Meiska masuk ke dalam kamarnya dengan kening berkerut. Dia kemudian duduk dikursi belajarnya sambil menopangkan dagu. Beberapa kali dia mendengus dan menghela napas berat berkat ucapan Rama kemarin.
"Ck!" Meiska mengelungkupkan wajah dibalik lipatan tangannya. "Orang itu maunya apasih?!"
Pintu kamar Meiska dibuka perlahan kemudian kepala Zen muncul dari sana. "Meis?" panggilnya lirih takut jika adiknya itu tertidur.
Meiska mengangkat kepalanya lalu menoleh pada Zen. "Kenapa, Bang?"
Zen melangkah masuk kemudian duduk di tepi kasur Meiska. Laki-laki itu tampak lelah, dia kemudian berdeham sebelum berkata, "lo yakin nggak mau ke tempat ayah?"
Meiska melengos, membuang mukanya kearah lain. "Harus banget ya?"
"Seenggaknya sekali Meis." Zen membuang napasnya berat. "Sekali aja, nanti gue gak akan minta lo datang lagi. Gue janji."
Meiska menyandarkan punggungnya ke kursi. Sambil menatap deretan buku pelajaran di depannya dia berkata, "nanti aku pikir-pikir lagi Bang."
"Meis, lo har-"
"Gue ada tugas Bang," katanya sembari mengambil buku paket matematikanya.
Zen menatap Meiska sedih, dia kemudian berdiri bermaksud untuk keluar tapi langkahnya terhenti saat dia ingat tujuan awalnya masuk ke kamar Meiska. "Lo mau makan nggak? Gue bawain McD, tuh."
🌺
Rama segera memakai headsetnya begitu mendengar suara perempuan asing di lantai bawah rumahnya. Laki-laki itu mengumpat saat lagu yang diputar melalui ponselnya adalah lagu dengan beat slow, sehingga detik itu dia bisa mendengar suara perempuan memekik memanggil nama ayahnya.
Rama segera mengganti lagunya, kali ini dengan volume paling tinggi. Mata laki-laki itu kini menatap langit-langit kamarnya. Rama memijat kepalanya saat bayangan foto yang diberikan Sella melintas dipikirannya. "Sial!"
Tiba-tiba saja dirinya merasa jijik. Sampai akhirnya pintu kamar Rama terbuka lebar dan menampilkan ayahnya yang berdiri tanpa mengenakan atasan. Rama melepas headsetnya kemudian menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah dia bertanya alasan kedatangan ayahnya.
"Tumben kamu langsung pulang?" tanya Anta sembari melangkah masuk.
Rama tidak menjawab. Dia justru menatap Anta bingung karena selama ini Anta sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Rama.
Anta yang berjalan sambil melihat isi kamar anaknya itu berhenti di depan jendela. Dia kemudian berkata, "Sabtu depan Kakek kamu mau ketemu."
Mata Rama membulat, tangannya terkepal dengan sendirinya. Ditambah lagi saat Anta berbalik dan tersenyum miring. "Papa tunggu kabar baiknya. Ingat! Papa mau posisi Papa kembali!"
Rama mendengus keras. Sebelum Rama membantah, dan berujung dia memukul Rama, Anta segera keluar dari kamar anaknya itu.
🌺
Rama menghela napasnya lelah saat melihat jam dinding yang dipasang di pos satpam samping gerbang sekolah. 6.29 artinya Rama terlambat 29 menit dan harus lari keliling lapangan sebanyak 29 kali.
Dia melangkah malas menuju lapangan dan benar saja dirinya segera disambut dengan cengiran diwajah-wajah anggota tim basket. Rama melempar ranselnya ke pinggir lapangan, samar-samar dia mendengar suara langkah kaki mendekat. "29 kali, kan?"
"30 kali," ucap Meiska membenarkan.
Rama mengernyit, dia akan protes namun Meiska lebih dulu menunjukkan jam yang melingkar ditangan kirinya. "30 kali, selesai dalam 15 menit terus langsung gabung sama yang lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
That Guy
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] Namanya Rama, kalian pasti ngeri kalau ketemu orangnya. || Copyright, 2019. Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic