22

656 95 4
                                    

" Chanyeol-ah"

Suara itu, suara yang selama beberapa tahun ini ia rindukan. Suara yang sangat ingin ia dengar kembali akhirnya mengalun lembut di telinganya. Sedikit serak seakan ada ribuan beban kala mengucapkan namanya. Suara yang begitu ia rindukan hingga akhirnya ia nyaris putus asa untuk dapat mendengarkannya kembali. Apakah pendengarannya mulai terganggu? Apakah saat ini ia mulai berhalusinasi karena terlalu banyak berfikir?

" Chanyeol-ah aku tau kau mendengarkanku".

Chanyeol memutarkan kepalanya, menatap penuh harapan jika apa yang ia dengar bukanlah halusinasi semata layaknya fatamorgana ditengah gurun pasir.

"Noona? apakah itu kau? Apakah aku tidak salah mendengar?". Ruangan itu kembali sunyi dan sepi hanya terdengar dentingan pergantian waktu. Udara di dalam ruangan ini terasa begitu tipis, nyaris membuat keduanya hampir mati hanya karena akhirnya dapat saling berbicara satu sama lainnya.

"Pergilah, perbaiki hubunganmu dengan Sehun. Kau tau? Sehun tidak sepenuhnya bersalah. Ia membohongimu karena ingin menjaga perasaanmu. Lihatlah betapa baiknya Sehun yang tetap menjaga perasaanmu saat ia mulai menyadari perasaannya pada Soojung. Dan sekarang lihatlah apa yang kau lakukan pada Sehun?".

Chanyeol meneguk ludahnya kasar, mencerna kembali apa yang baru saja diucapkan oleh kakaknya. Jika saja otaknya bisa bekerja lebih cepat maka Chanyeol akan merekam semua perkataan kakaknya menggunakan ponselnya. Ia takut jika dikemudian hari mereka tidak dapat berbincang seperti ini lagi.

"Noona, tapi apa yang dilakukan Sehun salah. Mengapa noona tetap membelanya?"

"Apakah noona mengatakan jika ia tidak bersalah? Chanyeol, di dunia ini tidak ada seorang pun yang dapat mengendaikan perasaannya. Sehun telah berusaha untuk mengendalikannya namun jika hatinya tetap memilih Soojung apa yang dapat kau lakukan? Berhakkah kau mengadilinya dengan cara menjauhinya seperti ini?"

Skak mat!  Chanyeol bahkan tidak mampu menjawab perkataan kakaknya. Mengapa Chanyeol dapat bertindak begitu bodoh seakan-akan ia lah yang paing tersakiti disini? Bahkan ia bukanah Tuhan yang dapat mengendalikan perasaan kedua insan itu. Sakit yang ia rasakan memang tidak dapat dipungkiri, namun apa yang dikatakan oleh kakaknya ada benarnya juga kan?

"Pergilah, ingatlah masa-masa indah kalian berdua. Ingatlah bahwa ia adalah sahabatmu yang sealu berada disampingmu dikala kau jatuh dan menarikmu untuk kembali bangkit. Berhentilah menyalahkannya, pergilah selagi kau masih bisa memperbaiki hubungan kalian".

"Noona, terimakasih. Aku akan melakukannya noona, maafkan Chanyeol yang tetap bodoh meskipun bertahun-tahun tlah berlalu. Maafkan Chanyeol, noona".

"Chanyeol-ah,mian. Selama ini noona selalu menyalahkanmu karena peristiwa itu. Selama ini noona begitu egois hingga akhirnya kau tumbuh dewasa sendirian tanpa seorang keluarga pun berada disisimu. Maafkan noona Chanyeol-ah. Kemarilah".

Chanyeol melangkahkan kakinya menuju bangkar tempat saudarinya bersandar dan merengkuh dirinya seolah porselen yang tlah usang dimakan waktu hingga akhirnya gerakkan kecil pun mampu menghancurkannya. Tangan putih seputih susu itu pun mengulurkan kedua tangannya menawarkan dekapan hangat untuknya. Seseorang tolong hentikan waktu saat ini juga hingga akhirnya Chanyeol dapat menikmati dekapan sang kakak yang selama ini ia rindukan.

Tetes demi tetes hujan jatuh membasahi Seoul, bahkan alam pun ikut meneteskan air matanya turut bersedih akan peristiwa malam ini. Dimana dua orang yang memiliki hubungan darah namun tak pernah saling sapa akhirnya kembali. Hingga akhirnya dekapan hangat yang mampu menghangatkan hatinya pun ia rasakan. Menyadarkan Chanyeol jika yang saat ini terjadi adalah nyata, kakaknya telah kembali bersama. Telah memaafkan kesalahannya dan telah siap menerimanya kembali dalam hidupnya.


***

0212373463

Temui aku di  rooftop gedung x, pukul  8 malam

Sehun kembali membaca pesan masuk dari nomor tak dikenal yang satu jam lalu ia terima. Sehun kembali menyimpan ponselnya kala derap kaki mendekatinya. Matanya memicing kala sosok itu berada dihadapannya. Berusaha menajamkan penglihatannya dan memastikan jika apa yang ia lihat tidaklah salah.

Bugh! Belum sempat ia menyapa, kepalan tangan itu telah menghantam keras pipinya. Bau amis itu menyeruak dalam indera penciumannya saat bercak merah itu hadir di sudut bibirnya.

"Apa yang kau lakukan Kim Taehyung? Apa yang kau lakukan? Apakah kau sudah gila?"

"Hah, berhentilah Oh Sehun. Bukankah aku sudah memperingatimu? Berhentilah mendekati Soojung. Ia adalah milikku, lihatlah apa yang kau lakukan saat ini? Mendekatinya? Berhentilah jika pada akhirnya kau hanya akan menyakitinya".

Sehun tersenyum remeh dan bangkit, mengusap sudut bibirnya yang berdenyut dan menatap tajam sang lawan bicaranya.

"Kim Taehyung, apa alasanmu berkata seperti itu? Apakah kau mengetahui dengan pasti perasaanku untuk Soojung? Mengapa kau mengatakan jika aku hanya akan menyakitinya? Apakah kau seorang cenayang yang mampu membaca fikiranku?"

"Aku tau dengan pasti jika niatan awalmu mendekati Soojung adalah ingin bermain-main dengan orang-orang yang mendekatinya. Kau ingin menang melawan Jungkook dan Minhyuk kan? Kau senang saat kau berhasil mendahului Jungkook untuk memberikan bekal untuk Soojung? Mungkin kau fikir aku akan menyerah seperti yang lainnya. Tapi ingatlah, jika aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Soojung. Ingatlah jika aku adalah Kim Taehyung".

Kim Taehyung beranjak pergi meninggalkan Sehun setelah menyelesaikan ucapannya. Sehun tertawa remeh menatap kepergian Taehyung. Haruskah Sehun katakan jika ia adalah seorang Oh Sehun? Ia bahkan telah berjanji pada dirinya sendiri jika ia tidak akan menyakiti Soojungnya.

***

Bandar Lampung, 4 Mei 2018

Bunga Sascia

Taekwondo LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang