26.Badai Melanda

1.7K 104 11
                                    

Langit semakin gelap, seakan tahu bagai mana kesedihan yang di hadapi Dhilla dan keluarganya saat ini.

"Sudah sayang, mereka tidak akan datang. Ayo kita masuk." Ajak Ayah pada Dhilla.

"Nggak Yah. Hanan sama Bunda pasti datang. Kita tunggu sebentar lagi." Tolak Dhilla. Dhilla yakin Hanan akan datang. Mendengar jawaban Dhilla Ayah mendesah berat.

"Ayo masuk." Ajak Ayah sekali lagi.

"Ayah. Make up Dhilla gak luntur kan? Dhilla masih cantik kan Ayah?" Dhilla menatap Ayahnya. Sang Ayah menatap miris Dhilla yang terlihat sangat berantakan.

"Ayah, jawab. Make up Dhilla gak luntur kan? Soalnya dari tadi mata Dhilla terus menangis. Dhilla gak bisa berhenti nangis Ayah." Dhilla berusaha menghapus air matanya. Sang Ayah menggenggam tangan Dhilla.

"Sudah cukup nak. Cukup." Ayah mencium tangan Dhilla sambil terus menangis.

"Ayah. Ayah gak boleh nangis. Hari ini kan hari pertunangan Dhilla sama Hanan. Ayah harus bahagia, Ayah nggak boleh nangis." Pinta Dhilla.

"Dengarkan Ayah Dhilla." Ayah memegang kedua bahu Dhilla dan menatap lekat anak gadisnya.

"Hanan tidak akan datang sayang. Berhenti menunggunya." Ujar Ayah lembut. Dhilla tersenyum kecil.

"Dhilla yakin Hanan akan datang Ayah." Dhilla tersenyum sekali lagi. Dan senyum itu sangat menyakiti Ayahnya.

"Dhilla udah janji sama Hanan untuk nunggu dia. Dan Dhilla yakin Hanan akan datang." Ujar Dhilla yakin.

"Cukup! Masuk ke dalam sekarang!" Ujar Ayah hilang kesabaran.

"Gak mau Ayah, Dhilla mau di sini menunggu Ha..."

"Jangan sebut nama itu lagi!" Potong Ayah cepat. Ayah menatap tajam Dhilla.

"Masuk Dhilla!" Ayah memberi perintah.

"Masuk!" Dhilla masih tetap diam.

"Cepat masuk!"

"Arghh... sakit Ayah." Ayah menyeret paksa tubuh anaknya.

"Ayah sakit." Isak Dhilla. Ayahnya tidak perduli. Dengan kasar Ayah menyeret Dhilla sampai ke ruang tamu.

"Diam di sini!" Ayah mendorong tubuh Dhilla sampai tersungkur jatuh.

"Ayah. Jangan kunci pintunya bagai mana jika Hanan dan Bunda datang?" Ujar Dhilla lemas. Melihat Ayah menutup rapat pintu.

"Sudahlah Dhilla ayo kita ke kamar." Ajak Mamah Mira.

"Nggak tante, aku mau nunggu Hanan di sini." Kekeh Dhilla.

Prang ...
Suara piring di pecahkan.

"Ibu. Apa yang Ibu lakukan?" Dhilla berlari ke arah ruang makan.

"Ibu akan buang semua masakan ini. Percuma mereka tidak akan datang." Ujar Ibu terisak seraya membuang beberapa makanan ke tempat sampah.

"Jangan Bu. Dhilla yakin Hanan sebentar lagi sampai." Cegah Dhilla. Ibu menatap Dhilla dan memeluk putrinya. "Cukup sayang berhenti bersikap seperti ini." Isak sang Ibu.

"Nggak Bu. Sudah aku bilang Hanan akan datang. Pasti! Dia pasti datang!" Ujar Dhilla penuh penekanan.

"Dhilla cukup! Jangan pernah kamu mengharapkan laki laki seperti dia!" Balas Ibu tajam.

"Ayo cepat Mira. Bantu aku membuang semua makanan ini." Pinta Ibu pada Mira. Bergegas Mira mengambil beberapa piring dan hendak membuang makananya.

"CUKUP!!!" teriak Dhilla histeris.

"JANGAN BUANG SEMUA MAKANAN INI!" teriak Dhilla seperti orang yang kesetanan. Dhilla memundurkan tubuhnya menatap Ayah, Ibu serta Mamah Mira bergantian.

Love Hanan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang