Seokmin, Hyomin dan juga Yuzu memutuskan untuk membicarakan masalah ini di rumah Seokmin. Hari ini Seokmin sengaja untuk tidak bekerja agar ia bisa membicarakan ini pada Yuzu.
Seokmin tidak habis pikir dengan keputusan Yuzu yang tiba-tiba meminta bantuan yang tidak wajar pada Hyomin.
"Kau sudah gila? Kau pikir aku ini apa, dengan seenaknya menaruh benihku di rahim wanita lain? Huh?" kata Seokmin pada Yuzu dengan nada yang lumayan tinggi.
"Apa salahnya, Seokmin? Kau ingin punya anak, orangtuamu juga ingin mempunyai cucu. Aku tidak bisa memberikannya untuk kalian. Aku meminta bantuan Hyomin apa itu salah?" kata Yuzu yang sudah mulai meneteskan air matanya.
"Salah! Jelas kau salah. Kita masih bisa usaha sayang. Jangan berfikir terlalu pendek seperti itu" kata Seokmin.
"Benar Yuzu. Aku yakin kau bisa mempunyai anak. Kau hanya harus bersabar" kata Hyomin yang di angguki Seokmin.
Yuzu menggeleng. "Aku di vonis kanker rahim oleh dokter" katanya yang membuat Seokmin dan Hyomin kaget.
"Apa maksudmu?" tanya Seokmin.
"Kau tidak tau kan? Bulan lalu aku memeriksakan kondisiku ke dokter. Dan ternyata, aku terkena kanker rahim"
Seokmin menggeleng tidak percaya. "Jangan bohong Yuzu. Aku tidak suka jika aku di bohongi"
"Kalau kau tak percaya, ayo kita ke dokter. Aku harap kau ikut Hyomin" kata Yuzu kepada Hyomin.
Seokmin setuju, ia membawa Yuzu ke dokter yang berbeda dengan dokter Yuzu kemarin. Tentunya Hyomin ikut bersama mereka.
"Bagaimana kondisi istri saya dok?" tanya Seokmin.
Raut wajah dokter itu sungguh tidak menunjukkan keadaan yang baik. Untung saja, Hyomin membawa Yuzu keluar agar ia tidak mendengar hal yang buruk tentang dirinya. Meskipun Yuzu sudah tau keadaannya, Hyomin tidak mau Yuzu bersedih karena mendengar apa yang dokter itu katakan.
"Seperti yang sudah saya duga. Istri anda terkena kanker rahim stadium 4. Umurnya sudah tidak lama lagi" kata dokter itu.
Seokmin lemas. Ia tidak punya tenaga untuk bertanya lebih lanjut.
"Saya minta maaf karena harus mengatakan ini" lanjut dokter itu.
"Lalu apa yang harus saya lakukan dokter? Adakah cara agar kanker itu hilang?" tanya Seokmin penuh pengharapan.
"Sayangnya kanker itu sudah menyebar hingga paru-paru, jadi kita hanya bisa berdoa untuknya"
"Tapi apa ini mungkin dokter? Selama ini istri saya baik-baik saja. Ia tidak pernah mengeluh sakit"
"Kanker memang seperti itu, Seokmin-ssi. Penderitanya tidak harus merasa kesakitan. Mungkin saja, istri anda menyembunyikan rasa sakitnya dari anda"
Seokmin mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa membayangkan jika nantinya Yuzu akan meninggalkannya selama-lamanya. Ia sangat mencintai Yuzu lebih dari apapun.
Setelah selesai berkonsultasi, Seokmin keluar dari ruangan dokter itu. Di depan, Hyomin dan Yuzu sudah menunggunya sejak tadi.
"Sekarang kau sudah tau kondisiku kan? Untuk itu aku meminta bantuan Hyomin untuk bisa membahagiakanmu. Setidaknya, jika aku meninggal nanti, aku sempat melihat wajah bahagiamu sayang" kata Yuzu pada Seokmin.
"Tutup mulutmu itu. Kau tidak akan kemana-mana. Dan bahagiaku itu hanya denganmu" ucap Seokmin tegas. "Ayo kita pulang" ajak Seokmin.
"Aku akan ke menjemput anak-anakku. Kalian pulanglah duluan" kata Hyomin.
"Tidak. Biar Seokmin yang mengantarmu" kata Yuzu.
"Tidak perlu. Aku akan naik taksi nanti" kata Hyomin di akhiri dengan senyum.
"Tadi kalian berangkat bersama, artinya kalian juga harus pulang bersama" kata Yuzu. "Sudah sana cepat, sayang. Jangan biarkan Jisung dan Sora menunggu" sambung Yuzu mendorong Seokmin.
"Lalu kau bagaimana?" tanya Seokmin.
"Aku ingin kerumah orangtua ku dulu. Jadi dekat dari sini. Sudah sanaa" kata Yuzu lagi.
"Baiklah. Kau hati-hati. Nanti aku akan menyusulmu" kata Seokmin yang di angguki Yuzu.
Seokmin mencium kening Yuzu sebelum mengajak Hyomin untuk pulang.
Sepanjang perjalanan, Seokmin terus berdiam diri. Pikirannya pergi entah kemana.
"Kau tidak perlu mengantarku, Seokmin. Aku bisa naik taksi" kata Hyomin memecah keheningan dan sontak membuat Seokmin tersadar dengan lamunannya.
"Tidak. Lagipula aku juga tidak bekerja hari ini" kata Seokmin tersenyum.
"Apa dokter bicara hal yang tidak menyenangkan?" tanya Hyomin.
Seokmin tidak buru-buru menjawab. Ia membuang nafasnya kasar. Ia menepikan mobilnya agar lebih leluasa berbicara.
"Dokter bilang, Yuzu terkena kanker rahim stadium 4. Kankernya sudah menyebar hingga paru-paru" jawab Seokmin yang membuat Hyomin kaget. "Dan yang lebih parahnya, dia bilang jika umur Yuzu tidak lama lagi. Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang" katanya membenamkan wajahnya di balik kemudi.
Hyomin mengusap bahu Seokmin menenangkan. "Tenanglah. Itu hanya prediksi dokter. Tuhan yang menentukan umur manusia"
Seokmin mendongakkan kepalanya menatap Hyomin. "Tapi bagaimana jika itu benar terjadi? Aku tidak bisa hidup tanpanya, Hyomin. Aku sangat mencintainya" kata Seokmin yang mulai meneteskan air matanya.
Hyomin terdiam. Ia berinisiatif untuk memeluk Seokmin. Dan akhirnya Seokmin membalas pelukan Hyomin dan menangis sejadi-jadinya.
"Menangislah, jika itu membuat hatimu lega" kata Hyomin sembari mengusap punggungnya.
Seokmin makin mempererat pelukannya. "Aku takut Hyomin. Aku takut. Aku takut jika dia akan meninggalkanku sendirian"
"Siapa bilang kau sendirian? Masih ada aku, Mingyu dan yang lainnya. Kau tidak akan sendirian Seokmin"
Sudah hampir lima menit, Seokmin bertahan dalam posisinya saat ini. Tangisnya mulai mereda. Setelah ia merasa kalau dia sudah lebih tenang, ia melepaskan pelukannya.
"Maafkan aku. Aku harus menangis di depanmu" katanya.
Hyomin tersenyum. "Sesekali kau memang harus menangis, karena kau juga manusia"
Seokmin mengangguk setuju. "Aku sudah lebih tenang sekarang. Ayo kita jemput Jisung dan Sora. Pasti mereka sedang menunggu kita" kata Seokmin yang di angguki Hyomin.
.....
Disisi lain, Yuzu tiba-tiba menghubungi Mingyu. Entah maksudnya apa.........
Tbc.
Aku berbaik hati.....
Aku akan private setiap chapter dengan POV Mingyu 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.G
FanfictionSeperti inilah kehidupan pernikahan kami.. Layaknya sebuah kapal yang terus diterpa angin kencang, gelombang laut pasang dan ribuan Batu karang yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan kapal ini. Namun kami tetap berusaha agar kapal ini dapat berlayar...