Aku sama Putra masih diam,kami berdua masih duduk di sisi timur lapangan. Fokus mata kami pecah kesana kemari mengikuti ratusan capung yang terbang disekitar kami. Banyak anak kecil juga yang sedang berlarian mengejar bola dengan riangnya. Ah bahagia sekali mereka itu,hanya berebut bola saja sudah bisa tertawa sebegitu riangnya,sungguh aku jadi iri. Mungkin Putra juga soalnya dia sedari tadi memasang earphonnya sambil senyam senyum macam orang gila yang tadi pagi berpapasan denganku di perempatan jalan.
Anganku buyar begitu ada sosok bocah laki laki kecil berdiri persis didepanku,nafasnya terlihat memburu,dadanya kembang kempis.
"kakak ini"
Keningku berkerut,anak kecil itu menyerahkan satu lolipop besar dan setangkai mawar merah yang masih segar. Putra juga menatapnya bingung.
"ini buat kakak ?"
"iya kata mas yang disana" menunjuk belakang tubuhnya "ini buat kakak yang cantik"
Putra tertawa dan aku semakin bingung.
"oh..." aku menerima lolipop tadi "makasih ya dek"
Anak itu mengangguk lalu berbalik baru beberapa langkah di menghadapku lagi.
"kakak....kata mas yang tadi kakak disuruh senyum jangan sering cemberut nanti cepet tua"
Anak itu bicara sambil lari,aku melongo sementara Putra semakin kencang tertawanya.
Asem....mataku mengikuti kemana anak itu berlari setelah sampai sisi barat laut lapangan anak itu berhenti lalu ber"hifive" dengan seseorang.Dia lagi ? si cowok basket yang kemarin ngomong soal mas Rey dan sampe sekarang aku belum tau namanya siapa. Aku menarik tangan Putra,memberi kode padanya agar mengamati apa yang terjadi diseberang sana.
"itu siapa Put ?"
"siapa ?"
"ya namanyalah ?"
"oh dia...itu mah si Iqbal. Haha dia yang kasih kamu ini ?"
Aku menaik turunkan bahuku,mataku masih memandang dia di sisi barat lapangan sedang duduk dimotornya sambil tersenyum dia masih melihat ke arahku melambaikan tangan lalu menghilang bersama kekuda besinya.
Aku menoleh,Putra sudah berbaring dirumput masih mengenakan earphonenya matanya terpejam sesekali mulutnya melagukan bait mungkin bait lagu yang sedang didengarkan telinganya.
Dua tanganku memegang benda yang berbeda,tangan kiri lolipop sedangkan tangan kanan sekuntum mawar merah. Kenapa aku selalu dapat mawar merah ?
Bug....bola mendarat mulus dipaha Putra,Putra dan aku sama terkejutnya. Aku tertawa lebar diikuti anak anak yang tadi memandang Putra takut sementara Putra menggerutu lalu ikut tertawa juga.
"dek sini dek....kakak punya permen siapa yang mau" seru ku.
Mereka yang tengah asik berlari kesana kemari berhenti,serempak memandangku.
Aku mengeluarkan satu toples permen karet bigbabol "ayo sini siapa mau,ini gratis"
Sejurus kemudian mereka mengerumuniku dan Putra.
Aku membagikan permen karet sama rata untuk mereka,lalu kami berlomba meniup premenkaret,siapa yang paling besar bikin balon pake permen karet bakal dapet lolipop gedhe yang dikasih Iqbal tadi.
Ah ternyata bahgia itu sesederhana ini saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEDUA (END)
Teen Fiction⛔ REVISI ⛔ Beberapa part mungkin hilang sementara. Satria selalu bisa menyita perhatiannya, sebagian besar waktunya, bahkan harinya tak lengkap jika tanpa Satria. Walaupun mereka sama, hanya bisa berbagi kisah, membagi sisa cinta setelah yang perta...