"Ridia?" Tanya Dinka yang seperti melihat Ridia di depannya namun Dinka heran mengapa ia membelakanginya.
"I Love You." Ucap seseorang pria yang berhadapan dengan Ridia dan Ridia pun mengucapkan, "I Love You Too." Lalu memeluk pria tersebut.
"Apa ini? Heyy!" Teriak Dinka namun tidak dihiraukan dan Ridia tambah erat memeluk pria tersebut.
"Akan kubunuh dia untukmu." Ucap seorang pria di sebelah Dinka.
"Apa maksudmu? Dan siapa kau?" Tanya Dinka kepada orang disampingnya namun mata kemarahannya tetap menatap tajam Ridia yang membelakanginya dan memeluk pria lain.
"Dia sudah menyakitimu, dan kau yang tersakiti itu membuat Kisya menderita. Aku juga membencimu loh, karena kau membuat Kisya menangis!" Ucap pria disampingnya sembari menatap Dinka dengan tatapan haus darah dan dia memegang sebilah pisau.
"Perhatikan, bang!" Ucap pria tersebut yang berlari kearah Ridia.
"Tidak! Berhenti kau sialan!" Teriak Dinka ingin mengejar pria tersebut namun tak bisa bergerak.
Jrabbs! Suara pisau menembus tubuh seseorang, darah pun mengalir dari tubhh seseorang yang tertusuk telak pisau.
"Tidak! Sialan kau In-" ucap Dinka terhenti.
"Tidak! Sialan kau!" Teriak Dinka yang terbangun dari tidurnya.
Plangg! Suara dari benda alumunium yang terbentur ke kepala Dinka.
"Kenapa kau melemparku dengan panci ini hah?!" Teriak Dinka yang melototi Kisya di dekat kasurnya.
"Kau berisik!" Ketus Kisya mengambil pancinya dan keluar dari kamar Dinka..
"Huft dasar." Keluh Dinka mengelus-elus kepalanya.
...
"Jadi itu mimpi doang." Ucap Dinka menatap tangannya yang hendak meraih pria yang ingin membunuh Ridia.
"Baiklah, saatnya mandi!" Teriak Dinka.
"Berisik!!" Bentak Kisya dari luar kamar.
"Iya maaf nyonya." Teriak Dinka.
Jdagg! Pintu kamar Dinka pum terbanting.
"Apa kamu ingin kucincang dan kurebus kak?" Tanya Kisya.
"Hehe sudah-sudah! Dia lucu loh Kisya kalau lagi begitu, apalagi lihat celana kolornya yang bergambar frozen itu." Ucap Aniria di belakang Kisya.
"Iya iya, lagi pula sudah malas aku mengurusnya." Ucap Kisya yang langsung pergi.
"Hemm." Senyum manis Aniria menatap Dinka.
"Heh?" Bingung Dinka balas menatap.
"Haaahh!! Aniria pergi kau!" Bentak Dinka yang tersadar bahwa dia tidak pakai baju dan hanya menggunakan celana pendek bergambaf frozen.
"Aha baik-baik tuan." Senyum Aniria lalu meninggalkan Dinka.
"Minggu depan aku harus mengumpulkan project, tapi? Sial! Kenapa belum ku kerjakan sama sekali! Dan kenapa program ini susah sekali." Teriak Dinka.
"Kubunuh kau kak!" Bentak Kisya dari dapur.
"Maaf." Teriak Dinka.
Senin, 26 Januari.
...........
Rabu, 28 Januari, Tepat tengah malam.
"Sial mimpi itu lagi." Ucap Dinka yang sepertinya terbangun dari tidurnya karena bermimpi aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air dan Minyak
RomanceHigh rank : 3 - #air [30-07-2018] , 13 - #sliceoflife [31-07-2018], 1 - #minyak [20-03-2019] Semua yang diciptakan itu pasti berpasangan, namun tidak semuanya bisa bersatu. Tapi tuhan itu baik, walau tidak bisa bersatu tapi bisa selalu berdampingan...