📌 FILE 1 : STOPED
📌 FILE 2 : FINISHED
Apakah ini permainan waktu? Rasanya ia begitu dekat denganku. Rasanya, aku seperti mengenal dirinya. Kami bagai tak berjarak, selain waktu dan ingatan yang sama-sama lumpuh pada waktu yang tak t...
"Dek, kayaknya sekarang saya tau kenapa kamu galak mulu ke saya sekalipun di atas ranjang."
Christa diam, Jimin menghela.
"Kamu transgender ya, Dek?" Mata Christa nyaris copot dari tempat, "Kan, sekarang lagi heboh tuh. Iya, kan? Makanya setiap kamu saya ajakin nolak mulu."
"Lo sekata-kata banget sih, Om!" teriak Christa, nggak terima dihina kayak gitu. "Lo jelas-jelas tau onderdil gue asli semua! Mulut lo tuh ampas!"
"Habis kamu kayak nggak menikmati sih, Dek."
"Gue menikmati, kok."
Jimin yang lagi marah, tiba-tiba otaknya langsung terang. Bibirnya otomatis menyeringai, "Apa, Dek?"
"Gue menikmati Om!"
"Serius?"
Christa mengangguk, "Iya, gue──" Mendadak Christa menggantungkan ucapannya sewaktu ngeliat wajah nakal Jimin, kayaknya gue salah ngomong.
Jimin yang dapet angin segar tentu saja langsung cerah, kedua alisnya dinaik-turunkan secara bersamaan, "Berarti nanti malem main lagi kan, dong?"
"Nggak apa-apa ngarep, segala sesuatu itu dimulai dari yang namanya ngarep, Dek." Jimin yang sudah selesai dengan berkas-berkasnya lantas melepaskan kacamata yang membingkai wajahnya, "Makan, yuk? Mas laper, nih!"
"Jijik ih, apaan sih Om!"
"Mas, Dek. Jangan dipanggil om, dong. Emang saya setua itu apa buat kamu?"
Christa membuang wajah, malas menanggapi. Atensinya ia alihkan pada layar gawainya; beberapa pesan masuk dari Lucas, Jaehyun, dan Yuta.
"Dek?"
"Lo bukannya mau meeting sama Kak Jeon, Om?"
Jimin menepuk dahinya, "O, iya!" Lalu lelaki itu segera berdiri seraya memakai jasnya, "Kamu turun sendiri ke bawah bisa, kan? Di bawah ada Lawson, makan di situ aja. Nanti saya nyusul." Kemudian Jimin menaruh lima lembar uang seratus ribuan di atas meja.
"Saya tinggal."
... dan ya, nggak lupa mesumnya juga ikut; sempet-sempetnya nyium bibir Christa sebelum keluar dari ruangan.
Ditinggal Jimin, Christa langsung buka ponselnya dan bergegas ke bawah.
Jaehyun, Lucas, dan Yuta mengangguk dengan serempak. "Kasusnya terlalu berat kata Bos. Makanya kita dikasih kasus ini."
"Gila lo!" teriak Christa, "Om gue kerja di sini! Bisa mampus gue kalau ketauan!"
"Bukannya malah bagus, ya?" celetuk Lucas, "Lo bisa ngegali informasi lebih dalem itung-itung bantuin masalah om lo."
Christa menghela sejenak, "Masalahnya tuh, beda." Lalu gadis itu memukul meja dengan gemas, "Lo nggak paham posisi gue, sih!"
"Kalau lo nggak ikut juga nggak apa-apa," timpal Yuta. "Bos Tiway kagak bakal marah. Dia nyuruh kita siapin berkas-berkas buat ke akademi. Pendaftaran akademi intelejen negara sebentar lagi buka. Kita masing-masing dapet surat rekomendasi khusus."
Christa menunduk, entah mengapa dia jadi merasa sedih. Yuta, Jaehyun dan Lucas yang duduk saling melingkar segera memeluk Christa; mereka semua paham mengenai masalah yang Christa hadapi.
"Kalau Tata nggak jadi masuk, kita semua juga nggak jadi masuk."
Mata Christa membelo, "Jangan! Nggak boleh gitu!"
"Nggak apa-apa, kok," ungkap Jaehyun. "Lagian waktu kita kepilih buat ini, kita semua janji bakal selalu bareng-bareng. Lagian kita begini karena orangtua kita, kan?"
Lucas mengangguki, "Mereka selalu sibuk."
"Makanya, lo nggak sendirian, Ta. Ada kita juga."
Christa jadi terharu dibuatnya. Memang sih dia nggak punya saudara atau orangtua yang care, tapi setidaknya dia punya teman-teman yang pengertian.
... dan ketika asyik terharu ria mendramatisir, sinyal bahaya mengaung-ngaung di telinga.
"Kalian semua sembunyi dulu cepet. Siaga satu siaga satu! Musuh datang!"