Chapter ▪ 23

1.2K 101 12
                                    

Sella menarik napasnya dalam-dalam, matanya mulai berkunang-kunang karena terlalu lama menangis. Perempuan itu kini duduk di taman yang ada sebelum jalan besar. Sambil menunduk perempuan itu merapatkan jaketnya karena angin mulai berhembus.

"Sella?"

Suara lembut dari seseorang yang baru menghampirinya itu membuat Sella mendongak dan tersenyum lemah. "Halo Tante Siska."

Siska segera duduk di samping Sella sembari memeluk perempuan itu layaknya anak sendiri. "Kamu kenapa? Kok pucet gini."

Sella membuka mulutnya kemudian menutup lagi lalu yang terdengar hanya isak tangis perempuan itu serta badan yang gemetar. "Rama, Tante."

"Rama?" Siska mengulangi.

Sella mengangguk masih dengan sisa air matanya dia mulai bercerita. "Aku bodoh udah mau percaya sama dia. Aku-aku-"

Siska mengusap punggung Sella begitu tangis perempuan itu kembali pecah. "Cerita pelan-pelan, Nak."

"Rama punya vidio ku Tan." Suara Sella benar-benar bergetar. "Dia-dia maksa buat aku buka baj-"

Siska langsung memotong ucapan Sella. "Ssstt-ssst. Udah-udah, Tante tahu inti ceritanya."

Siska menghela napasnya berat. Dia kasihan dengan Sella yang berniat membantunya untuk membujuk Meiska agar mau bertemu dengannya beberapa hari yang lalu.

Sella sudah bercerita semua bagaimana dia bisa tahu kalau Siska adalah Ibu Meiska dan itu karena Rama yang menceritakan semuanya pada Sella. Kata Sella Rama sangat benci pada Meiska maka dari itu semenjak kehadirannya di sekolah Rama keuh-keuh tidak memberi tahu informasi keberadaan Meiska. Padahal Rama satu sekolah dengan Meiska dan kata Sella, Rama pernah bercerita mengenai apartemen Meiska tapi Sella lupa dimana letaknya. Maka dari itu Sella berniat membantu Siska dan Siska sangat bersyukur Sella menemuinya malam itu untuk menawarkan bantuan.

"Rama ... ngelarang aku buat nemui Meiska Tan, dan dia ngancam nyebarin vidio aku." Ucap Sella akhirnya hingga membuat Siska geram dengan perbuatan Rama.

"Kamu diam saja mulai sekarang, biar saya yang urus anak kurang ajar itu!"

🐥

Kokoh berjalan mondar-mandir sambil memegangi kepalanya yang pening. Bisma tampak sedang menghubungi seseorang sementara Rama diam, duduk dibangkunya dengan beberapa mata selalu mencuri pandang kearahnya.

Bisma menggeleng setelah beberapa menit berusaha menelpon. Kokoh dan Rama mendengus keras. Sampai beberapa saat kemudian orang yang berusaha dihubungi datang, dengan dua teman dikedua sisinya.

Itu Meiska, tengah berjalan diapit oleh Fani dan Manda.

Rama berdecak keras. Dia berjalan menghampiri Meiska dan menghadang tiga orang itu tepat di depan kelas. "Pulang sekarang, Meis!"

Meiska yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya. Warna hitam di bawah mata perempuan itu yang pertama membuat dada Rama seketika sesak. Karena keluarganya, Meiska harus menjadi korban. "Gue mau sekolah," katanya lemah.

Meiska hendak berjalan melewati Rama, namun tangan kekar cowok itu menahannya dan serta merta ditampis oleh Fani. Fani memberi peringatan melalui tatapannya dan dibalas Rama dengan helaan napas panjang. Dua orang itu berjalan menuju bangku mereka menyisakan Rama dan Manda.

Manda sebenarnya tidak berniat tersenyum tapi, cewek itu malah tersenyum kecut. Dia baru tahu tadi malam setelah menunggu lama di lobi apartemen Meiska bersama Fani. "Gue gak ada hak ikut campur sih, Ram. Tapi, gue sama Fani bisa kok jagain Meiska. Mendingan, lo urus dulu masalah lo sama Sella."

That GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang