Hari ini aku sengaja untuk meliburkan diri agar bisa menghabiskan waktuku dengan keluargaku. Saat kutawari mereka untuk jalan-jalan, mereka menolak. Bukan karena tidak mau, mungkin karena mereka masih lelah.
Aku terbangun karena mencium Wangi masakan yang sudah lama tak tercium disini.
"Sedang apa sayang?" tanyaku pada Hyomin sembari memeluknya dari belakang. Tentu saja suaraku masih serak dan hmmm..., sexy?
"Membuat sarapan untuk kalian" jawabnya sembari tersenyum.
"Anak-anak belum bangun?"
"Belum. Ini pertama kalinya mereka bepergian jauh, mungkin mereka jadi sangat lelah" jawabnya yang kuangguki.
Aku beralih mengambil segelas air putih dan meminumnya. Hal yang selalu kulakukan selama ini. Hal ini di percaya membuat racun ditubuh terbuang saat pagi hari. Percaya padaku.
"Lebih baik kau mandi dulu. Setelah itu kita sarapan" kata Hyomin.
"Nanti saja. Aku masih sedikit mengantuk" kataku duduk di meja makan.
"Yasudah tidur lagi saja"
"Tidak mau. Aku ingin bersamamu sebelum anak-anak bangun" ucapku yang membuatnya melirik ke arahku.
Sudah dua hari mereka disini, tapi aku belum melakukan 'itu' dengan Hyomin. Ia selalu menolak dengan alasan lelah. Padahal sebenarnya dia tidak akan lelah, dia kan hanya harus diam. Aku yang 'berusaha' membuatnya puas.
Payah!
"Ah iya, bagaimana kabar teman-temanku? Aku jarang sekali menghubungi mereka belakangan ini" tanyaku.
"Baik. Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan Seungcheol oppa dan juga Vernon"
"Apa Vernon sudah menikah? Kenapa dia tidak mengundangku?"
"Belum. Mereka akan menikah tiga bulan lagi. Ayah Taeri sedang sakit, jadi mereka menundanya" katanya yang kuangguki lagi.
"Bagaimana dengan Seokmin? Apa kau makin dekat dengannya?"
Pertanyaan itu membuatnya menoleh kearahku. "Maksudmu?"
"Hmm.., ya kan kau selalu menemaninya, pasti kalian menjadi dekat kan? Dan itu bagus" kataku dengan tertawa serius.
Dia mematikan kompornya dan menghampiriku. Kemudian ia menatapku.
"Apa kau sudah tau tentang permintaan terakhir Yuzu pada kami?" tanyanya yang membuatku terkejut.
"Ti--tidak. Apa itu?"
"Jangan berbohong padaku, Gyu. Aku dan Seokmin tau jika kau sudah tau semuanya. Jangan tutupi itu lagi"
"Aku tidak mengerti maksudmu, Hyomin"
"Kau tau kan kalau Yuzu memintaku untuk mengandung anak Seokmin?"
Aku terdiam.
"Lalu kau setuju?" tanyanya lagi.
Aku terdiam sesaat. Haruskah aku jujur? Atau aku harus berbohong?
"Gyu, aku bertanya padamu. Apa kau setuju?" tanyanya lagi karena aku masih terdiam.
"Laki-laki bodoh mana yang setuju tentang hal itu, Hyomin? Aku tidak mengerti sebenarnya apa maksud Yuzu meminta itu pada kita. Kenapa mesti kau, kenapa mesti aku yang jadi korbannya?"
"Aku juga tidak mengerti. Aku juga sama terkejutnya denganmu. Awalnya aku bingung kenapa Yuzu terus-terusan membuatku dekat dengan Seokmin. Lama kelamaan akhirnya ia jujur pada kami"
"Baiklah. Aku anggap dia putus asa. Sekarang aku tanya padamu, apa rencanamu dengan Seokmin?"
"Apa maksudmu rencana? Aku tidak ada rencana apa-apa. Kau pikir aku mau mengandung anak yang bukan dari suamiku? Jangan gila, Mingyu"
"Bagaimana dengan Seokmin? Apa dia setuju dengan usul Yuzu?"
"Tentu saja tidak. Dia yang paling menentangnya, Gyu. Dia marah besar saat itu pada Yuzu"
Aku mengusap wajahku kasar. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan sekarang.
"Apa kau pernah berfikiran untuk setuju dengan ide gila itu?" tanyanya.
"Aku hanya memikirkan Seokmin. Aku yakin dia menginginkan anak. Aku sangat mengerti perasaannya" jawabku.
"Kau gila, Gyu. Kau sangat gila. Kau memikirkan orang lain dan mengorbankanku?"
"Tidak. Dengarkan aku dulu. Aku hanya sempat berfikiran saja. Aku menyayangi kalian semua. Aku tidak mungkin diam saja melihat kalian seperti ini"
"Lalu kau ingin apa? Kau ingin aku mengandung anaknya? Huh?" dia membentakku.
Astaga, dia menakutkan. Ini pertama kalinya Hyomin membentakku seperti ini.
YaTuhan.. Selamatkan aku.
"Bisakah kau bicara sedikit pelan? Nanti kalau anak-anak bangun dan melihat kita bertengkar, mereka akan sedih"
Dan aku juga takut. Ingin rasanya kutambahkan itu di akhir kalimatku.
"Dengarkan aku Hyomin sayang. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau pemarah sekali" kataku lagi.
"Bagaimana aku tidak marah jika kau seperti ini, Kim Mingyu?" nada bicaranya terdengar sangat kesal padaku. Itu artinya, sudah di pastikan malam ini aku tidak akan diperbolehkan menyentuhnya.
"Tenanglah dulu. Astaga. Kau menakutkan sekali"
"Aku sedang serius, Mingyu" katanya dengan mata melotot.
"Arraseo arraseo. Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Aku sekarang ingin bertanya padamu. Apa kau ini sebenarnya laki-laki?"
Aku mendelik kaget. "Tentu saja. Kau ingin membuktikannya? Ayo, cepat" jawabku sembari berdiri.
Aku tidak mengerti sebenarnya dia itu kenapa? Bisa-bisanya dia meragukanku.
Dia mendecak. "Jika kau laki-laki, buat keputusan. Jangan menjadi laki-laki yang tidak punya pendirian, Mingyu"
"Aku sudah buat keputusannya. Dan aku harap, kau menyetujui apapun keputusanku kali ini"
Dia terdiam.
"Kau dengar, Hyomin? Kau harus menyetujui apapun keputusanku. Mengerti?" tanyaku lagi.
"Pasti. Aku akan menyetujuinya apapun itu. Lalu apa keputusanmu?"
Tbc.
Ea~ karena sesuatu yang menggantung itu menyenangkan 😂😂😂😂
CHANGE UP! 😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Life (M.F.H season 2) → K.M.G
Fiksi PenggemarSeperti inilah kehidupan pernikahan kami.. Layaknya sebuah kapal yang terus diterpa angin kencang, gelombang laut pasang dan ribuan Batu karang yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan kapal ini. Namun kami tetap berusaha agar kapal ini dapat berlayar...