CHRISTA MERASA KASIHAN sewaktu melihat Jimin yang masih terjaga di tengah malam. Niatnya ia hanya ingin minum dan kembali tidur, tetapi melihat Jimin teratensi pada layar laptopnya dengan sangat fokus mau nggak mau bikin Christa jadi nggak tega.
"Om nggak tidur?" Jimin berdeham sebentar tanpa memalingkan tatapan, "Kenapa, Om?"
"Banyak kerjaan."
Sebetulnya ngeliat Jimin yang lagi fokus nggak banyak ulah bikin Christa cukup terpana. Jimin itu nggak jelek-jelek banget, kok─meskipun nggak ganteng-ganteng juga. Dengan catatan kalau kelakuannya nggak katrok, ndeso, dan mesum, ya. Pokoknya kalau lagi diem dan serius begini mah nggak malu-maluin Christa bawa jalan juga; pas lah buat dia pamerin ke temen-temennya.
"Kok, kamu nggak tidur?" Christa yang lagi ngelamun berjengit, "Tidur sana. Puas-puasin dah sampe besok, mumpung libur kan."
"Mau di sini aja, ah." Sekonyong-konyong Christa menaruh kepalanya di atas paha Jimin yang sedang bersila.
"Lho? Di kamar aja sana."
"Sepi, Om. Nggak suka sepi gue, tuh."
"Ah, masa?"
"Iya. Gue kalau tidur harus rame; kayak dengerin musik atau yang lainnya gitu." Ia mendesah pelan, tiba-tiba aja jadi kangen mama sama papanya, "Kalau di sini kan berasa rame. Suara ketikan Om ganas."
Jimin terkekeh, nggak menyahuti. Hanya diam dengan kening berkerut saking fokusnya sama kerjaan yang akhir-akhir ini terbengkalai. Omong-omong Seok Jin juga masih nggak pulang ke rumah dan memilih untuk nginep di kantor.
"Om, jadi lanjut kuliah di luar negeri?"
"Hmm ... masih saya pikir-pikir, Dek. Kerjaan di sini masih banyak banget." Jimin menunduk sekilas, "Kamu jadi ambil di Belanda?"
"Masih mikir-mikir juga, Om." Christa terkekeh, "Om lulusan mana emang?"
"Harvard."
"Demi ape?!"
"Nggak mungkin posisi saya udah di atas GM di umur saya yang segini, Dek."
"S1."
"S1 dan S2, fast track."
Christa nyaris tersedak air liurnya sendiri, "Selesai berapa tahun? Langsung diterima pas lulus SMA, Om?"
Jimin mengangguk, "Saya lulus SMA langsung ke Amrik, alhamdulilah tes sekali langsung lulus. Tuntas lima tahun kurang tiga bulan, kira-kira di umur 23 atau 24, lah."
"Pinter, dong," celetuk Christa tanpa sadar. "Gue SBMPTN aja belum tentu lulus."
Jimin terkekeh, "Optimis, Dek. Belum apa-apa masa udah pesimis."
"Iya sih, Om." Ada jeda sejenak yang mengisi rumpang di dada si gadis, "Om kan, kaya. Kenapa sih, milih tinggal bareng Om Seok Jin."
"Kenapa memang?" Jimin menyeringai tanpa sadar, "Kamu mau gantiin Seok Jin buat tinggal berdua sama saya?"
>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jimin ✔
Fanfiction📌 FILE 1 : STOPED 📌 FILE 2 : FINISHED Apakah ini permainan waktu? Rasanya ia begitu dekat denganku. Rasanya, aku seperti mengenal dirinya. Kami bagai tak berjarak, selain waktu dan ingatan yang sama-sama lumpuh pada waktu yang tak t...