Chapter ▪ 01

4.2K 307 185
                                    

Tepat pukul 7, hari senin, minggu pertama setelah UTS Rama terlambat. Sebenarnya sudah biasa, hanya saja hari ini kepala sekolah Gharda yang memberi petuah.

Rama berjalan tenang menuju barisan, beberapa adik kelasnya merasa terganggu dengan kehadiran cowok itu pun menoleh. "Apa lihat-lihat!" bentak Rama galak.

Di depan Pak Anta memberi petuahnya. "Sekolah kita ini adiwiyata. Sudah seharusnya kalian bisa mengemban gelar tersebut. Kalian harus bisa menjaga kebersihan."

Rama mendengus mendengarnya. Bukan apa-apa tapi yang dikatakan Pak Anta hanyalah omong kosong! Rama pernah melihat dengan kedua matanya kepala sekolahnya itu membuang putung rokok sembarangan.

Langkah Rama terhenti dibarisan kelasnya, XI IPA 3.

Karena laki-laki harus baris di depan maka, sambil mengikat dasi Rama menyelinap diantara teman-teman perempuannya, hingga menimbulkan kegaduhan.

"Rama apaan sih?!"

"Aduh!"

"Ini anak kebiasaan deh!"

"Yee biasa dong gak usah senggol-senggol, modus lo!"

Segala macam makian itu dibalas dengan senyuman tengilnya. Sampai ia berhenti di belakang seorang perempuan yang menunduk dalam.

Rama sangat mengenali perempuan itu dan dirinya sangat yakin bila perempuan itu tidak sedang baik-baik saja. Maka, saat Rama menyentuh pundaknya, tubuh mungil itu segera limbung ke depan.

"MEISKA!"

🌺

Meiska perlahan membuka matanya, kemudian tangannya bergerak menyentuh keningnya.

"Meis!"

Meiska menoleh ke samping, ada Fani di sana. "Lo nggak apa-apa?" Yang ditanya menggeleng lemah. "Elo sih! Lo pasti belum sarapan kan? Udah tahu punya maag, lo harusnya gak boleh ninggal sarapan. Mau seburu-buru apapun lo harus sarapan! Ngerti?"

Meiska tersenyum. Pagi ini dia memang melewatkan sarapannya karena takut terlambat.

"Untung tadi ada Rama."

Meiska mengernyit. "Rama?"

"Iya." Fani memutar matanya malas. "Orang yang kata lo menakutkan itu, nolongin lo tadi."

"Serius?"

"Iya! Lo tadi digendong sama dia, nggak pakai pikir panjang. Langsung dibawa gitu aja ke UKS. Bahkan gue ngira lo diculik tau nggak? Tiba-tiba lo digendong gitu aja, eh nggak tahunya lo pingsan."

Meiska bergeming. Detik kemudian yang ia lakukan adalah meremas rok abu-abunya.

🌺

Meiska bergerak gelisah dibangkunya. Berkali-kali dia tidak bisa menahan keinginannya untuk menoleh ke belakang, ke bangku pojok kelas hanya untuk menatap Rama yang kini tidur dilipatan tangannya.

"Kenapa sih?" tanya Fani yang tidak sengaja melihat pergerakan teman sebangkunya itu.

Meiska menghela napasnya kemudian ia kembali memperhatikan Pak Agus dan tepat saat itu Meiska melihat, Pak Agus melemparkan penghapus papan tulis ke arah belakang.

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang