💅Pretty U - Seokjun Ver. (6/9) [M]

211 43 12
                                    

junhee baru pulang dari kampus dengan setumpuk lelah menggelayut.

"dor!" seokmin mengagetkan perempuan itu dari balik pintu. junhee menoyor kepalanya keras-keras.

"aku sudah tahu modus operandimu, jadi kalau memang mau mengejutkanku, pakai cara lain yang lebih baru."

seokmin pura-pura cemberut. "kupikir noona masih gampang ditipu seperti dulu." katanya. tapi kemudian laki-laki itu mengerut takut ketika diberi pandangan tajam, "aku sedang lelah, seokmin. jangan picu stresku melonjak karena aku dalam keadaan bisa membunuh orang sekarang." ujarnya sambil melempar tubuhnya ke sofa. junhee mendesah panjang, "bisa tolong hangatkan air di bak buatku?" mintanya.

seokmin mengangguk patuh dan menjalankan komando tanpa banyak berkomentar.

"lelah sekali?" tanyanya saat kembali bergabung dengan perempuan itu di sofa.

junhee membuka sebelah matanya yang terkatup, mengintip. tangannya naik untuk mengusap peluh di wajah seokmin. dia gampang sekali berkeringat, komentarnya dalam hati. "lumayan. tapi kurasa hanya untuk periode ini. kamu tahu tradisi senior yang berjaya, 'kan?"

"ah. ternyata para mahasiswa melakukannya juga." seokmin mengubah posisinya menjadi telentang di sofa. junhee duduk memangku kepala laki-laki itu. mata mereka saling menatap. kaki seokmin terlalu panjang sehingga ketika dijulurkan, panjangnya tumpah-ruah melebihi sofa.

"sori, ya. aku mengabaikanmu semingguan lebih. tugas dari kampus sungguh-sungguh seperti panen raya."

seokmin menggeleng, "bukan masalah. aku memang belum kuliah jadi tidak tahu bagaimana sibuknya jadi mahasiswa, tapi aku paham noona pasti cukup kesulitan. semangat!" memang, mereka jarang bertemu karena maba seperti junhee dan siswa tingkat akhir seperti seokmin pasti punya banyak agenda untuk dikerjakan.

junhee tersenyum. "apa kesibukanmu akhir-akhir ini?"

"aku sedang ujian percobaan sebelum tes akhir. guru kelasku menyarankan beberapa pilihan perguruan tinggi, tapi kurasa aku akan masuk ke kampusmu saja."

"..."

"jun noona," panggil seokmin.

"apa?"

"boleh cium?"

butuh beberapa detik bagi junhee hingga dia memberi persetujuan.

seokmin bangkit dan tidak mengambil banyak waktu untuk segera mendominasi. punggung junhee berbenturan dengan lembut sofa, dan kepalanya ditahan di tangkupan tangan besar seokmin.

gadis itu merasa ragu untuk menyentuh seokmin, tapi laki-laki itu meyakinkannya, menaruh tangannya di lehernya seolah-olah tak ingin lepas, "tidak apa-apa, noona. biasanya juga kamu suka pegang-pegang aku, 'kan."

"... jangan membuatku terdengar seperti cewek centil, bodoh."

seokmin tertawa. jarak wajah mereka hanya beberapa inci sehingga junhee dengan jelas merasakan ketika deru napas laki-laki itu menerpa wajahnya. saat tawa seokmin reda, bibirnya disapu dalam lembut ciuman.

itu bukan jenis ciuman bernafsu. hanya tautan yang murni menyalurkan rindu. ketika seokmin memundurkan wajahnya untuk melihat gadisnya, dia terpana. raut muka junhee seperti sedikit kecewa kenapa laki-laki itu harus menyudahinya sedikit cepat, sehingga dia menciumnya lagi. kali ini junhee lebih berani dengan memeluk leher seokmin mendekat.

tapi sewajarnya laki-laki, seokmin merasa ketagihan. ciuman yang awalnya hanya bibir yang bersentuhan lama-lama menuntut langkah selanjutnya. mereka berciuman dalam, hingga junhee butuh waktu untuk meredakan hiperventilasi dan mereka mengulang ciuman dari awal. tangan seokmin merayap di atas pakaian junhee, mengalung sebentar di pinggangnya, dan terus naik ke atas.

junhee mendapat alarm bahaya ketika tangan seokmin mulai menggerayangi area atas. sebelum seokmin bisa merasakan dada gadisnya di telapak tangan, pukulan junhee terasa begitu panas di lengannya. "jangan sentuh-sentuh di situ. kamu bahkan belum izin."

mereka membuat jarak. wajah keduanya sama-sama merah karena dorongan seksual. seokmin menyerah dan mengangkat tinggi dua tangannya, sebab dia tidak mau kehilangan junhee hanya karena tidak bisa menahan diri. dia bertanya, "oke. apa ... noona takut padaku?"

"... bukan begitu. aku ... aku juga ingin. maksudku, melakukannya denganmu. tapi ..., aku tidak mau sekarang. ini terlalu cepat." junhee menjawab sambil memalingkan muka. sial. kalau hari ini memang hari terakhirnya menjadi perawan, besok dia pasti akan menyalahkan seokmin habis-habisan.

seokmin menelengkan kepala, "kalau begitu tidak usah sampai intercourse, noona. aku janji cuma pegang-pegang, tidak akan dilanjutkan," karena itu bisa nanti-nanti.

"baiklah." ucap junhee setelah beberapa menit. seokmin memerhatikan seluruh gerak-gerik gadisnya; tangannya yang gemetar saat dia menarik lepas kemeja dari badannya, bibirnya yang bergerak-gerak, juga rambut pendek sebahunya yang disemir keringat.

junhee menyilangkan tangannya di depan dada. hanya ada selapis bra menutup pandangan seokmin dari sesuatu di tubuh perempuan itu. seokmin terdiam, menilai.

mata junhee mencari distraksi agar tidak bertemu dengan mata seokmin, "maaf kalau tidak sesuai harapan. aku bukan gadis dengan ukuran c atau d."

seokmin menjentikkan jari. "maka dari itu mungkin jika kusentuh sedikit, mereka bisa tumbuh. walaupun kemungkinannya kecil, sih ...." dia memandang junhee, dan perempuan itu menganggap pandangan seokmin menunjukkan rasa prihatin. "dadamu 'kan sudah dari sananya rata, noona. kupikir sudah tidak ada harapan untuk menunggu mereka jadi agak besar."

ada hening berat, selama beberapa saat.

junhee melangkah lebar-lebar ke belakang hanya untuk mengambil pisau daging di dapur. saat kembali ke ruang tamu, seokmin sudah kabur bersama pantat malasnya ke luar. "KEMBALI KE MARI KAU LEE SEOKMIN SIALAN. BIAR KUKEBIRI KELAMINMU!"

DERP Meme [SEASON II]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang