Chapter 26 : Pra.

31 8 8
                                        

Sabtu, 27 Juni 2015.

Hari yang sangat cerah dan sejuk membuat kota menjadi lumayan asri, entah kenapa lalu lintas kurang berlalu lalang.

"Oke sip kita hanya tinggal menentukan tanggal yang bagus untuk pernikahannya," ucap Wahdira papah Ridia yang duduk di sofa ukuran untuk satu orang di depan meja persegi panjang, meja yang di handap oleh beberapa orang yang sangat menantikan hal ini.

"Aku ga nyangka kakak ngelamar kak Ridia secepat ini," ucap Kisya yang duduk di bangku depan bersama Iniki yang entah kenapa tidak masuk kedalam berdiskusi.

"Saya rasa kita akan mengambil di bulan September aja, dan itu hanya usulan dari saya." Tutur mamah Ridia.

"Dinka?" Tanya Wahdira.

"Bolehkah saya menentukannya sekarang?" Tanya Dinka. "Silahkan," ucap Wahdira yang mempersilahkan Dinka menentukannya.

"Saya setuju dengan ibu, saya memilih bulan September. Dan tanggalnya, saya menginginkan tanggal ........."

...........

Minggu, 23 Agustus 2015.

"Aku pilih gaun yang ini aja bun," ucap Ridia yang sedang berpose di depan cermin besar di temani bunda.

"Humm jadi kamu mau ini yang jadi gaun utamanya? Oke kalau begitu berarti sekarang Dinka yang harus mencoba pasangan gaun ini," ucap bunda yang menengok kearah bangku di pojok butik.

"Dinka?" Melas Ridia. "Calon suami mu itu, hehehe." Ledek bunda dimana Dinka terlihat tertidur lelap sembari duduk di bangku.

"Dinkaaaaa!" Kesal Ridia yang menjewer Dinka hingga terbangun dan kesakitan. "Aaaaww awww" kaget Dinka.

"Ehehe cocok ya mereka?" Ucap pegawai butik yang mengurus gaun pengantin Dinka dan Ridia.

"Terlihat gaun putih dengan motif bunga besar utama ditemani motif bunga-bunga kecil dan kupu-kupu yang menemakan gaun seperti taman indah.

.........

Minggu, 30 Agustus 2015.

"Semua undangan sudah tersebar?" Tanya Iniki kepada seorang sepantarannya.

"Yap sudah," ucap orang itu sembari hormat bercandaan kepada Iniki. "Oke, besok pembagian seragam panitia dan tugas udah gua bagi-bagi oke. Dan pokoknya gua mau pernikahan abang gua berjalan lancar dan membuat dia senang bahagia dunia akhirat sampe surga tanpa neraka, siap??!" Teriak Iniki.

"Siaapp!!" Teriak orang-orang yang menjadi panitia yang di pimpin oleh Iniki.

..........

Rabu, 2 September 2015.

Terlihat Dinka sedang bermain telepon genggamnya, tampak ia sedang chattingan dengan seseorang yang tak lain ialah Ridia.

*Chat On*
[Dinka : selamat pagi calon istri?] 05:45
[Ridia : selamat pagi juga calon suami] 05:46
[Dinka : udah mandi belum?] 05:47
[Ridia : segala nanya begitu, kaya orang baru kenal dan pacaran aja.] 05:48
[Dinka : tinggal jawab aja susah, pengen marah tpi gbsa] 05:49
[Ridia : kenapa gabsa?] 05:50
[Dinka : segala nanya, kaya orng baru knal aja , wkwkwk] 05:51
[Ridia : untung yang ngomong calon suami] 05:52
[Dinka : emang kalo bukan?] 05:53
[Ridia : berarti rugi akunya hahaha] 05:54
[Dinka : pengen ketawa tapi garing, wkwk] 05:55
[Ridia : jahat, bodo nanti mah aku dendam] 05:56
[Dinka : gaboleh!] 05:57
[Ridia : kenapa?] 05:58
[Dinka : kamu bolehnya sayang sayang ke aku:v] 05:59
[Ridia : yaudh iya iya,] 06:00
[Dinka : oh iya, aku mau pergi. Kamu mau ikut?] 06:01
[Ridia : kemana?] 06:02
[Dinka : ke pelaminan :)] 06:03
[Ridia : AYOOO! ] 06:04

*Chat off*

"Bang?" Tanya Iniki yang menyapa Dinka yang sedang bermanja di kasurnya. "Apa?" Tanya Dinka.

"Apa kabar?" Tanya Iniki yang duduk di pinggir kasur. "Baik," jawab Dinka sembari menaruh telepon genggamnya di meja kecil samping kasur.

"Gua juga bang," ucap Iniki dengan senyum seringai. "Hemmm,, gua gak peduli. Hahaha" teriak Dinka langsung melompat dan berlari ke arah pintu.

"Oke, yang penting gua tinggi." Teriak Iniki, langkah Dinka pun terhenti. "Lu kok jahat," ucap Dinka dengan wajah luceknya.

Drrt Drrt suara getaran pun datang dari telepon Dinka.

"Wehhh ayang beb gua tuh, baru ditinggal bentar udah nelpon aja. Ngangenin banget gua kan." Ucap Dinka yang menghampiri teleponnya. "Di putusin mampus lu." Ucap Iniki duduk dikasur Dinka.

"Bentar!" Ucap Dinka.

*call on*

Speaker onn

(Dinka : ada apaa?)
(Ridia : kita putus.)

"Ehhh????" Kaget Dinka. "Ko beneran????" Kaget Iniki.

(Dinka : kenapa emang? Ko tiba-tiba gini?)
(Ridia : aku mau putus dan nikah sama kamu.)
(Dinka : aaaarghhh kamu bikin aku panik isshhh)

"Kena tipu gua njir," lirih Dinka ke Iniki. "Ahaha panik" Tawa Iniki.

(Ridia : ada Iniki?)
(Dinka : iya, yaudah nanti lagi oke. Dan kamu jangan bikin aku panik aahhh)
(Ridia : hehehe maaf maaf, yaudah. Aku sayang kamu)
(Dinka : aku juga sayang kamu)

*call off*

"Jadi tinggal beberapa hari lagi ya," ucap Iniki. "Hemm," gumam Dinka untuk menjawab pertanyaan Iniki.

"Selamat ya bang," ucap Iniki sembari menunduk dan terlihat beberapa bulir air bening jatuh dari matanya. "Kenapa?" Tanya Dinka.

"Gua seneng akhirnya lu bakal hidup bahagia dengan wanita lu bang," jawab Iniki sembari tersenyum ke arah Dinka dengan beberapa tetes air mata keluar.

"Cengeng." Ucap Dinka yang mengalihkan kepalanya.

"Terima kasih." Ucap Dinka tetap mengalihkan kepalanya.

"Iya bang." Jawab Iniki.


.............

Okeeee akhirnya,

Next it's final chapter....

Im sorry im late, but im so busy and it's very very very SULIT BUAT BERIMAJINASI DAN NUANGINNYA KE STORY

Capslock jebol wkwkwk.

Yasudah terima kasih untuk para pembaca setia.

Terima kasih banyak
Thank you very much
Arigatou gozaimasu.

@the_pooh1301

Air dan MinyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang