1️⃣6️⃣

3.4K 503 123
                                    

15 menit berlalu, namun tak ada sama sekali tanda-tanda bahwa Yoona akan datang.

Minhyun menghela nafas, lalu kembali menatap ke arah gerbang taman, berharap Yoona segera muncul dengan senyum cantiknya.

Tapi harapan hanya tinggal harapan, karena tak lama kemudian, Yoona datang bukan dengan senyum cantik, tapi dengan mata sembab, hidung merah dan wajah berantakan.

Minhyun menatap Yoona cemas lalu berlari kearah gadis itu demi dapat memegang wajahnya, namun yang terjadi adalah Yoona menepis pelan tangan Minhyun kala pria itu mencoba menyentuh pipinya.

Minhyun terdiam. Ia masih tidak mengerti dimana salahnya hingga Yoona sampai seperti ini.

Apa Yoona menangis karenanya?

Minhyun sama sekali tak bersuara, hanya memandangi Yoona yang duduk terdiam sambil menengadahkan kepalanya dan memejamkan mata.

"Kenapa?"

Minhyun mengernyit, menunggu kelanjutan pertanyaan Yoona.

"Kenapa kau meminta bertemu?"

Minhyun tersenyum kecut lalu menunduk.

"Aku ingin tahu kenapa kau menghindariku." Jawabnya langsung.

Yoona membuka matanya dan memandangi langit malam yang gelap tanpa bintang.

Yoona menghela nafas. Tentu, sebenarnya Yoona juga merasa salah mendiamkan Minhyun seperti ini. Pria itu pasti tidak mengerti kenapa Yoona menjauhinya. Alasan Yoona juga tidak jelas, karena sebenarnya Yoona dan Minhyun tidak punya hubungan lebih dari sahabat, dan bodohnya lagi Yoona yang menginginkannya. Yoona yang membuat hubungan mereka tidak lebih dari sahabat.

Yoona tersenyum sedih. Memberanikan diri menatap wajah Minhyun yang terlihat sangat tertekan.

"Aku," Yoona membasahi bibirnya yang mendadak kering. "Melihatmu malam itu."

Minhyun mengernyit dan berfikir sejenak. namun baru akan bertanya, ia teringat kejadian itu, tepat seminggu yang lalu. Apa mungkin yang Yoona maksud adalah saat itu? Saat ia dicium Yeri?

Dengan cemas, Minhyun memberanikan diri untuk memastikan.
"Maksudmu kapan?"

Yoona tersenyum simpul. "Seminggu yang lalu."

Minhyun meneguk salivanya gugup. Sungguh, rasanya ia mau mati saja.

"Siapa gadis itu?" Tanya Yoona langsung.

"Apa yang kau lihat?" Minhyun balik bertanya. Entahlah, rasa panik membuatnya tak bisa berfikir jernih.

Yoona terkekeh. "Haruskah kukatakan?"

Astaga! Minhyun benar-benar tak tahu harus bagaimana sekarang. Pasti Yoona melihatnya. Itu sudah pasti. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Kenapa kau tidak pernah bercerita jika kau sedang dekat dengan seorang gadis Minhyun-ah?" Yoona terdiam sejenak, berusaha untuk menetralkan denyut perihnya.

Minhyun mengusak rambutnya asal. "Yoona-ya.."

"Memang rasanya tidak pantas aku marah, dan kau juga tidak seharusnya menjelaskan padaku karena aku bukan siapa-siapa." Ujar Yoona dengan lirih pada kata 'bukan siapa-siapa'.

"Tapi salahkah aku jika aku ingin tahu?"

Minhyun menggeleng. Ia bangkit, bersimpuh dihadapan Yoona mencoba memegang tangan gadis itu dan untunglah, Yoona tidak menolak.

"Aku minta maaf." Ujar Minhyun pelan. "Kau pantas marah. Kata siapa kau tidak pantas? Kau bahkan pantas menamparku jika kau mau."

Yoona diam. Ia sama sekali tak berani memandang wajah Minhyun karena Yoona takut air matanya kembali tumpah.

Love's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang