Entah kenapa Ridia bisa menyelesaikan sekolah jenjang SMA nya hanya 2 tahun, dan dalam kurun waktu 2 tahun itu banyak hal telah terjadi di kehidupan Ridia di Jepang, apalagi setelah ia bertemu dengan pria bernama Iniki.
"Apa kamu yakin mau ikut ke Jakarta?," tanya Ridia ke Imon yang berada di sampingnya. "Yakinlah," jawab Imon tegas.
"Bukannya kamu masih ada tugas membuat pertahanan system di perusahaan?," tanya Ridia lagi. "Yahh, memang sih lawannya si Cracker bajingan itu," jawab Imon. "Aku tidak mengnalmu kalau lupa akan kalau tidak boleh ada kata kasar saat bersamaku!," tegas Ridia.
(Cracker adalah peretas, pembobol atau perusak system)
"Maaf, ehehehe," jawab Imon cengengesan.
Ridia dan Imon berada di bandara dan akan menaiki pesawat yang terbang ke negara mereka yaitu Indonesia.
Senin, 3 September 2012.
........Rabu, 5 September 2012.
"Sial hari ini ada kelas," ucap Dinka yang mencari-cari buku pelajarannya dengan tergesa-gesa. Terlihat Aniria berada di pintu kamarnya tepat sekali Dinka membelakanginya.
"Buku apa yang kamu cari?," tanya Aniria. "Framework," jawab Dinka tetap membuka tiap-tiap sela laci bukunya.
"Huft, baik akan ku bantu," ucap Aniria. "Iya," jawab Dinka.
Setelah berjuang dengan keras mereka pun menemukan bukunya di kolong kasur Dinka, dan Dinka pun mendapatkan jitakkan keras dikepalanya dari tangan Aniria.
"Yasudah aku berangkat ya?," ucap dinka sembari memakai sepatunya. "Kalau kau tidak mengambil sarapan dan memakannya serta menghabiskannya, akan kututup pintu pulang untukmu!," ancam Aniria yang berdiri bertolak pinggang di dekat meja makan.
"Kenapa akhir-akhir ini kau malah menjadi seperti ibu ku?," gerutu Dinka yang dengan terpaksa berjalan ke meja makan dan memakan sarapan buatan Aniria.
"Kak?," panggil Kisya. "Iya apa?," tanya Dinka sembari memakan makanannya.
"Seminggu lagi ayah sama bunda pulang, dan dia katanya membawa kejutan." Ucap Kisya. "Emm?, beneran?!," teriak Dinka.
Pltak!! Suara jitakkan pun terdengar dari kepala Dinka.
"Apa sih?!," teriak Dinka. "Ingin lagi?," ancam Aniria. "Iya iya," jawab Dinka menurut.
......
Kamis, 6 September 2012.
Dinka yang sedang berjalan-jalan sendiri setelah pulang dari kampusnya kini ia hendak ke perusahaan pak Shienarto, karena ia harus mempersiapkan dan mematangkan dirinya agar nanti benar-benar telah siap bekerja disana. Memang sekarang Dinka pun magang di perusahaan itu, namun hari ini ia seperti kehilangan semangat dan ingin bersantai menikmati sesuatu.
Di sebuah restaurant ternama di Jakarta, Dinka yang tak biasanya makan atau minum di restaurant entah kenapa hari ini ia duduk di salah satu bangku restaurant tersebut.
"Huft, aku minta kopi saja," ucap Dinka kepada waitress. "Kopi apa ya mas?," tanya san waitress yang memperlihatkan menu kopi.
"Kopi pahit," ucap Dinka tanpa melihat menu kopi tersebut. "Baik mas, silahkan tunggu." Ucap sang waitress yang langsung pergi.
"Cihh, kau kira aku segan menunggumu." Keluh Dinka.
Dinka pun melihat ke sekelilingnya, suasana asri restaurant dengan tema hutan hijau membuat suasana segar di dalam restaurant tersebut. Banyak hal ganjal yang Dinka temukan di restaurant itu, wajar saja seorang Programming sangat detail akan banyak hal karena kebiasaannya yang harus dan di tuntut detail saat mengerjakan system dengan kodingan.
Banyak hal ganjal namun ada satu yang paling ganjal bagi Dinka, dimana ia melihat seorang yang ia kenal. Orang yang sangat ia kenal dan Dinka pun menghampirinya dengan wajah agak riang. Belum sampai, berjarak beberapa langkah lagi Dinka tersadar melihat orang itu bersama siapa.
"Hemm?," gumam Dinka yang seperti menandakan kebingungan.
"Eh?," orang tersebut ialah wanita, remaja wanita. Ia pun agak tertegun melihat Dinka tidak jauh darinya.
"Dinka?," panggil remaja wanita tersebut. "Hai," sapa Dinka agak ramah namun sangat kaku. "Siapa?," tanya pria yang berada di depan remaja wanita tersebut.
"Dinka tertegun karena yang ia lihat, remaja wanita tersebut berpegangan tangan layaknya sepasang kekasih yang sedang menikmati suasana restaurant berdua.
"Maaf, aku harus kembali ke meja ku. Kopiku sudah sampai," ucap Dinka yang langsung membalikan badan.
"Kenapa?," tanya remaja wanita tersebut menangkap tangan Dinka dan menahannya.
"Syukurlah kau bahagia, Ridia" ucap Dinka sembari tersenyum dan menarik tangannya lalu pergi ke mejanya.
Remaja wanita yang sangat Dinka kenal, ia yang sangat diharapkan Dinka dan sangat Dinka ingin temui. Dan kini mereka bertemu, bertemu dalam keadaan dimana Ridia telah bersama pria lain.
Dinka pun sampai di mejanya dan meminum kopinya dengan cepat tanpa menikmati kopi nya yang pahit karena bagi dia tidak ada rasa pahit selain melihat dan menemukan wanita nya bersama pria lain saat sudah lama tak bertemu,
"Tunggu Dinka!," ucap Ridia yang sudah sampai di dekat Dinka yang hendak menaruh uang di meja.
Dinka pun tidak menghiraukan dan pergi dengan cepat, namun Dinka seperti menuliskan secarik kalimat di sebuah kertas yang ia taruh di meja.
Ridia pun mengambil kertas tersebut dan membacanya.
"Kau benar-benar pergi dari kehidupanku, kini ku tersadar bahwa kau sudah bahagia. Sang air yang sudah bahagia dengan air lainnya, dan diriku sang minyak akan mencari kebahagiaan lainnya, tenang saja.
Kita akan sama-sama bahagia walau tidak bersama."
' Dinka Saytara '
Sebuah tetesan air mata pun jatuh dan membasahi tulisan dari seorang yang menyebut dirinya sang minyak.
.................
"Air dan Minyak memang tidak bisa bersatu, seperti dirimu yang suci dan diriku yang kotor."
.................
Terima kasih para pembaca yang sudah setia membaca hingga kini,
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, vomentya lohhh,
Bantu diriku dengan memberi jejak ya, supaya semangat juga untuk melanjutkan cerita ini.
Diriku butuh kalianTerima kasih para pembaca setia
@the_pooh1301
KAMU SEDANG MEMBACA
Air dan Minyak
RomansaHigh rank : 3 - #air [30-07-2018] , 13 - #sliceoflife [31-07-2018], 1 - #minyak [20-03-2019] Semua yang diciptakan itu pasti berpasangan, namun tidak semuanya bisa bersatu. Tapi tuhan itu baik, walau tidak bisa bersatu tapi bisa selalu berdampingan...