Tiga Puluh Dua

698 23 0
                                    

Rasa malas mengglayut,apalagi weekend ini aku mau nontonin Satria sama pacarnya itu,duh apa kabar coba hati aku ? apa kabar coba mata aku ? kalo nggak nangis aja sukur. Lagian Satria kenapa sih ?

"Fe....gimana Bandung ?" Rianti menepuk bahuku.

"duh kaget tau Ri"

Mata Rianti menatap lurus ke depan kantin Bu Siti,seperti terhipnotis kepalaku mengarah tepat ke mata Rianti memandang. Ada mas Reynal sedang duduk bersebelahan dengan perempuan,setauku dia kelas sebelas IPA.

Mataku terpaku menatap mas Reynal sedang lepas tertawa bersama gadis itu,ada sedikit rasa sakit yang timbul tapi aku buru buru memalingkan muka.

Jujur aku cemburu banget,banyak banget kisah aku sama mas Rey susah seneng pokoknya ramai rasanya terus sekarang semudah itu dia berbagi tawa sama cewek lain sambil pegangan tangan juga. Duh mesranya,mataku sembab. Rianti tau,pasti dia tau bagi aku nggak mudah buat ngelupain mas Reynal gitu aja walaupun aku udah putus sama dia.

"bu kita bayarin Putra ya" teriak Rianti keras membuat Putra menoleh dan aku sempat mendengar dia bertanya tapi kami nggak peduli. Rianti terus menarikku meyusuri jalan sepi di sekolah,melewati UKS yang semakin membuatku mengingat mas Rey,melewati kantor guru lalu kami berhenti di bangku dekat mushola karena istirahat pertama tempat ini jadi sepi.

Setelah terdiam lama,mungkin Rianti juga memberiku waktu untuk tenang.

"aku...em....Ri aku emang yang putusin mas Rey tapi kamu tau kan gimana kita ? Bagi aku nggak mudah banget buat bertahan sampai sejauh ini,nggak gampang buat terus bertahan saat alasan kita buat bertahan itu udah nggak peduli. Aku tau aku masih sayang sama mas Rey tapi aku udah nggak kuat buat terus disamping dia Ri,kamu ngerti kan rasanya aku ? Dia jahat banget Ri,kenapa juga aku bisa sesayang ini sama dia walaupun aku sendiri juga tau gimana perasaannya. Dia nggak pernah serius sama aku,dia bohong juga aku selalu percaya Ri padahal aku tau kalo dia bohong. Aku bego,aku tolol nggak pernah bisa benci sama dia sesikitpun"

"udah Fe udah,dia emang nggak baik buat kamu. Masih banyak cowok diluar sana yang nungguin kamu masih banyak cowok diluar sana yang lebih baik buat kamu. Just try to forget him"

Rianti memeluk ku dari samping,lalu kami tersenyum bersama.



🍁🍁🍁🍁🍁




Aku mencium mawar merah dari mas Rey yang seminggu lalu dia kasih waktu ulang tahun ku,ini terakhir. Beberapa menit berikutnya mawar ini sudah layu menghitam pipih karena aku setrika. Diary bersampul violet sudah aku buka beberapa lembar dibelakang menyimpan rapat bunga dari mas Rey itu,hatiku nyeri.

Jaket grey sudah aku masukan ke kotak pink sebesar kardua mie instan,semua barang pemberian mas Rey sudah tertata rapi disana selain jaket ada jam tangan warna biru laut,t-shirt biru laut bertuliskan the winner dan kalung perak berliontin bintang bermata warna biru laut juga,semua itu dari mas Reynal pemberian yang menyisakan ingatan tentang kenangan manis.

Memandang itu semua semakin membuat dadaku sesak,aku buru buru menutup kotak itu dan menyimpannya lagi di atas lemari.

Hatiku rasanya lebih lega,aku berharap banyak saat menyimpan barang barang yang diberikan mas Reynal,mungkin nantinya akan sedikit membantuku melupakan kenangan indah bersama mas Rey.

Selamat tinggal masalalu,aku kan melangkah

Bukan untuk melupakan

Kamu masih ada hanya saja aku harus simpan

agar nantinya aku tau yang mana itu kenangan

agar aku tak lupa kamu orang yang pernah membuatku bahagia

Walau akhirnya kita terpisah juga

lalu ketika bertemu kita hanya saling melempar senyum

tanpa menyapa,tak apa karena itu takdir kita

Selamat tinggal
Terimakasih sempat memberi bahagia



April, 25 2018
Up pagi yey
Jangan lupa pencet tombol bintag pojok kiri 😘

KEDUA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang