Chapter 2 : Seorang yang baru ia temui

88 22 26
                                    

29 Desember 2009, hari bertemunya Dinka dengan seseorang yang sangat ingin sekali ia temui setelah sekian lama.

Waktu pagi di sebuah desa, desa yang bernama desa Simulya terletak 800 km dari kota. Pagi yang sangat berharga bagi Dinka, pagi yang membuat ia sangat senang. Namun harus kalian ingat bahwa ada ucapan yang mengatakan "jika kau ingin mendapatkan kesenangan, bersiaplah mendapatkan kesedihan pula".

Dinka seorang remaja berumur 18 tahun, kelas 3 di SMK Swasta daerah Simulya. Remaja yang bisa dibilang lumayan cerdas dalam segala hal, namun memiliki sifat agak pemalas dan jahil. Walaupun memiliki sifat seperti itu, ia memiliki banyak teman dan dapat bersosialisasi dengan mudah di lingkungannya.

Di sebuah pasar desa Simulya, Dinka yang disuruh ibunya untuk berbelanja ke pasar karena setiap libur pasti Dinka harus melakukan kewajiban seperti layaknya gadis rumahan walaupun ia laki-laki.

"Giliran hal yang ngerepotin gini kamu ngajak-ngajak aku." Keluh Ridia yang berjalan disamping Dinka.

"Belajar jadi gadis yang rajin." Celetuk Dinka yang membawa sekantong belanjaan ditangan kanannya.

"Iya iya mas perawan." Ucap Ridia sembari meledek Dinka.

"Humm, gimana sekolahmu?" Tanya Dinka mengganti topik.

"Gimana apanya? Yahh ga gimana-gimana" ucap Ridia.

"Kamu kan sekolah di kota, jadi hanya liburan saja bisa kesini, kan?" Tanya Dinka.

"Ouff, jadi kamu sebenarnya punya keinginan dan aku yakin dalam hati kamu berkata, kenapa Ridia bersekolah di kota? Padahal aku ingin sekali selalu bertemu dan bersamanya di setiap waktu. Yakan? Yakan?" Ledek Ridia.

"Ku doakan agar dirimu segera dewasa Rid." Ucap Dinka santai dengan nada meledek.

"Aku sudah kelas 3 SMP loh!" Jawab Ridia agak kesal.

"Iya iya." Jawab Dinka.

"Humm, aku belum bisa menjawab pertanyaan mu yang tadi" ucap Ridia dengan nada suara pelan.

"Humm?" Bingung Dinka melirik Ridia.

"Jangan lihat aku kaya gitu ah!" Ucap Ridia menutup mata Dinka.

"Aku paham, yasudah tak apa" ucap Dinka dengan mata yang ditutup tangan Ridia.

"Dasar cowok" ucap Ridia menarik tangannya.

"Iya cewek" jawab Dinka dengan senyum meledek.

"Itu dia tukang daging, ayo cepat!" Ucap Ridia berlari menarik tangan kiri Dinka.

"Ehh, tunggu!" Ucap Dinka yang ditarik oleh Ridia.

Dinka dan Ridia pun membeli daging sapi pesanan bunda Dinka.

"Rid? Gimana kalo kita sekalian beli bahan-bahan buat nanti malam tahun baru kita?" Tanya Dinka.

"Ehh iya! Humm so sweet kamu udah ngingetin." ledek Ridia.

"Padahal dia yang ngajakin." Ucap Dinka.

"Dasar cewek kecil." Gumam Dinka.

"Tadi kamu ngomong sesuatu ya?" Tanya Ridia.

"Engga, dah yuk kita cari bumbu-bumbu dan daging ayam." Ucap Dinka.

"Sekalian jagung juga." Ucap Ridia.

Air dan MinyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang