harus diakui bahwa mereka sama-sama bukan menyukai pasangannya pada awalnya.
myungri selalu melihat pada seokmin. namun pada kenyataannya, seokmin hanya menganggap myungri sebatas adik kelas manis yang menyenangkan untuk diajak bicara dan dijadikan sandaran, tapi bukan dalam hal berbagi perasaan.
meski demikian, surat-surat myungri akan tetap berakhir di loker seokmin; tidak berbalas, tidak ada timbal-balik, hanya hilang (karena seokmin selalu membawa semua hadiah yang disisipkan orang-orang di loker pulang ke rumah) dan myungri akan kembali mengirimkan satu surat yang baru setiap harinya.
(setidaknya myungri cukup bahagia mengetahui suratnya selalu dibaca dan disimpan oleh seokmin.)
*
chan sendiri tergila-gila pada jihoon. meski dia paham hingga ke dasar bahwa gadis itu tidak pernah melihatnya dengan cara yang sama. dia tahu siapa yang jihoon sukai; jihoon sudah lebih dari menunjukkan perasaannya sehingga chan mengerti, sejak awal rasa sukanya tidak akan memiliki harapan. walau begitu, dia tetap tidak bisa mengubur rasa kagumnya karena ketika jihoon tersenyum, napasnya pasti akan selalu dibuat tercekat.
(sampai kemudian dia tahu bahwa jihoon melakukannya karena soonyoung senang jika gadis itu tersenyum pada orang-orang.)
*
cinta sepihak selalu punya akhir yang sama; bahwa pemerannya akan melihat orang yang mereka sukai bahagia bersama pilihannya masing-masing.
tapi tidak selalu seperti itu. kadang, ada cinta sepihak yang pada akhirnya datang dalam bentuk musim semi setelah badai salju panjang. penantian menahun seokmin dibayar persetujuan junhee; karena dia setuju untuk mereka menjalin hubungan. jihoon juga telah mengganti statusnya dari awalnya sahabat karib sampai sekarang dia bersama soonyoung.
setelah mengetahui junhee menerima perasaan seokmin, myungri melalui masa-masa yang berat untuk kembali bergerak. kesempatannya tersapu dari bawah kaki; orang yang dia sukai tak mungkin bisa dimiliki. dia adalah remaja perempuan dengan hormon turun-naik sebagaimana masa pendewasaan melekat perlahan-lahan. ibunya tidak bertanya jauh tentang kenapa pada suatu hari anaknya pulang dengan wajah basah dan mata merah karena emosi gadis adalah sesuatu yang sulit dipahami.
ketika jihoon menggandeng tangan soonyoung tanpa malu, chan membolos sekolah beberapa hari dan ayahnya marah saat mendapat surat panggilan dari guru bimbingan konseling tentang perilaku nakal si bungsu. seokmin datang dengan cap pahlawan kesiangan, menggantikan tamparan pedas yang seharusnya mendarat di wajah adiknya. si sulung bahkan melalui perdebatan panjang dengan sang ayah demi membebaskan chan dari beberapa hukuman dengan alasan bahwa si bungsu hanya sedang berada dalam fase-fase pemberontakan.
chan membenci kakaknya, tapi di saat bersamaan, dia tidak bisa benar-benar membencinya. kakaknya mengagumkan; dia adalah si bodoh yang menakjubkan. "dasar hyeong bodoh. kenapa tidak biarkan aku ditendang ayah saja? 'kan aku yang memang salah."
"mana mungkin aku membiarkan adikku menanggung emosi ayah? kamu sendiri tahu kalau ayah marah pasti selalu banting-banting barang. badanmu itu masih dalam masa pertumbuhan, nanti kalau kamu syok dan tidak bisa lebih tinggi lagi, 'kan, aku juga yang malu."
chan mendengus keras dan menekan kompres kuat-kuat di dahi kakaknya. "kamu selalu mendahulukan orang lain daripada dirimu sendiri, tahu. kadang-kadang tumpulmu lebih parah daripada soonyoung. pantas saja jun noona terlambat menangkap sinyal. dasar bodoh."
seokmin tersenyum lebar, "mungkin aku memang terlahir begitu," katanya, lalu meringis, "yang lembut, chan. perih, nih."
chan mengetukkan lidah dan membuang kain basah ke dalam baskom, "menyusahkan, ah!" keluhnya, tapi beberapa saat kemudian kembali meneruskan pekerjaannya.
seokmin menghela napas pelan, "jadi, mau cerita kenapa anak baik tiba-tiba mengikuti jejak abangnya yang payah ini?" karena dalam keluarga, mereka hanya dua bersaudara dan seokmin dikenal sebagai langganan masuk ruang konseling; jadi ayahnya tidak pernah merasa terlalu dirugikan dengan kelakuannya--karena mau bagaimanapun seokmin diceramahi, kupingnya seperti disumbat busa. berbeda dengan chan, dia adalah epitom anak baik sehingga wajar ketika ayah mereka meledak.
"bukan apa-apa."
"kamu tidak bisa menyembunyikannya terus, chan. ceritakan saja. bukankah kita saudara?"
chan meletakkan kompresan dan mengesah, "aku hanya ... kesal saja."
"soal?"
"... kautahu. aku 'kan suka sama jihoon noona, sudah cukup lama."
seokmin menepuk pundaknya, "jangan melankolis, dong. masih banyak cewek imut di luaran sana."
"kalau kukembalikan pernyataanmu jadi begini, bagaimana: kenapa kau rela mengejar-ngejar jun noona selama bertahun-tahun. padahal masih banyak cewek imut di luar sana."
seokmin menggosok tengkuknya, "yaaah, intinya begitu. dengar, kita sedang membahasmu, bukan aku." katanya, "yang lebih penting 'kan, sekarang aku dan jun noona pacaran."
"tapi harus tunggu hampir enam tahun, 'kan?" kata chan sinis.
"cinta itu ... kadang susah dinalar, chan."
"aku juga! jadi memangnya frustrasi sedikit itu salah?" sembur chan.
"tunggu sebentar." seokmin keluar dari kamar adiknya, lalu kembali hanya untuk meninggalkan secarik kertas kecil di nakas.
"kamu baru melihat sebagian kecil dunia. kenapa tidak bersenang-senang sedikit?" kata seokmin, melirik terakhir kali sebelum tersenyum kecil, "omong-omong, itu nomor ponsel seo myungri. dia ... anak perempuan yang waktu itu datang ke pesta ulangtahunku pakai jepitan kelinci."
chan memandang tak mengerti.
"aku percayakan dia padamu, chan. dia gadis baik; kalau saja bukan karena aku sudah telanjur cinta mati sama jun noona, pasti aku sudah dengan dia."
(chan menatap kertas itu lama sebelum pergi tidur tanpa mau memikirkan apa pun.)
(esok paginya, dia bangun dengan urgensi untuk meregister nomor myungri sebagai kontak baru.)
KAMU SEDANG MEMBACA
DERP Meme [SEASON II]
HumorKelanjutan dari kebobrokan HQQ Boo Seungkwan dan kawan-kawan. Sekuel dari DERP Meme. Tetap tidak memerhatikan kaidah bahasa baku, penggunaan English Low Qwality, dan berpakem EYD (Ejaan yang Disemrawutkan) Warning: Tulisan ini tidak dimaksudkan untu...