33. Siapa Hanan?

1.9K 116 44
                                    

Siang ini terasa melelahkan bagi Dhilla.
Begitu banyak kegiatan di kampus yang membuat dirinya merasa lelah.
Gadis itu berjalan dengan sangat lesu.

"Asalamualaikum." Sapa seseorang. Dhilla masih terus berjalan melewati orang itu.

"Asalamualaikum." Orang itu mengikuti Dhilla dari belakang. Dhilla menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Waalaikumusallam." Dhilla memutar tubuhnya menatap sosok yang berdiri di belakangnya.

"Cape banget yah? Sampai sampai tidak sadar Mas di sini?" Tanya Mujammil.

"Mas sedang apa di sini?" Tanya Dhilla kaget.

"Mamah minta Mas jemput kamu. Kita harus memilih undangan pernikahan dan baju pernikahan kita." Jammil tersenyum kecil. Dhilla membuang napas beratnya.

"Kamu cape yah? Kalau begitu biar Mas bilang ke Mamah yah." Ujar Jammil penuh perhatian.

"Nggak usah Mas. Kita pergi sekarang ajah." Gadis itu tersenyum kaku. "Tapi Mas. Apa tidak apa apa jika kita dalam satu mobil hanya berdua?" Tanya Dhilla pelan namun bisa terdengar oleh Jammil. Jammil tersenyum keci.

"Kita nggak berdua kok. Ada ponakan aku di mobil." Ujar Jammil menjelaskan, Dhilla tersenyum lega, sebenarnya Dhilla hanya belum siap saja berada dalam situasi dirinya berdua. Dhilla takut terjadi kecanggungan antara dirinya dengan Jammil.

"Ayo Dhill, nanti kita terlambat." Ajak Jammil seraya pergi terlebih dulu meninggalkan Dhilla.

Dhilla terpaku di tempat, kenapa lelaki itu berjalan di depannya, dan tidak berjalan beriringan denganya.

"Dhilla. Kamu kenapa?" Jammil mebalikan badanya.

"Eh, gak apa apa Mas." Dhilla bergegas menyusul langkah Jammil.

Dhilla berjalan di belakang Jammil. Menatap punggung Jammil, dan akhirnya keduanya sudah sampai di dekat mobil Jammil.

"Om Emil ko lama sih." Rengek seorang anak laki laki yang keluar dari mobil.

"Iyah sayang maaf yah." Jammil mengusap lembut pipi anak itu.

"Ini calon bidadali Om Emil?" Anak laki laki itu menunjuk Dhilla seraya tersenyum manis.

"Bidadari bukan Bidadali." Ujar Jammil membenarkan.

"Sama ajah." Kekeh anak itu.

"Iyah, iyah. Sayang kenalin, namanya kak Dhilla." Ujar Jammil.

"Hallo kakak Bidadali, nama aku Ken." Anak laki laki itu mengulurkan jari jari kecilnya.

"Hai Ken. Nama kakak Dhilla. Ken lucu banget sih." Dhilla meraih tangan mungil itu. Dhilla membungkukan tubuhnya mencubit gemas pipi Ken.

"Ken bukan lucu. Kata mamah Ken itu ganteng." Ucap Ken polos. Dhilla tertawa kecil, begitu juga Jammil.

"Kakak boleh cium Ken? Ken gemesin, lucu banget." Gemas Dhilla menatap anak di hadapanya.

"Jangan Kak. Nanti Om Emil nya cembulu kalo kakak cium ken." Ucap anak itu dengan cadelnya. Dhilla tertawa mendengar jawaban Ken, sedangkan Jammil hanya mengelengkan kepalanya.

"Om Emil gak bakalan cemburu kok. Iyah kan Om?" Dhilla menatap Jammil dan minta persetujuanya. Jammil tersenyum geli mendengar Dhilla memanggilnya Om Emmil. Hanya Ken selama ini yang memanggilnya dengan sebutan Emil.

"Boleh nggak Om?" Tanya Dhilla lagi dengan senyum di bibirnya.

"Mhhh.. boleh nggak yah?" Jammil ikut menjongkokan tubuhnya. "Boleh, asal sekali ajah yah." Jammil mencubit lembut hidung Ken.

Love Hanan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang