

"Tentu saja aku tau, bodoh. Dia itu ayahku" katanya malas.

"Ah iya juga. Beliau menyuruh kita menyiapkan rapat besar hari ini"

"Aku sudah tau" dia melirikku malas. "Sepertinya kau ini belum pulih dari sakitmu ya? Jelas aku datang lebih dulu daripada kau. Tentu saja aku sudah tau"

Aku memaksakan senyumku. "Benar juga" aku menepuk keningku. "Sebenarnya ada apa hyung? Kenapa dadakan sekali?"

Dia mengendikkan bahunya. "Bersiaplah. Aku sudah menyuruh karyawan untuk berkumpul" titahnya.

Aku mengangguk. "Baiklah" aku bangkit dari kursinya. "Tunggu. Aku kan boss-nya, kenapa kau menyuruhku?"

Dia membuang nafasnya kasar. "Kalau kau tidak mau map ini kulemparkan padamu, pergilah ke ruang rapat sekarang"

"Baiklah" aku menyerah. Wajahnya benar-benar menakutkan. Awas saja nanti, aku akan membalasmu.

Saat aku sampai di ruang rapat, ternyata semua sudah berkumpul. Mereka berdiri dan memberikan salam saat aku masuk. Lihat, aku boss-nya.

Semua sudah berkumpul. Aku, Seungcheol hyung, Seokmin, Vernon dan juga ayah Seungcheol hyung sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Baiklah. Saya minta maaf karena telah menganggu waktu kerja kalian" beliau memulai rapatnya. "Saya ingin memberi tau perkembangan proyek kita yang ada di Kanada. Sejauh ini, sebentar lagi sudah hampir selesai. Dan tentunya, saya butuh orang yang bisa memantaunya kesana. Untuk itu, saya menugaskan Mingyu selaku direktur utama perusahaan ini untuk mengawasi jalannya perusahaan di sana" aku terpekik saat mendengar pernyataannya. "Tidak lama. Hanya satu atau dua tahun saja" sambungnya.

"Sebentar Mr. Choi. Apa harus saya yang pergi? Maksudku masih ada Seokmin atau Vernon yang bisa meng- handle -nya" aku tidak menyebutkan Seungcheol hyung, karena ia adalah direktur keuangan. Jadi ia tidak ahli dalam mengurus hal seperti ini.

Dia menggeleng. "Saya sudah pertimbangkan matang-matang. Dan aku memutuskan untuk mengirimu kesana" katanya.

Aku mengusap wajahku kasar. Bukan aku tidak mau, tapi aku tau jika aku dikirim untuk waktu yang tidak terlalu lama, aku tidak boleh membawa keluargaku kesana. Dan tentu aku berat sekali meninggalkan mereka disini.

"Bisakah aku rundingkan hal ini pada keluargaku dulu?" pintaku.

Beliau mengangguk. "Silahkan saja. Tapi minggu depan, kau sudah harus berangkat"

Aku mengangguk pasrah. Tidak ada yang bisa aku perbuat juga kan?!

Rapat hari ini berlangsung lumayan lama. Tak terasa, siang hari sudah menjelang.

"Baiklah. Rapat ini saya akhiri. Saya masih ada urusan lain, jadi saya akan langsung pulang" katanya berdiri dan diikuti oleh seluruh orang yang ada di ruangan ini termasuk aku.

Aku menjatuhkan tubuhku di kursiku.

"Ayo, kita bicarakan ini di ruanganku" kata Seungcheol hyung menepuk pundakku dan beralih keluar.

Aku mengikutinya masuk ke ruangannya, tentu saja Seokmin dan Vernon sudah ada dibelakangku.

"Hyung, tidak bisakah kau membujuk ayahmu untuk tidak mengirimku?" pintaku.

"Kau tau sendiri kan bagaimana ayahku? Jika dia sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa mengubahnya" tutur Seungcheol hyung.

"Lalu aku harus bagaimana?" aku menjambak rambutku sendiri.

"Kau masih ada waktu satu minggu untuk berunding dengan Hyomin, Gyu" ucap Seokmin.

"Satu minggu itu bukan waktu yang lama. Ini terlalu mendadak menurutku. Aku bingung harus mulai darimana membicarakan ini pada keluargaku"

"Kau belum mencobanya, hyung. Bicarakan pelan-pelan. Buatlah seakan ini bukan berita dadakan" kata Vernon.

"Bicara seperti itu memang mudah. Tapi prakteknya itu sangat berat untukku"

"Tapi mau tidak mau, kau harus membicarakan masalah ini secepatnya Mingyu" kata Seungcheol hyung.

"Aku yakin pasti Hyomin dan juga anak-anak akan sedih jika aku membicarakan ini. Aku tidak mau membuatnya sedih lagi" hampir saja aku menangis kalau saja aku tidak ingat kalau aku ini laki-laki.

"Lalu? Kau mau bicara pada mereka sehari sebelum kau pergi? Itu sama saja bunuh diri" benar juga apa kata Seokmin barusan.

"Eottoke. Aku bingung harus bagaimana"

"Aku yakin kau bisa bicara pelan-pelan dengan mereka. Cobalah dulu. Aku akan membantumu jika memang di perlukan" ucap Seungcheol hyung menepuk punggungku.

Semoga saja tidak terjadi tumpahan air mata lagi di keluargaku. Hatiku rasanya sakit melihat air mata Hyomin yang jatuh ke pipinya.



Tbc.

Yaaaahh, Mingyu bakal pergi. Tamatin ga ya???? 😆😆😆😆😆😆

Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang