seminggu berlalu setelah berita tentang hubungan seokmin dan junhee tersebar. isu merebak seperti sebuah wabah. ditambah lagi, baik seokmin maupun junhee adalah orang terkenal di akademi; tentu banyak yang kepengin tahu.
setelah dikonfirmasi, banyak pihak patah hati--entah perempuan dan laki-laki--karena keduanya sangat disukai. namun di satu sisi, orang-orang tidak bisa menyangkal bahwa mereka cocok untuk bersama.
pembicaraan tentang keduanya tak kunjung berhenti bahkan ketika nyaris dua minggu. kelas tiga sudah melakukan ujian akhir, hanya tinggal menghitung hari sampai acara kelulusan digelar tapi junhee tidak sekali pun kehilangan penggemar mengenyampingkan fakta bahwa sebentar lagi akademi pledis akan segera jadi almamaternya.
*
sore itu myungri pergi ke rumah seokmin untuk menyelipkan secarik surat. surat terakhir yang berisi perasaan tumpah-ruah sebagai kenangan. kenangan yang akan dia kubur rapat setelah hari ini.
ketika tangan gadis itu hampir berhasil mendorong masuk suratnya, suara laki-laki yang mirip seokmin mengirim kakinya beku di tempat.
saat berbalik, dia sedikit lega karena itu bukan seokmin, tapi chan.
"seonbae? kamu di sini? kenapa tidak langsung masuk ke dalam?"
myungri diserang panik. "c--chan?" dia gagap, tapi buru-buru menyembunyikan surat tadi ke belakang punggungnya.
"tidak perlu menyembunyikannya dariku. aku tahu, kok. hyeong selalu cerita tentangmu."
perlu beberapa detik sampai myungri mencicit, "ini akan jadi yang terakhir. setelahnya, tidak ada lagi."
chan menatapnya datar.
mereka dijepit hening hingga chan memalingkan pandangan ke arah sepatunya, "seonbae, apa kamu punya waktu luang nanti malam?"
myungri tidak tahu kenapa dia mengatakan ya begitu saja.
chan mengangkat kepalanya, laly menatap gadis itu lekat-lekat, "mau menemaniku ke suatu tempat?"
*
mereka pergi menumpang bus sampai ke pinggir kota.
chan tidak mengatakan apa pun sepanjang perjalanan, begitu pun myungri. namun meski tak bertanya, myungri cukup peka untuk mengikuti laki-laki itu pergi ke tempat yang dimaksudnya. itu adalah sebuah gedung bertingkat yang sangat tinggi, sehingga letak bintang terasa sangat dekat untuk bisa disentuh.
mereka berada di atas atap bangunan tersebut. setibanya, chan melempar tas dan berteriak dengan volume begitu keras. teriakannya langsung tertelan angin dan bising kendaraan di bawah. myungri menatapnya selama beberapa saat hingga mengikuti apa yang laki-laki itu lakukan.
(chan meneriakkan: "kwon soonyoung sialan! aku tidak rela kalau sampai jihoon noona kamu buat terluka! lagipula kenapa dia harus bersama pemuda sialan sepertimu, huh?!"
myungri meneriakkan: "seokmin seonbae bodooooh! aku yang selalu menulis surat untukmu! aku yang menyukaimu lebih banyak, bukan junhee seonbae! kenapa kamu tidak bisa melihat? apakah hatimu sudah buta?!")
setelahnya, chan menangis seperti dia kembali menjadi bayi. myungho menahan dirinya agar tidak pecah, tapi kenyataannya sangat susah. pada akhirnya gadis itu menangis dengan airmata yang tumpah banyak di pipi.
"bukankah lebih lega?" chan bertanya. myungri mengangguk, bulan sabit terbit dari kelopak matanya dan sebulir airmata turun ke dagunya, "ya."
mereka berbaring bersisian. telentang lurus menatap langit yang penuh bintang. seharusnya tidak banyak bintang bisa terlihat karena tempat itu cenderung terang, tapi entah kenapa myungri bisa melihat mereka dengan jelas.
"maafkan kakakku, ya, seonbae."
myungri dengan mata sembab dan jejak airmata yang jelas, tersenyum, "aku sudah tahu sejak awal. seokmin seonbae tidak pernah bisa melihat ke mana pun kecuali junhee seonbae."
"... menangislah lagi," kata chan. "kalau memang masih sakit. ditahan hanya akan membuatnya tambah susah."
"tidak mau. kamu saja sana."
"memangnya aku bisa apa? seonbae tidak lihat aku mengajakmu keluar sekarang untuk alasan apa? aku sudah menangis banyak, tahu. dan itu ternyata lebih melelahkan daripada yang kupikirkan."
tangan myungri merayap pelan di sisi tubuhnya. dia meraih tangan chan yang dibiarkan santai. chan menoleh ketika jarinya diremas gadis itu, "aku minta maaf."
"soal apa? kalau tentang jihoon noona lebih baik jangan. lagipula kita sama-sama sedang patah hati di sini." chan tertawa, menimbulkan perasaan tenang untuk mereka berdua.
myungri menatap jauh lalu berkata, "kamu benar."
"jadi, apa kita akan membentuk koalisi patah hati sekarang?" chan berkelakar.
"boleh. apa kita harus merekrut anggota lain juga?"
mereka membagi tawa, begitu lepas seakan-akan hari besok menyambut keduanya dengan sesuatu baru.
"aku sudah cukup lega, omong-omong. terima kasih sudah mengajakku keluar. mungkin kalau kamu tidak mengajakku ke mari, aku sekarang sedang menangis sendiri di kamar seperti gadis bodoh." myungri mengeratkan tautan jari-jari mereka. chan mencari distraksi, mengusap tengkuk dengan tangannya yang bebas. "aku tak melakukan apa pun. yang memutuskan untuk berusaha bangkit, 'kan, seonbae sendiri."
"kamu benar. jadi aku harus membayarnya dengan apa?"
"hanya jangan beritahu siapa-siapa kalau malam ini aku menangis. kuhitung ini sebagai janji, ya, seonbae."
myungri menoleh dan mengerling. "rahasia selalu aman di tanganku." kemudian dia terkejut ketika menemukan bahwa wajah chan hanya berada lima senti di depan wajahnya sendiri. chan ternyata juga menoleh padanya dan membuat mereka saling berhadapan.
(wajah mereka memanas dan keduanya tidak bicara apa pun sampai berpisah dalam perjalanan pulang karena malu.)
KAMU SEDANG MEMBACA
DERP Meme [SEASON II]
HumorKelanjutan dari kebobrokan HQQ Boo Seungkwan dan kawan-kawan. Sekuel dari DERP Meme. Tetap tidak memerhatikan kaidah bahasa baku, penggunaan English Low Qwality, dan berpakem EYD (Ejaan yang Disemrawutkan) Warning: Tulisan ini tidak dimaksudkan untu...