Meiska menjulurkan kepalanya di kelas IPS 1. Perempuan itu hari ini, memiliki tugas untuk memberitahu informasi latihan yang akan diadakan besok setelah pulang sekolah kepada anggota basket yang tidak rapat kemarin. Sejauh ini semenjak dia berkeliling sekolah untuk menemui anggota basket dari pagi, total ada sembilan orang yang dia temui dan semuanya mengangguk setuju, mengiyakan.
Tinggal satu orang lagi, kakak kelasnya, yaitu Sandi. Meiska pernah satu ekstra kulikuler voli dengan laki-laki itu tapi Meiska memutuskan berhenti di bulan ketiga dengan alasan jadwalnya yang padat karena dulu Meiska adalah peserta lomba OSN yang mengharuskan dia ikut les sana-sini jadi, dia hanya sebatas tahu seorang Sandi.
"Sorry, Kak Sandinya ada nggak, Kak?" tanyanya pada seorang perempuan berkuncir kuda yang baru saja keluar dari kelas.
Perempuan itu menatap Meiska sejenak, dia kemudian menatap ke dalam kelasnya lalu menggeleng memberi jawaban bahwa orang yang dicari Meiska tidak ada di kelas. "Lagian, cari Sandi waktu istirahat ya jelas nggak ada. Waktu jam pelajaran aja belum tentu ikut."
Meiska tersenyum canggung, dia kemudian mengucapkan terima kasih dan bermaksud beranjak pergi namun, perempuan tadi kembali berkata, "coba ke warungnya Mak Tin deh, kalau benaran mau ketemu Sandi."
"Mak Tin?"
"Iya, warung yang di belakang sekolah itu. Kalau mau ke sana lewat lorong kantin belakang tapi, hati-hati ketahuan guru!"
Meiska mengangguk ragu lalu saat perempuan itu selesai membuang sampah dan masuk ke kelas, Meiska membalikkan badannya kemudian melirik jam dipergelangan tangannya. Tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel istirahat usai.
Setelah menimang keputusannya akhirnya Meiska memilih untuk menghampiri Sandi, toh ini juga bagian dari tugasnya.
🌺
Sepanjang perjalanan menuju warung Mak Tin, Meiska merasa seperti sedang dibuntuti oleh seseorang. Perempuan itu berkali-kali menoleh ke belakanh untuk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya. Baru saat dia keluar dari lorong sekolah, Meiska menghembuskan napasnya lega.
Ini pertama kalinya Meiska melanggar peraturan sekolah yang tingkatnya jauh lebih tinggi daripada lupa memakai dasi atau topi di hari senin.
Meiska menoleh ke ujung gang saat mendengar suara tawa menggelegar dari sana. Suara itu berasal dari sebuah warung dengan spanduk bertuliskan "Warung Mak Tin Spesialis Pecel Madiun".
Meiska melangkah mendekat, sejauh ini yang dia lihat hanya sekelompok laki-laki dengan kaki diangkat ke kursi dan bersenda gurau.
"Susu didiemin berhari-hari jadi yogurt, kalau chat didiemin berhari-hari tahu gak jadi apa?"
"Putus!"
"Salah!"
"Babi guling!"
"Salah! Babi guling dari mananya, Nyet?! Ayo dong! Masa gitu aja nggak bisa."
"Nyerah, ah, nyerah."
"Yakin nyerah?"
"Iye, buruan apa?"
"Kalau chat didiemin berhari-hari jadi, you know its hurt."
Tawa para laki-laki di sana segera membahana mendengar lawakan dari salah satu dari mereka. Semua baru terdiam saat si pemilik warung -Mak Tin- tiba-tiba saja berbicara dengan lantang. "ITU SIAPA LAGI ITU, YANG NGGAK BALAS CHAT PACARNYA. SAMPAI DISAMPERIN, NOH!"

KAMU SEDANG MEMBACA
That Guy
Novela Juvenil[ C o m p l e t e ] Namanya Rama, kalian pasti ngeri kalau ketemu orangnya. || Copyright, 2019. Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic