Chapter ▪ 12

1.5K 150 5
                                    

Suatu kesenangan tersendiri setelah upacara selesai, guru-guru di Gharda mengadakan rapat. Rata-rata murid-muridnya memilih ke kantin atau menonton pertandingan futsal dadakan. Meiska duduk di samping Manda setelah membeli jus dengan Fani di kantin.

"Mana sama mana nih, Man?" tanya Fani sambil memperhatikan beberapa laki-laki yang sudah bersiap di lapangan.

"Biasa anak futsal versus sepak bola." Manda berdecak. "Kenapa dua ekskul itu gak pernah akur?"

Fani menyodorkan jusnya pada Manda dan diterima dengan senang hati oleh perempuan berkuncir kuda itu. "Biar kenapa Man, biar ada dramanya sekolah kita."

Meiska terkekeh mendengar jawaban Fani.

"Cukup Rama sama Sella yang drama, yang lain gak usah." Manda memberikan jus yang dipegangnya kembali ke pemiliknya. "Tumbenan lo beli alpukat?"

"Lagi pingin." Fani kemudian menoleh pada Meiska. "Meis?"

Meiska mencondongkan badannya untuk melihat Fani karena pandangannya terhalang Manda. "Kenapa?"

"Lo kemana kemarin sama Rama?"

Manda ikut bertanya, "iya, telepon gak diangkat lagi. Kemana sih?"

"Oh." Meiska membuang pandangannya kearah lapangan, berusaha mencari alasan yang masuk akal. "Hm ... makan."

"Makan?"

Meiska mengangguk. "Iya, makan."

Manda menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan. "Lo jalan sama Rama?"

Meiska langsung heboh menggelengkan kepalanya. "Enggak, gak gitu juga, Man."

"Ya terus?"

"Ya ..." Meiska memainkan jemarinya. "Makan aja."

Fani mengernyit. Dia tahu betul jika alasannya sesimple itu Meiska tidak akan mau, apalagi ini dengan Rama yang notabane-nya selalu membuat Meiska nunduk takut kalau udah tatapan sama orang itu.

"Gila Rama mukul Sella woy!" teriakkan itu segera membuat semua orang menoleh dan tanpa butuh waktu lama semua yang berada di tepi lapangan kini memilih pergi untuk melihat kejadian itu, termasuk tiga orang yang baru saja membicarakan biangnya.

🌺

Suasana kantin sudah terasa menegangkan sejak sepuluh menit lalu. Entah apa dan siapa yang mengawali yang jelas sekarang tangan Rama berada wajah Sella mencengkramnya hingga Sella meringis kesakitan.

Di samping kanan kirinya ada Bisma yang berusaha untuk menghentikan Rama namun gagal karena tenaga laki-laki itu ternyata lebih kuat darinya.

Kantin penuh sesak, banyak yang sudah mengabadikan moment itu dan mengirimnya ke grup-grup yang ada sehingga makin ramailah kantin saat ini. Sedangkan para pedagang yang berjualan di sana memilih untuk tidak iku campur dan hanya medumel akibat perbuatan Rama.

Meiska tersentak begitu melihat apa yang dilakukan Rama. Apalagi tatapan nyalang dari mata Rama pada Sella jelas akan membuat nyali ciut siapapun yang memandangnya.

"Ram, Ram." Bisma menarik tangan Rama agar laki-laki itu sadar. "Ram lepasin Sella, banyak yang lihat, lo bisa dapat masalah."

"Gak usah ikut campur, Bis." Tanpa perlu mengalihkan matanya pada perempuan yang mulai gemetar di depannya ini dia berkata, "lo tahu kan, dia emang perlu dikasih pelajaran."

Bisma mendengus. Laki-laki itu menoleh ke kanan-kiri berusaha meminta pertolongan namun tidak ada yang berani untuk maju. Sampai Kokoh datang berusaha menyeruak kerumunan dengan suara teriakan gaduh. "Minggir woy! Gue kasih keringat ketek gue, nih! Awas-awas!"

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang