Chapter ▪ 03

2.8K 259 56
                                        

Di kantin Gharda, setelah pelajaran olahraga selesai. Rama, Bisma, dan Kokoh seperti biasa sudah nangkring di bangku pojok dekat gerobak jus Mang Ucup.

"Ini Mas, jusnya," kata Mang Ucup saat meletakkan tiga gelas jus di meja mereka.

Ketiganya langsung meminum pesanan masing-masing. "Dipikir-pikir kita ini hidupnya sehat ya?"

Bisma menoleh pada Kokoh yang duduk di sampingnya. "Kok gitu?"

"Ya gimana nggak sehat? Tiap hari minum jusnya Mang Ucup." Kokoh kemudian merangkul Bisma. "Kita ini kaya vitamin Bis. Lo vitamin sirsak, gue vitamin jambu, Rama vitamin alpukat. Hehe."

Bisma melepaskan rangkulan Kokoh. Menatap cowok ajaib itu. Satu yang dipikirkan Bisma, mungkin saat pembagian akal, roh anak ini lagi sibuk mantengin roh cewek-cewek di sana makanya nggak kebagian pinter!

"Terus Koh, kalau yang jual jus vitamin apa?" Rama malah menanggapi Kokoh.

Kokoh tampak berpikir keras, beberapa detik kemudian cowok itu tampak seperti mendapatkan pencerahan. Lantai ia berkata, "penjual vitamin!"

Rama dan Kokoh tertawa, Bisma mendengus menatap kedua temannya yang terlibat pembicaraan bodoh itu. Saat Bisma mengalihkan pandangannya, dia tidak sengaja melihat Meiska sedang mengantri roti bakar bersama Fani dan teman-teman lainnya.

"Ram?" panggil Bisma.

Rama berhenti tertawa, ia menatap Bisma yang tampak serius. "Apa?"

"Lo utang cerita sama gue."

"Oh," Rama mangut-mangut, "Si Sella tadi-"

"Bukan Sella, gue udah nggak tertarik."

Rama menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

Bisma kembali menatap Meiska yang tengah tertawa dengan Fani. "Meiska"

Rama mengikuti arah pandang Bisma, begitu juga Kokoh. Kokoh tampak santai karena, sudah tahu apa masalah Rama dengan Meiska. Jadi, cowok itu diam saja saat mendengar Rama mengulang penjelasan yang dia dengar di lapangan tadi pada Bisma.

"Serius lo?!" Bisma terbelalak, Rama mangut-mangut mengiyakan. "Wah, bahaya juga sih."

🌺

Meiska duduk dibangku Tari, teman sebangku Manda, sementara Fani duduk di depanbangku depan keduanya. Mereka mengungsi dari kelas untuk mendiskusikan hal penting dengan Manda.

Manda menutup mulutnya tidak percaya setelah mendengar cerita dari Meiska. "Serius lo?"

Meiska mengangguk lemah.

"Tap-tapi kan, ini sekolah. Maksud gue ... emang mungkin ya?"

"Mungkin." Tandas Fani membuat Manda menatapnya gamblang.

"Karena ini Rama, bukan si jenius Soleh."

Manda menarik napasnya dalam-dalam, cewek itu berusaha mencerna lagi apa yang diceritakan Meiska dan Fani barusan, lalu saat akalnya sedikit menerima kejadian yang menimpa sahabatnya itu, ia bertanya, "tapi Rama belum ngomong apa-apa sama lo?"

Meiska menggeleng. "Sampai saat ini sih belum, Man." Dia diam sebentar kemudian bergidik membayangkan kilatan marah dimata hitam legam Rama. "Gimana dong? Gue takut banget!" Meiska kemudian menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya.

Manda dan Fani saling tatap. Berurusan dengan Rama memang rumit, harus siap tenaga dan kesabaran ekstra. Belum lagi tekanan batin yang diberikan cowok itu nantinya serta gangguan-gangguan lain yang siap menghampiri Meiska.

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang