14

2.4K 438 70
                                    

                JIMIN JADI GEMAS sendiri memerhatikan Christa yang tertidur pulas di dalam dekapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                JIMIN JADI GEMAS sendiri memerhatikan Christa yang tertidur pulas di dalam dekapannya. Akhirnya, setelah sabar dan ikhlas menunggu ada balasan yang setimpal didapatnya. Nggak perlu pakai obat-obat lagi, Christa dengan sendirinya juga mau.

Baru ingin ikut memejam, sebuah panggilan masuk di ponselnya. Buru-buru pemuda itu mengangkat dengan rasa malas.

"Apaan, sih?"

"Eh, kampay. Di mane lo?"

"Di ranjang, abis ngegeboy semalem." Jimin mendesah pelan, "Kenapa Bang?"

"Ke kantor bentar, dong. Ada nasabah yang rewel, nih. Terus lo lusa ikut anak baru yang pada mau trainee ya."

"Najis, nggak mau, ah." Hoseok itu emang suka semena-mena. "Bukan bagian gue. Gue aja udah pusing. Bang Yoongi ditahan kemaren gara-gara masalah laporan. Katanya kita subjektif ngasih hasil audit keuangan."

"Hah? Kok, bisa?"

"Bang Yoongi dituduh membantu menggelapkan dana dan memalsukan hasil laporan. Jangan bikin gue tambah pusing." Jimin memijat keningnya sejenak, "Lo tunjuk yang lain aja sana. Gue sama Bang Seok Jin mau ngurusin kasus Bang Yoongi dulu."

"Okey, deh. Goodluck, Bro. Gue tau Bang Yoongi kagak salah."

"Yoi, thanks."

Memikirkan masalah pekerjaan, kepala Jimin rasanya mau pecah. Baru aja semalam haha-hihi, paginya udah direwelin kerjaan aja. Hidup itu memang sulit.

"Siapa Om?"

"Eh?" Jimin terkesiap, meletakan ponselnya di atas nakas sebelum teratensi pada si gadis. "Tau tuh, temen. Ganggu aja."

"Om Seok Jin udah balik?"

Jimin menggeleng, "Nginep di kantor."

"Kok, nginep?" Alis Christa bertaut, "Terus kenapa lo di sini? Bukannya ikut lembur juga. Kasihan tau."

"Kan, saya lemburnya semalem sama kamu." Christa bergidik, segera membalik tubuh yang mana pundaknya diciumi terus menerus oleh Jimin. "Bidadarinya mas kok makin cantik ya pagi ini."

"Najis tau nggak!"

"Kok, najis? Padahal semalem nambah, tuh."

"Sana-sana. Jijik tau nggak."

"Dek Tata yang manis dong. Mas jadi sedih, nih."

"Ih, dasar katrok, norak, ndeso!"

"Jadi kamu maunya manggil baby-honey? Atau daddy-babby?"

"Enyah nggak lo!"

"Nambah yuk?"

"Pergi!"

Bukan Jimin namanya kalau nggak punya seribu satu akal. Dengan gemas lelaki itu menarik tubuh Christa lalu menindihnya dengan semena-mena.

"Ih, Om!!!" Christa memukul-mukul bahu Jimin, tetapi lelaki itu justru terkekeh sembari menciumi bibir Christa. "Minggir, ih!"

"Panggil mas dulu, dong."

"Najis tau nggak!"

"Panggil atau nambah?"

"Nggak dua-duanya!"

Memberenggut, Jimin mencela, "Kamu mah nggak normal kali, ya."

"Om tuh kelebihan hormon!"

"Dasar kuper!"

"Kelebihan hormon." Christa hendak beringsut, tetapi tangannya ditahan Jimin, "Prinsip hidup lo tuh semakin enak semakin dilakukan yah."

"O, jelas." Jimin menyeringai, "Memang kamu, nggak normal."

"Gue normal."

"Kalau normal, coba cium dulu." Jimin menunjuk bibirnya. Bukannya dicium, Christa justru membuang muka dengan wajah masam.

Kalau sudah begini; nikmat di ujung, pemaksaan pun jadi halal, kan? Jimin akhirnya mencium paksa Christa, dasar belum rejeki, pesan masuk ke ponselnya bikin Jimin geram sendiri.

Jimin kemudian bangkit, dengan seenak udel jalan ke arah lemari tanpa mengenakan pakaian; mengambil boxernya yang masih tertinggal beberapa di lemari Christa──karena awalnya kamar ini memang digunakan oleh Jimin. "Kamu mandi dulu sana, Dek. Nanti kita sarapan."

Christa mengangguk. Ia hendak bangkit, namun Jimin telah dulu sampai seraya membawa sebuah bathrobe untuk gadis itu kenakan. Lantas memapahnya ke kamar mandi. "Lo mau ke mana Om?"

"Kenapa? Mau ngajakin saya mandi bareng?"

"Najis lo!"

Jimin terkekeh, mengusuk pelan rambut Christa sebelum beranjak ke luar untuk mengurus sesuatu yang sangat penting mengenai pekerjaannya.


>>>

Om Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang