D

2.5K 292 30
                                    


Gabriel menghela napas sebelum memutuskan melangkahkan kaki mendekati pintu putih besar dari kayu jati itu. Tangannya seolah kehilangan tulang saat berniat menggerakkan untuk mengetuk pintu. Namun sepertinya pintu itu tahu ada seseorang di depannya, tiba-tiba saja pintu itu terbuka bahkan sebelum tangan Gabriel menyentuhnya. Seorang wanita di umur pertengahan 70an sudah berdiri di balik pintu, menyambut mereka dengan senyum di wajahnya. Tubuhnya yang terbalut kebaya tradisional dengan kain tenun asli terlihat tegap, dagunya sedikit terangkat ke atas, menegaskan kasta tertinggi yang ia punya.

"Malem Oma," sapa Gabriel sambil memaksakan seulas senyum di wajahnya. Wanita itu maju selangkah dan memeluk cucunya dengan gerakan yang sedikit kaku, bukan karena pelukannya tak tulus, namun lebih pada image yang harus ia jaga, terutama di depan puluhan asisten rumah tangga dan kolega bisnis yang ia undang ke istananya hari ini.

"This is it, our precious Prince, Gabriel Anderson Alexander Dimitry." Tiba-tiba saja sudah berdiri lelaki berusia tak jauh dari wanita yang baru saja memeluk Gabriel itu.

"Night, Opa"sapa Gabriel menyadari kakeknya yang tengah menyambutnya dengan nada suara renyah dan senyum penuh kebanggaan. Lelaki kelahiran Jerman itu langsung menarik tubuh Gabriel dalam pelukannya dan memeluk tubuh itu erat-erat.

"Ayo masuk, Oma udah masak udang asam manis kesukaan kamu." Gabriel lagi-lagi memaksakan senyum tergambar di wajahnya. Ia menurut ketika tangan keriput namun sehalus sutera itu menarik tangannya memasuki rumah megah yang menjadi momok baginya selama ini.

Kedua orang itu berjalan begitu saja dengan angkuhnya, meninggalkan satu orang lagi yang berdiri canggung tanpa berani mengangkat kepala. Setelah mereka hilang dari pandangan, lelaki itu baru berani bergerak. Ia menghela napasnya jengah. Selalu saja, dirinya tidak pernah dianggap dalam keluarganya ini. Sekeras apa pun ia mencoba untuk menarik perhatian keluarganya, hanya Gabriel yang akan dipandang, bukan dirinya. Mungkin mereka bahkan lupa jika Gabriel kembar, padahal wajah mereka hampir sama persis!

"L! We miss you so much!" teriak seorang gadis dan langsung berhambur memeluk Gabriel erat-erat diikuti beberapa gadis lain. Gabriel sampai harus mundur beberapa langkah dan berpegangan pada kursi di sampingnya untuk menyeimbangkan tubuhnya yang kewalahan menahan berat tubuh gadis-gadis yang tengah memeluknya. Lagi-lagi Nathan menghela napas berat, tidak ada satu pun yang menyadari keberadaannya, atau mereka menyadarinya, hanya saja mereka tidak peduli? Entahlah, semua terlihat sama saja di mata Nathan. Dia tetap diacuhkan.

"Enough Ladies. Pangeran kita punya tamu-tamu penting yang harus dia temui." Seseorang menginterupsi, bahkan menarik Gabriel dari pelukan gadis-gadis bar-bar itu. Gabriel menghela napas lega setelah terbebas dari mereka semua. Dia bahkan kesulitan merapikan pakaian dan dandanannya yang sudah terlanjur diacak-acak oleh mereka.

Gabriel melirik sekilas lelaki yang baru saja menyelamatkannya dari singa-singa buas itu. Damian, adik kandung papanya, Direktur Utama di perusahaan yang sebentar lagi akan ia pimpin. Lelaki itu langsung menggiring Gabriel ke tengah ruangan di mana puluhan pasang mata tengah menatapnya dengan tatapan ingin tahu yang sangat kentara. Oma, satu-satunya wajah Asia yang bisa ia temui dalam perkumpulan ini, berdiri dengan angkuhnya di samping sang suami sambil sesekali menyunggingkan senyum yang seolah sudut tarikannya telah diukur dengan sebegitu presisi dan akurat.

"Om, tampilan L gak banget nih," bisik Gabriel pada lelaki di sampingnya yang langsung dijawab dengan tawa renyah yang begitu bersahabat.

"It' ok. Seperti apa pun tampilanmu, mereka akan tetap menghormatimu. Karena kamu adalah kamu." Gabriel memutar kepalanya jengah. Tentu saja orang-orang itu akan tetap menghormatinya. Dengan sekali sentuhan saja Gabriel bisa menghancurkan mereka, bukan karena kekuasaannya, namun karena otaknya yang lebih dari sekedar jenius untuk merencanakan strategi yang bahkan tak akan pernah bisa dipikirkan oleh pengusaha kelas dunia.

Nathaniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang