Chapter ▪ 04

2.2K 233 42
                                    

Meiska menekan password apartemennya, di samping kiri cewek itu ada seorang cowok mengenakan kaos hitam polos panjang dipadukan dengan celana jeans hitam. Namanya Zen, kakak kandung Meiska.

"Gue sampai dikira orang cabul tahu gak? Gara-gara ngemper di depan apart lo," protesnya sepanjang ia bertemu Meiska di lobi tadi. "Ya kali gue nyabulin adik sendiri."

Meiska terkekeh geli. Ia mempersilahkan Zen masuk sambil meledek cowok itu, "muka lo cabul kali, Bang. Makanya skripsi tuh, buruan diselesaiin."

"Gak usah bawa-bawa skripsi deh." Zen meletakkan kopernya di sudut ruangan, kemudian ia menghempaskan dirinya di sofa panjang berwarna cokelat tua. "Gue kesini mau liburan tahu!"

Meiska masuk ke kamarnya, berganti pakaian setelah itu kembali keluar. "Liburan apa kabur dari kenyataan?" Cewek itu kemudian berjalan ke kulkas mengeluarkan dua kaleng milo dari sana memberikannya pada Zen kemudian duduk di sofa setelah menyingkirkan kaki Zen dari sana. "Udah setahun setengah ngerjain skripsi, kok nggak kelar-kelar."

"Bocah masih SMA, jangan ngurusin orang kuliah dah." Zen meminum milonya kemudian mengernyit karena sensasi rasa manis dari susu itu.

"Gue bocah yang cukup mengerti urusan perkuliahan."

Zen berdecak kesal. "Dosen gue itu susah Dek. Orangnya bawel, super sibuk, PMS tiap hari lagi!"

Meiska tertawa lepas. "Ya kali PMS tiap hari."

"Serius!" Raut wajah Zen berubah menjadi serius. "Skripsi gue aja pernah dilempar sambil dibilang gini 'kamu tuh niat ngerjain skripsi apa makalah!' gila nggak tuh?"

"Ya elo ngerjainnya nggak bener." Meiska terkekeh, ia kemudian mengecek ponselnya yang dari tadi berbunyi menandakan notifikasi masuk. Namun jemarinya terhenti saat Zen berkata, "besok gue mau ke tempat ayah."

Meiska terdiam, matanya panas mendengar kata 'ayah' disebut. "Lo ... mau ikut nggak?"

Meiska masih bergeming ditempat. Zen yang mulai mengerti suasana adiknya itu segera menambahkan ucapannya, "ya gue nggak maksa lo kok, ntar biar gue ke sana sendiri aja. Lagian besok lo sekolah."

"Iya." Meiska kemudian mengalihkan pikirannya pada grup Line yang sudah menunjukan 314 pesan. Dahi cewek itu mengkerut saat membaca nama grup itu. Alienx, nama grup tim basket Gharda.

  🌺  

Bukan sesuatu yang baru jika Rama datang dengan wajah penuh luka lebam dimana-mana. Kali ini, yang menjadi pusat perhatian adalah pelipis kanan cowok itu. Tidak sedikit dari mereka yang meringis melihat luka di pelipis kanan Rama dibiarkan terbuka begitu saja.

Rama berbelok masuk ke kelasnya dan langsung disambut oleh Sella, perempuan yang mengaku body goals padahal kurus ceking itu langsung bergelayut manja di tangan Rama. "Kamu kok gak bales chat aku sih, babe. Semalam jug- YA AMPUN! KAMU HABIS BERANTEM SAMA SIAPA?!" Suara nyaring Sella berhasil menyita perhatian penghuni kelas IPA 3.

Rama menghindari tangan Sella yang akan menyentuh dahinya membuat yang perempuan cemberut dan serta merta menyentakkan tangan Rama. "Kamu kenapa sih?!"

"Sel, mending lo balik ke kelas," kata Rama kalem kemudian melangkah menuju bangkunya.

Namun, bukan Sella namanya kalau ia mau menurut denga satu kali perintah tanpa bentakan. Perempuan itu malah mengekori Rama. "Jawab aku dulu Ram!"

Rama menatap Sella jengah, dia sedang tidak mau bermain drama dengan cewek itu. "Gue bilang, balik ke kelas lo sekarang!"

"Ram, kamu kenapa sih? Kok jadi jutek gini? Ram, aku tuh-"

"SELLA! LO DENGER GUE NGGAK SIH?! GUE BILANG BALIK KE KELAS LO SEKARANG!"

Dua orang itu semakin menjadi pusat perhatian saja bahkan siswa siswi yang awalnya hanya berniat lewat kini sudah berhenti dan melihat melalui jendela.

Sella tersenyum miring, cewek itu melangkah maju menghapus jaraknya dengan Rama lalu kedua tangannya melingkar ke leher Rama. "Barang buktinya, nggak cuma di flashdisk itu aja Ram, aku udah copy ke banyak tempat. Kamu tahu kan, aku ini pintar?"

Rama mendengus, mengalihkan pandangan. Tatapan laki-laki itu bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya ingin tahu, dia baru ingat dirinya belum menjelaskan apapun pada Meiska.

Tanpa Rama sadari, tahu-tahu Sella mencium pipi kanannya. Refleks Rama menoleh, menatap perempuan di depannya ini, takjub. Takjub akan keberanian dan tekadnya.

"Aku balik ke kelas sekarang ya? Kamu jangan macam-macam, oke?"

Rama mendengus. Dia berjalan lesu ke bangkunya dan menghempaskan tubuhnya ke kursi, di sampingnya Kokoh tersenyum menyerigai. "Tenang bro, gue bakal bantuin lo."

Rama menoleh ke samping kemudian menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti maksud Kokoh.

Kokoh menarik kursinya mendekat dan berbisik, "Meiska, gue udah bilang lo nggak ada apa-apa sama Bu Mira atau Sella." Kokoh nyengir lebar. "Gue juga bilang kalau lo tertarik sama dia."

"Kapan lo bilangnya?"

"Pagi ini, pas Meiska piket. Jenius kan gue?"

🌺

Begitu bel istirahat berbunyi, Rama segera berdiri dari kursi menghampiri bangku Meiska dan menarik paksa perempuan itu keluar. "Ram! Rama!"

"Ikut gue, gue mau jelasin sesuatu."

Meiska menunduk dalam saat melewati beberapa kelas. Meskipun beberapa dari mereka banyak yang belum keluar kelas tapi, tetap saja sosok Rama selalu mengundang perhatian. Terbukti dengan teriakan yang sempat didengar oleh Meiska. "Rama sama siapa itu, woy!"

Rama melepaskan tangan Meiska saat mereka sudah berada di taman belakang sekolah. Laki-laki itu menghadap Meiska yang membuang pandangan ke sembarang arah, perempuan di depannya ini mulai pucat. "Soal yang di UKS, lo ... tahu orangnya?"

Meiska terdiam. Rama mendengus kasar. "Meis! Jawab gue!"

Meiska tersentak kaget, tanpa mau melihat Rama, ragu-ragu Meiska menjawab, "Bu .. Mira?"

Rama menghela napasnya. Dia kemudian mengeluarkan suatu benda dari sakunya dan memberikannya pada Meiska. "Punya lo kan?"

Mata Meiska melebar. Itu jam tangan miliknya yang dia hilangkan tempo hari!

"Kok, bisa di elo?" tanya Meiska sambil menatap Rama.

"Jatuh di UKS."

Senyum Meiska mengembang sempurna. "Makasih, ya?" Dia kemudian mengamati wajah lebam Rama.

Merasa diperhatikan, Rama berdeham, laki-laki itu kemudian berkata, "kalau sampai ada gosip yang enggak-enggak, lo yang pertama gue cari!"

Meiska berdecak keras setelah Rama beranjak meninggalkannya. Bagaimana bisa tidak timbul gosip kalau Rama selalu merayu Bu Mira ditempat umum?

To be continue 🌺

Btw, aku post from the star di web tinlit.com dengan versi baru! Dan judul baru juga!

So, please bantu vote ya biar menang terus bisa dibukukan, amiin.

Kalian tinggal buat akun di tinlit.com terus cari cerita judulnya last choice. Setelah itu baca, tinggalin komentar, dan jangan lupa like ya!

 Setelah itu baca, tinggalin komentar, dan jangan lupa like ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang