Chapter ▪ 09

1.6K 174 18
                                        

"Harus gitu ya, tiap hari si mak lampir dateng ke kelas kita?" gerutu Fani saat mendengar suara lengkingan milik Sella terdengar memanggil nama Rama.

Meiska membalikkan lembar buku fisikanya. "Namanya juga ngapelin pacar, Fan."

"Iya. Tapi, Rama gak bisa gitu yang ngapel ke kelas biar telinga plus mata gue ini sehat!"

Meiska terkekeh geli, dia membalikkan tubuhnya sedikit untuk melihat pasangan yang menggemparkan sekolah itu.

Dilihatnya Sella menyodorkan kotak makan berwarna pink pada Rama tapi, yang dia amati dari raut wajah Rama adalah ilfeel. Laki-laki itu bahkan tidak tersenyum sama sekali.

Meiska kembali berbalik. "Gak berubah."

"Apanya?" tanya Fani.

Meiska langsung cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak, ini, jawaban gue gak berubah, tetep salah."

Fani memperhatikan jawaban Meiska, keningnya berkerut saat mengetahui jawaban Meiska sudah benar.

🌺

Setelah mendapat telepon dari Adit yang menyuruhnya untuk ke basecamp. Meiska sempat membeku ditempat saat melihat Sandi berjalan berlawanan arah dengannya. Sementara Sandi hanya memandang Meiska datar kemudian masuk ke basecamp.

Meiska menepuk-tepuk dadanya, berusaha untuk tenang. Baru setelah dia merasa tenang, Meiska melanjutkan langkahnya.

"Meis," sapa Adit begitu Meiska berdiri di ambang pintu. "Duduk sini, kita mau ngobrol sebentar."

Meiska mengangguk. Dia duduk di samping Adit dan di seberangnya ada Sandi yang mengamati Meiska dengan tatapan malas.

"Sorry banget kemarin gue gak bisa datang." Adit membuka percakapan. "Gue udah dengar dari anak-anak kemarin. San, ini permintaan gue pribadi. Gue butuh manajer buat tim kita, terima Meiska."

Sandi berdecak. "Gimana bisa jadi manajer, ngumpulin anak-anak aja gak becus!"

"Dan tim kita bakal lebih ancur lagi kalau gak ada manajer," kata Adit membuat Sandi menghela napasnya.

"Gak ada orang lain, emang?"

Meiska menelan ludahnya susah payah. Sebenarnya apa salah Meiska?

"Emang kenapa kalau Meiska? Dia udah buat jadwal latihan, gue udah lihat jadwalnya, dan menurut gue oke. Karena dia mempertimbangkan jadwal kelas tambahan anak kelas dua belas, itu artinya gak akan ganggu jam pelajaran kita." Jelas Adit mencoba meyakinkan.

Sandi tersenyum miring. "Ada gitu, anak basket yang serius belajar?"

"Enggak. Tapi, seenggaknya niat Meiska baik," kata Adit membuat Meiska menatapnya dengan mulut sedikit terbuka.

"Oke. Gue terima dia jadi manajer kita." Sandi menatap Meiska lekat. "Sorry, kemarin gue sengaja nyuruh anak-anak pada gak datang buat ngerjain lo."

Meiska mengerjap. Gimana maksudnya? Dia ngerjain gue gitu? Dengan cara sekejam kemarin?

Sandi menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa lo gak terima gue kerjain?"

Meiska cepat-cepat menggeleng. "Terima kok, Kak, terima."

Baik Sandi maupun Adit tersenyum mendengarnya. "Kita adain rapat sebentar nanti pulang sekolah, sekalian ngenalin Meiska sama anak-anak lainnya. Mulai lusa kita latihan sesuai jadwal!"

🌺

Rama memilih duduk di samping Bisma. Laki-laki itu terlambat 20 menit karena harus berdebat dulu dengan Sella.

"Setiap anggota yang terlambat, tiap menitnya dihitung lari satu kali putaran lapangan." Meiska menatap Rama yang menaikkan sebelah alisnya. "Gue bikin peraturan ini biar kalian disiplin, ada yang kurang jelas?"

Sandi mengangkat tangannya. "Bisa nambah gak peraturannya?"

"Apa?"

"Dilarang pacaran selama latihan basket."

Sontak semua menatap Sandi ingin tahu. Itu artinya, Meiska berpacaran dengan salah satu diantara mereka.

Meiska menghela napasnya seolah tidak ingin membahas lebih jauh dia mengangguk mengiyakan. "Ada lagi?"

Kali ini Rama yang mengangkat tangannya. "Pacaran gak boleh tapi kalau sudah tunangan gimana?"

Sandi mengernyit. Meiska mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha mencerna kalimat Rama. Semua mata kini tertuju pada Meiska sampai Adit menengahi dengan berkata, "sudah apapun hubungannya yang jelas kita harus profesional. Besok pagi jangan ada yang ngaret!"

🌺

Rama kembali ke kelas untuk mengambil tasnya yang sengaja dia tinggal tadi. Laki-laki itu melangkah santai keluar kelas sambil sesekali bersiul. Tak lama dia menyerigai saat melihat Meiska berderap kearahnya. "Kita perlu bicara!"

Rama mengangguk setuju. Dia mengikuti Meiska dari belakang.

Meiska berhenti ketika sudah sampai di taman belakang sekolah. Dia kemudian berbalik dan menatap Rama kesal. "Ram, kita sudah selesai. Lo paham gak, sih? Keluarga gue sudah gak ada hubungan lagi sama keluarga lo. Kita bener-bener udah selesai."

Rama tersenyum. "Gue masih tunangan lo. Emang kita pernah sepakat buat batalin ini semua?"

Meiska terdiam sejenak. Apa yang dikatakan Rama benar. Memang belum ada kesepakatan diantara kedua belah pihak tapi, kejadian dua tahun lalu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa mereka sudah selesai.

"Secara nggak langsung," jawab Meiska membuat Rama mengerutkan dahinya. "Bokap lo aja udah pura-pura gak kenal gue. Lo juga ... sebelum ini, lo kemana? Gue bahkan kasat mata buat lo!"

Rama menghela napasnya. "Ada alasannya. Gue gak bak-"

"Dan alasan itu yang buat kita selesai." Meiska menghela napasnya. "Ram, jangan diungkit lagi. Kita masih bisa jadi teman. Yah, itupun kalau lo gak malu sama gue."

Ada sorot mata sedih yang Rama tangkap saat Meiska mengatakan hal itu. Rama mengusap wajahnya gusar, ini semua salah ayahnya dan Rama benci hal itu membebani Meiska.

"Lo punya cewek yang hatinya perlu lo jaga, Ram." Kata Meiska membuat Rama mengernyit.

"Siapa?"

"Sella. Pacar lo kan?"

Detik itu juga Rama tertawa terbahak. "Gila lo. Segitu percayanya lo, kalau gue suka sama Sella?"

"Terus? Ngapain pacaran kalau gak suka?"

Rama meredakan tawanya. Dia kemudian berdeham lalu berkata, "gue perlu dekat sama musuh gue. Gue gak mau lagi kecolongan yang nantinya bakal berimbas ke orang lain."

Meiska mengernyit, tidak paham maksud dari Rama.

Tiba-tiba saja Rama mengulurkan tangannya untuk menepuk puncak kepala Meiska beberapa kali sambil berkata, "jadi, gue bakal lindungin tunangan gue dari nenek lampir sama kakek lampir, oke? Lo tenang aja."

To be continue 🌺

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang