JIMIN ITU NYEBELINNYA KUADRAT; meski nyebelin, Christa tetap aja sundal, nggak tahu diri dengan makan bubur pemberian lelaki itu. Tenggorokannya ingin melonglong, namun ia masih cukup sopan untuk menahan itu.Biasanya Jimin yang akan menatapnya lapar, hanya saja kali ini Christa yang melakukannya.
"Ngapain kamu liatin saya?" tanyanya tak acuh, "Saya tau saya ganteng. Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Udah mau kawin sama saya?"
Uhuk ... uhuk ....
Yang namanya Jimin itu sinting, namanya aja kampung. Lagian kenapa pamannya bisa berteman sama makhluk kayak gini sih, batin Christa. Christa tidak mengindahkan, sedang Jimin kembali berkutat dengan makan dan buku setebal buku sihir Harry Potter alias diktat kuliahnya dulu.
"Itu apaan, Om?"
"Nih, berbagai gaya kemasutra baru yang kira-kira bisa cocok sama malam pertama kita." Christa berdecih, kalau matanya dicolok pakai sendok tidak menyebabkan Christa masuk penjara pasti sudah dilakukan oleh gadis itu. "Lagi baca-baca aja. Kayaknya saya mau lanjut S3, deh."
"S3 di mana, Om?"
"Di Aussi aja kali ya nggak jauh? Atau di Kroningen?"
"Belanda?" Jimin mengangguk, "Gue rencana mau ngambil S1 di Leiden, Om."
"Bagus, tuh." Jimin mengangkat kepalanya sejenak sebelum bertekur dengan makan dan bukunya, "Jadi kamu nggak usah jauh-jauh dari saya."
"Idih."
"Jangan idih-idih. Nanti juga widih, akhirnya bisa jadi istri saya."
"Sinting ya lo, Om."
Jimin terkekeh, "Semalem kamu juga sinting. Aghhh Om Jimin, touch me please. Please."
Christa memasang wajah geli, "Lagi mabok gue."
"Jadi, setiap mabok kamu begitu?" Christa mengerut, "Om kamu tau? Ayah sama ibu kamu?"
"Ya nggaklah, geblek!"
"Bagus banget." Nada lelaki itu datar, namun terasa kering. "Bocah ingusan aja sok klabing. Kalau mau ayo, saya ajak kamu ke Las Vegas, ke Los Angels, atau sekalian di New York. Kalau yang paling deket di Singapur, di Zarra. Saya traktir kamu, asal kuat goyang semaleman."
"Bodo!"
"Dompet saya nggak akan habis beliin kamu sedus Budweiser, asal diminum habis di depan saya."
"Lo nantangin gue?"
Jimin menghela sejenak, "Bukan saya nantangin kamu, justru kamu yang nantangin saya. Apa-apaan semalem itu? Kalau kamu diapa-apain gimana?"
"Ya, urusan gue."
"Paling juga nangis-nangis. Om Seok Jin ... aku udah nggak perawan. Pffttt ... haha. Kalau mau jadi bangsat itu jangan setengah-setengah. Gayanya sih klabing hatinya masih kepada Tuhan Yang Maha Esa."
Christa membating sendok makannya, "Lo banyak bacot, gue kesel!"
"Kamu kesel karena omongan saya bener."
"Terserah lo!"
"Kalau mau nakal jangan lupa kasih tau om. Nanti om bimbing."
"Klootzak!"
"Saya paham artinya lho, Schat."
"Najis, cuih!"
"Ik hou van jou."
"YOU WISH!"
>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jimin ✔
Fanfic📌 FILE 1 : STOPED 📌 FILE 2 : FINISHED Apakah ini permainan waktu? Rasanya ia begitu dekat denganku. Rasanya, aku seperti mengenal dirinya. Kami bagai tak berjarak, selain waktu dan ingatan yang sama-sama lumpuh pada waktu yang tak t...