Chapter ▪ 15

1.4K 139 6
                                    

Rama mengguyur badannya dengan air pancuran dari shower kamar mandi milik Bisma. Laki-laki itu nyaris tidak pulang selama satu minggu terakhir.

Usai mandi Rama keluar dengan handuk melilit dipinggangnya. Bisma dan Kokoh serentak menoleh pada Rama. "Untung gue bukan cewek Ram," ujar Kokoh asal.

Rama berjalan ke sisi ranjang Bisma untuk mengambil kaos hitamnya dan mengenakannya dengan cepat. "Emang kenapa kalau lo cewek?"

"Ya bisa berdiri lah gue."

Bisma terkekeh, laki-laki itu melanjutkan mengerjakan tugas kimianya.

"Lo kebagian apa Bis?"

"Asam basa, lo?"

"Tahu dah, urusan Fani." Kokoh kemudian menatap Rama. "Lo Ram? Berhasil pdkt lagi sama Meiska?"

Rama menaik-turunkan bahunya. "Gue agak khawatir sama Sella," katanya kemudian merebahkan badannya. Laki-laki itu menatap langit-langit kamar Bisma sendu. "Gue agak khawatir kalau Sella tahu siapa cewek yang jalan sama bokap difoto itu."

Baik Bisma maupun Kokoh menghela napas berat. Dua orang itu tahu betul bagaimana hebohnya Sella nanti.

Tepat pada saat itu juga ponsel Rama berdering menampilkan sederet nomor yang tak dikenal. Rama menggeser yombol hijau pada layar ponsel lalu menempelkan benda tersebut ketelinga. "Halo?"

Satu suara yang membuat Rama langsung bangun dari tidurnya, membuat mata hitamnya terbelalak lebar.

"Halo Ram? Ini gue Meis."

🐥

Rama keluar begitu mobilnya terparkir rapi di parkiran salah satu supermarket. Dia berjalan masuk dan segera menemukan Meiska yang duduk dikursi panjang sambil memakan es krim. "Meis!"

Meiska mendongak, dia kemudian segera menghabiskan es krimnya. Perempuan itu segera berdiri dan membuang sampah lalu menatap Rama. "Kita kebagian fermentasi. Mau bawa contohnya sekalian biar dapat nilai tambah atau vidio aja?"

"Lo pasti mau nilai tambah." Rama memperhatikan Meiska yang memasang ekspresi datar. "Bawa contoh sekalian gimana?"

Meiska mengangguk. Dia kemudian masuk ke dalam supermarket dan mulai menelusuri rak-rak di sana, sementara Rama hanya mengekor tanpa bicara sedikit pun.

Setelah lima belas menit Meiska mendapat apa yang dia cari yaitu yogurt dan susu kedelai. Perempuan itu berjalan ke kasir, dia mengeluarkan dompetnya tapi Rama lebih cepat memberikan selembar uang lima puluh ribuan.

Usai membayar Meiska tetap tidak bicara, Rama merasa Meiska semgaja melakukan itu. Sampai di depan supermarket, Rama menarik lengan Meiska untuk menghentikannya. "Lo emang nyuekin gue atau perasaan gue aja?"

Meiska melepaskan lengannya. "Gue merasa gak ada yang perlu kita omongin."

"Meis?"

Meiska tampak tenang, menatap Rama, menunggu kalimat laki-laki itu berikutnya.

Rama menghela napasnya. "Kapan kita ngerjain tugas?"

"Besok pulang sekolah, waktu kita cuman dua hari." Meiska kemudian mengecek notifikasi ponselnya. "Gue pinginnya besok bisa kelar."

Rama yakin Meiska kini tengah membentangkan jarak sejauh-jauhnya. Laki-laki itu mengangguk pasrah. "Lo pulang na-"

"Gue dijemput abang gue." Meiska menatap Rama sejenak kemudian kembali mengalihkan pandangan pada ponselnya. "Gue duluan ya?"

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang