25.Kamu Di Mana?

1.6K 105 12
                                    

Hari ini langit terlihat begitu cerah.
Dhilla menatap bayanganya sendiri di cermin. Bayangan itu tersenyum. Dhilla mengenakan gaun buatan Bunda. Gadis ini terlihat sangat cantik mengenakan gaun ini dan jilbab dengan warna yang senada. Serta polesan make up yang tidak terlalu berlebihan dan nampak natural.

"Cantik anak Ibu." Ibu mengelus lembut pipi Dhilla.

"Makasih Bu." Dhilla menatap Ibunya yang perlahan menangis.

"Ibu kenapa?" Tanya Dhilla cemas.

"Ibu hanya terharu sayang. Ternyata putri kecil Ibu sudah dewasa." Ibu memeluk erat putrinya.

Tok...tok...tok...

"Ayah boleh masuk?' Tanya Ayah dari luar.

"Iyah Yah." Sahut Ibu. Ayah masuk, Ayah tersenyum menatap Ibu dan Dhilla.

"Ibu ke bawah dulu mau bantu Mira dan Arsy yah." Ibu pamit. Dan mengelus lembut bahu Ayah.

Dhilla mendudukan tubuhnya di ranjang. Ayah mendekat dan berjongkok di hadapan Dhilla. Berusaha membantu putrinya yang tengah memakai sepatu.

"Apa yang Ayah lakukan?" Tanya Dhilla.

"Biar Ayah pakaikan sepatu mu yah." Ayah tersenyum hangat menatap putrinya.

"Dhilla bisa sendiri. Ayah tidak usah me..."

"Gak apa apa. Ayah yang pakaikan yah." Potong Ayah. Seraya meraih kaki kanan Dhilla dan dengan telaten memakaikan sepatu pada kaki Dhilla. Dhilla menatap sang Ayah, bahu sang Ayah bergetar. Dhilla menggigit bibir bawahnya, menahan isak tangis dari bibirnya.

"Udah selesai." Ujar sang Ayah, di tatapnya Dhilla, Ayah tersenyum lembut.

"Hei jangan menangis." Ayah mengangkat tubuhnya setengah berdiri. Mencoba menghapus air mata Dhilla.

"Ayah..." ujar Dhilla lirih.

"Jangan nangis Sayang. Nanti make up kamu luntur." Canda sang Ayah. Yang berhasil membuat Dhilla tertawa kecil di tengah tangisnya.

"Dandanan Dhilla jelek ya?" Tanya Dhilla manja. Sang Ayah tersenyum lembut.

"Kamu putri Ayah yang paling cantik." Ayah mengecup kening Dhilla.

"Kita ke bawah yah. Pangeran kamu akan segera datang." Ayah meraih tangan Dhilla membibingnya untuk berdiri.

"Sebentar." Dhilla menahan langkah Ayahnya.

"Apa lagi sayang?"

"Dhilla mau peluk Ayah, boleh?" Ujar Dhilla manja.

"Boleh dong. Bahkan kalau Dhilla mau Ayah gendong sampe bawah Ayah masih kuat." Ayah mengangkat kedua tanganya menun jukan otot di kedua lenganya. Dhilla tersenyum senang dan segera memeluk sang Ayah. Yang menurutnya itu adalah pelukan ternyaman yang pernah dia rasakan.

"Cepat naik." Ayah menjongkokan sedikit tubuhnya, menyuruh Dhilla untuk naik.

"Ayah serius. Dhilla kan bukan anak kecil. Dhilla berat Ayah." Tolak Dhilla.

"Ayo naik. Ayah masih kuat ko." Pinta sang Ayah kekeh.

"Yakin?"ujar Dhilla ragu.

"Iyah."

Dhilla menaiki punggung sang Ayah. Dan melingkarkan kedua tanganya di leher sang Ayah.

"Udah siap?" Tanya Ayah semangat.

"Siap." Ujar Dhilla antusias.

Ayah menuruni anak tangga satu persatu. Dengan Dhilla yang masih menggelantung di punggungnya. Ibu yang menatap peristiwa itu hanya tersenyum saja. Begitu juga Arsy dan Mamah Mira.

Love Hanan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang