"gimana...mau ya please"
"gampang lah bisa diatur"
"please Put jarang jarang loh aku minta tolong"
"iya....iya....bawel banget sih,aku cium"
"iissh"
Setelah panjang lebar kali tinggi terus ketemu deh keliling persegi,eh maksudnya ketemu titik terang dari pemaksaan Satria tempo hari itu.
Aku ajakin Putra biar dikira aku punya pacar.
"lo kok gitu sih Fe,rumit. Sadar Fe,lo nantinya yang bakal sakit sendiri jalanin hubungan yang kaya kembang pasir ini,gue nggak setuju"Aku diam memikirkan masak masak perkataan Putra.
"lo tau Fe nggak cuma dia aja yang sayang,bisa bahagiain lo banyak kali cowok diluar sana yang pengen jadi pacar lo. Lo tuh cantik,seksoy,bohai,smart cuma kadang lemot aja sih yang bikin ilfill"
Aku getok kepala Putra pake buku batik akuntansi sang sedang aku timang.
"aduuh" dia mengelus kepalanya.
"lo kok gitu sih Fe,rumit. Sadar Fe,lo nantinya yang bakal sakit sendiri jalanin hubungan yang kaya kembang pasir ini,gue nggak setuju"
Aku diam memikirkan masak masak perkataan Putra.
"lo tau Fe nggak cuma dia aja yang sayang,bisa bahagiain lo banyak kali cowok diluar sana yang pengen jadi pacar lo. Lo tuh cantik,seksoy,bohai,smart cuma kadang lemot aja sih yang bikin ilfill"
Aku getok kepala Putra pake buku batik akuntansi sang sedang aku timang.
"aduuh" dia mengelus kepalanya.
Putra sahabat aku dari SMP teman cowok terdekat,terbaik dan tak pernah jaim. Apapun pasti dia katakan,apapun itu.
"lo tau kakak kelas kita,yang coba deketin lo juga banyak. Itu siapa emmm ah iya Pandu bener Pandu"
Ah iya dia. Pikiranku menerawang jauh mengakses memori di otakku tiga tahun lalu.
"dia masih nyimpen foto lo,ponselnya juga wallpapernya foto lo yang pake kaos ungu"
"sok tau lo"
"gue liat sendiri kali Fe"
"bokis"
"ye gue liat beneran makanya gue berani ngomong"
"kok bisa"
"ya gue kan lagi makan ditempatnya mak Min terus dia juga lagi makan duduk sebelahan sama gue,ponselnya ditroh depan gue terus gue liat deh foto lo banyak banget di kloase gitu terus nih ya dompetnya juga ada foto kamu yang dicetak"
Mak Min itu warung nasi diluar sekolah yang jadi langganan anak anak SMA daerahku juga tempat buat nongkrong.
"kenapa lo nggak ja-"
"diieeemmmm.... kampret,gue cium lo tau rasa"
Putra tertawa.
Ingatanku terfokus pada saat itu,saat mas Pandu berusaha mendekatku tapi aku palah jadian sama mas Rey mereka teman sekelas tapi bukan teman satu gerombolan,sekelas tapi nggak pernah main bareng.Aku belum ada rasa sama mas Pandu waktu itu,aku baru ada rasa sama mas Rey dan pilihanku jatuh ke mas Rey.
"lo pernah diposisi gue Put ?"
"pernah dulu"
"terus gimana ?"
"gue dulu kan bego jadi ya gue manut aja apa mau dia. Tapi sampai pada suatu titik gue sadar diri,sekeras apapun usaha gue maksain hubungan antara tiga orang ini endingnya bakalan sama. Gue selalu perjuangin dia,dia nggak mau ngelepas pacarnya buat gue padahal dia bilang dia sayang banget sama gue. Dan akhirnya gue sadar,gue cuma jadi kedua buat dia dan itu nggak enak,posisi gue salah,gue jadi pecundang bermain dibalik punggung dan gue nyesel kenapa gue bisa sebodoh itu hanya karena dibutakan cinta sama seorang cewek"
Aku jadi ngerasa bersalah,bersalah pada pacar Satria itu. Merasa bermain dibelakang punggungnya,merasa menjadi pecundang.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEDUA (END)
Teen Fiction⛔ REVISI ⛔ Beberapa part mungkin hilang sementara. Satria selalu bisa menyita perhatiannya, sebagian besar waktunya, bahkan harinya tak lengkap jika tanpa Satria. Walaupun mereka sama, hanya bisa berbagi kisah, membagi sisa cinta setelah yang perta...