15

2K 449 83
                                        

               CHRISTA JADI BINGUNG sama sikap Jimin; yang biasanya katrok, norak, ndeso, jahil, ngeselin, mendadak jadi serius gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

               CHRISTA JADI BINGUNG sama sikap Jimin; yang biasanya katrok, norak, ndeso, jahil, ngeselin, mendadak jadi serius gitu. Dari tadi si om diem aja, nyetir sambil beberapa kali ngumpat. Jujur aja, kalau sikap Jimin tiap hari kayak gini, Christa mana berani galak-galak lagi. Orang Jimin diem aja tampangnya jadi nyeremin.

"Kok, sarapannya nggak dimakan, Dek?" Christa yang lagi ngelamun mendongak, ternyata Jimin diam-diam memerhatikan Christa. "Tadi, katanya mau bubur ayam."

"Om, nggak sarapan?"

"Nggak napsu, Dek."

"Kenapa Om?"

"Pening kepala saya."

Tuh kan, kalau kayak gini Christa jadi kasihan sendiri. Jimin nyetirnya nggak tenang, grasak-grusuk, kayak lagi dikejar sesuatu. "Tadi saya udah telpon wali kelas kamu."

"Ngapain?"

"Izinin kamu. Sakit."

"Bohong!" desis Christa. Jimin juga ikut terkekeh kecil, "Kamu kan sakit, Dek. Jalan aja tertatih-tatih."

Memang tua bangka nggak tau diri, nggak punya kaca, nggak punya rasa bersalah. Heran Christa tuh, kok ada ya manusia modelan Jimin begini.

"Nih, Om." Jimin yang lagi nyetir tersentak oleh tingkah impresif Christa yang sekonyong-konyong menyuapinya. Lelaki itu menggeleng pelan, "Kenapa Om?"

"Buburnya hambar. Saya nggak suka kalau nggak ada kecapnya, nggak manis."

"Rewel banget, sih."

Tersenyum jahil, "Yaudah sini suapin. Satu sendok, satu ciuman ya biar manis."

"Nggak jadilah!" Dengan sewot Christa menyuap makanannya, "Dikasih hati minta jantung."

"Salah, Dek." Jimin terkekeh, "Yang bener tuh, dikasig bubur minta bibir."

"Bodo amat─eh, Om! Hape lo bunyi. Ada panggilan dari Om Seok Jin."

"Angkat, Ta. Loudspeak, ya." Christa mematuhi perintah Jimin.

"Halo, Jim. Di mana?"

"Ini lagi di jalan. Kenapa, Bang?"

"Urusan Yoongi biar gue sama Nam Joon aja yang ngurus. Sekarang gue lagi caw ke kantor polisi."

"Nggak apa-apa, nih?"

"Iya. Lo di kantor aja sama Jung Kook. Nanti kalau gue butuh data-data sebagai barang bukti bisa langsung lo kirim. Taehyung sama Hoseok nggak ada soalnya, prospek."

"Siap." Jimin menghela, "Ada lagi nggak?"

"Si Tata gimana? Udah berangkat sekolah?"

"Nih, gue ajak ke kantor."

"Kenapa lo ajak?"

"Sakit anaknya."

"Sakit apaan?"

"Sakit, semalem gue geboy──"

"Astagfirullah @sdglamqoanxuw fgalamxownaleoxns ?!-?!(!)"

Pusing mendengar celotehan Seok Jin, Jimin memberi kode kepada Christa untuk memutus panggilannya. Christa pun mengangguk. "Om kamu tuh, bawel banget."

"Udah tau bawel, malah dikasih tau."

"Jadi, kamu sukanya diem-diem?"

Kan, mulai lagi. Ngobrol sama Jimin itu nggak ada benernya; kalau nggak digodain, ya ... dimesumin.

"Om, tadi kenapa, sih? Kok, bawa-bawa kantor polisi."

"Biasa Dek, banyak masalah." Jimin menghela sejenak, "Makanya, kamu kalau sekolah tuh, yang bener. Langsung pulang ke rumah. Jangan bikin saya khawatir. Udah kerjaan saya numpuk, masih harus mikirin kamu. Kalau kamu kenapa-napa gimana coba? Mana bisa kerjaan saya selesai. Terhambat gara-gara mikirin kamu doang."

Tanpa sadar Christa meremas pahanya sendiri. Ada sedikit senyum yang diam-diam ia sembunyikan, "Om khawatir sama gue?"

"Astagfirullah Dek, kamu cantik tapi kok ngeselin, ya?"

Christa membuang wajah, senyumnya merekah dengan lebar. Ternyata masih ada yang mikirin aku, ya ....


>>>

Om Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang