Sabtu, 23 September 2012.
Kantin, rumah sakit.
Seorang perempuan terlihat duduk termenung memegang secarik kertas, secarik kertas yang telah diberikan padanya namun belum ia baca hingga kini.
"Dinka bilang surat ini yang membuatnya memiliki harapan untuk bersamaku?," pikir perempuan tersebut, yaith Ridia.
Dinka yang tertusuk tepat di perutnya mengalami pendarahan yang lumayan parah, ia pun harus di rawat dan sudah 3 hari dalam keadaan belum sadar.
Dokter bilang ia sudah baikkan dan hanya butuh istirahat dan menunggu kesadarannya lah yang pertama.
Orang-orang terdekat Dinka yang mengetahui keadaannya segera menjenguk dirinya walau tidak bisa melihat jelas secara langsung wajahnya dikarenakan keadaan Dinka yang belum sadar.
Aniria, Kisya, bunda dan Ridia lah yang bisa masuk dan menemani Dinka. Dan setiap malam jika tidak bunda yah Ridia lah yang menemani tidur lelapnya Dinka.
Pukul 1 siang, Kisya yang pulang dari sekolahnya langsung menjenguk kakaknya dan membiarkan dirinya lah yang menemani dan menunggu kesadaran kakaknya, Aniria pun membantu bunda. Dalam arti membantu mental bunda, Ridia pun ikut namun ia juga menjaga Dinka.
Mereka ber 4 lah yang sibuk dengan kondisi Dinka saat ini, lain hal denga Iniki. Ia harus bertanggung jawab walau dalam keadaan duka yang masih terasa dalam dirinya, ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya di Jepang, dia pun orang yang salah satu menemukan dan menangkap penjahat atau pembunuh ayahnya. Dan pula ia kini yang bertanggung jawab atas keluarganya karena Dinka sedang dalam keadaan tak sadar.
Dalang dari semua pembunuhan dengan motif ingin menguasai perusahaan-perusahaan dalam kebisnisan, ialah pak Bastoro.
Korban dalam kejahatannya bukanlah 2 orang tetapi 3 orang yang sudah tewas, sebelum ayah Dinka ada seorang ibu-ibu yang menjadi korban pembunuhan serta pelecehan olehnya, dan ibu itu adalah ibu Imon.
Imon yang mengetahui bahwa pak Bastoro yang melakukan hal bejat kepada ibunya itu, ia langsung naik pitam dan langsung menemui Bastoro di Indonesia dan menghajarnya, jika tidak ada kepolisian mungkin Bastoro sudah tewas di tangan Imon.
Ayah Dinka dan pak Shienarto lah korban selanjutnya, lalu Irayani sebagai anak buah Bastoro di Jepang pun di tahan dan di penjarakan di kepolisian Jepang. Wahdira ayah Ridia dan Tomira hanya terkena luka ringan dan sudah dalam keadaan membaik atau dalam masa pemulihan.
Di bangku kantin rumah sakit yang di duduki Ridia,
Terasa angin siang yang panas dan suasana keadaan hatinya pun membuat dirinya semakin panas. Dirinya sangat merasa bersalah telah meninggalkan Dinka ke Jepang, dirinya yang merasa kalah untuk membuat Dinka senang, ia kalah dengan Aniria. Dan bahkan saat bertemu pun ia malah menyakiti hati Dinka dan fisiknya pula.
Ridia pun mencoba membuka surat yang diberikan Dinka tempo hari.
18 September 2012.
Untuk kalian berdua, Dinka dan Ridia.Memang sebuah kenyataan itu banyak pahitnya, anggap saja kenyataan dalam hidup yahh. Mungkin diriku lah yang rasa pahit dalam kenyataan hidup kalian berdua, diriku dengan mudah dan tak tahu diri membuat hubungan kalian rusak.
Untukmu Dinka,
Saya tidak bermaksud merebut Ridia darimu, jujur saya hanya menjaganya di Jepang, dan untuk memperjelas dan tidaj bertele-tele..
Saya tidak menyukai dan tidak mencintai Ridia, saya akan menikah dengan wanita Jepang pilihan saya.
Jadi saya harap kau juga menikah, yaitu menikahi Ridia.Untukmu Ridia.
Maafkan diriku dengan segala kesalahan yang sudah kuperbuat, dirimu yang tau tentang diriku selama kita bertemu di bandara waktu itu.
Kuingin kau membahagiakan dan menebus kesalahan ku kepada Dinka, bukan maksud lepas tanggung jawab. Tapi aku yakin yang bisa membuat Dinka bahagia ialah dirimu dan kuyakin disaat dia bahagia, dia bisa memaafkanku.
Jadi aku minta tolong denganmuBahagiakanlah Dinka dan terima lamaran nikahnya lalu hiduplah bersamanya.
Salam hormat dari orang yang pernah mengenal kalian.
Imon.
....
Seketika air mata Ridia jatuh dan membasahi surat tersebut, cairan bening hangat yang sangat dijaga oleh Imon dan Dinka kini jatuh kembali menangisi mereka berdua.Ridia tahu bahwa Imon berbohong dalam surat tersebut, ia pernah dilamar oleh Imon dan saat itu Ridia menunda jawaban lalu mengajaknya ke Indonesia berlibur.
Entah tujuan apa Ridia mengajak Imon berlibur ke Indonesia yang sudah jelas disana ada Dinka.
Tapi ia paham sekarang, Imon telah berkorban dan mengorbankan perasaannya untuk menebus kesalahannya.
Ia sangat berterima kasih kepada Imon.
"Hapus air matamu!, aku gak mau Dinka melihat mu menangis, jika ia tahu ia akan sedih. Dasar bodoh," ucap seorang wanita yang berdiri di samping Ridia duduk dan memberikan tissue.
"Iya, terima kasih." Ucap Ridia menerima tissue dan mengelap air matanya. "Bolehkan aku duduk di sini?," tanya wanita tersebut tak lain ialah Aniria.
"Silahkan," ucap Ridia memberi ruang duduk untuk Aniria. "To the point saja, apa tujuan mu sekarang?," tanya Aniria yang mampu membuat Ridia bingung.
"Maksudmu?," heran Ridia. "Aku mencintai Dinka, dan ku tahu kau juga. Jadi sekali lagi kutanya apa tujuanmu sekarang?," tanya Aniria yang membuat Ridia sedikit tercekat.
Ia tahu dengan jelas, Aniria pasti mencintai Dinka. Namun ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Aku ingin membuatnya bahagia," jawab Ridia. "Baiklah itu cukup, aku akan pergi dan kuharap kau menepati ucapanmu tadi!, aku berharap padamu dan ku serahkan Dinka.. m-maksud-maksudku aku..." Aniria yang menahan air mata dan berlaga sok tegar kini pun mengeluarkan air mata dan susah untuk bicara.
"Terima kasih," ucap Ridia memeluk Aniria. "Hemm?, aku mencintainya. Tapi aku tidak bisa membuatnya mencintaiku, ia hanya mencintaimu, dan sekarang aku yakin dengan keputusanku. Kumohon buatlah ia bahagia!, aku akan senang jika ia bahagia walau tidak bersamaku." Ucap Aniria dengan air mata yang terus keluar.
"Iya aku akan menepatinya," ucap Ridia melepaskan pelukannya. "Baik aku pergi sekarang, dan kuberharap padamu," ucap Aniria membereskan bajunya.
"Kau ingin pergi kemana?," tanya Aniria. "Tokyo, Jepang." Ucap Aniria dengan jelas.
Mereka berdua pun berjabat tangan dan berpelukan layaknya 2 sahabat yang sangat akrab.
Aniria pun pergi, lalu Ridia pun beranjak menuju ruangan Dinka berada.
Setelah Ridia hampir sampai, ia pun melihat sosok yang tak asing baginya berada di bangku tunggu di depan ruangan Dinka. Terlihat 2 orang sedang berbicara dengan bunda dan Kisya.
"Papah?, mamah?," kaget Ridia. 2 orang tersebut pun langsung menoleh kearah Ridia dan menyeringai senyum kepadanya.
"Ridia?, kau baik baik saja nak??," ucap Wahdira. Ridia pun berjalan cepat dan memeluk erat papah dan mamahnya. Namun tak lama, karena itu akan membuat bunda dan Kisya sedih.
"Tak apa, aku sudah ikhlas dengan kepergian suamiku," ucap bunda yang memeluk wajah Kisya yang menangis.
"Ayah." Ucap Kisya dalam dekapan bunda.
..............
"Untuk apa hidup bersama orang yang kau sayang jika ia tidak bahagia bersamamu dan tidak menginginkanmu? Jika kau sayang buatlah ia bahagia dengan segala cara. Sebuah cinta butuh pengorbanan, melepaskan ia dengan orang yang ia cinta dan demi kebahagiaannya adalah pengorbanan yang sangat luar biasa dan dirimu bisa membuatnya bahagia walau bukan dengan dirimu."
..............
Terima kasih kepada pembaca yang setia terus sampai kini.
Jangan lupa vote and comment ya, dan baca juga kisahnya wkwk
Terima kasih
Thank you
Arigatou@the_pooh1301

KAMU SEDANG MEMBACA
Air dan Minyak
RomanceHigh rank : 3 - #air [30-07-2018] , 13 - #sliceoflife [31-07-2018], 1 - #minyak [20-03-2019] Semua yang diciptakan itu pasti berpasangan, namun tidak semuanya bisa bersatu. Tapi tuhan itu baik, walau tidak bisa bersatu tapi bisa selalu berdampingan...