"Kalian gila! Bener-bener gila. Wajah gue sama L gak seidentik itu. Suara kita juga beda. Orang-orang pasti bisa bedain mana gue dan mana L." Nathan baru menyadari ada yang berbeda dari wajahnya dan Gabriel ketika ia melihat video presentasi Gabriel.
"Kalo kalian berdua bareng. Tapi kalo sendiri-sendiri, dengan style yang sama, orang-orang gak bakal bisa bedain kalian." Max, Sam dan Nathan menatap ke arah pintu ruang kerja Nathan yang tiba-tiba terbuka, menampilkan Stevan dan Bryan yang berjalan berduaan dengan tangan Stevan melingkar posesif di pinggang Bryan.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Nathan bingung, begitu juga dengan Max dan Sam. Stevan langsung menarik satu kursi dan memposisikannya tepat di hadapan Nathan kemudian duduk di sana. Tangannya menarik tangan Bryan dengan lembut, membawa lelaki cantik itu ke dalam pangkuannya.
"Gue punya feeling kalo lo lagi butuh bantuan kita." Bryan berkata dengan santai, sesekali mengecup pipi Stevan penuh cinta. Selesai dengan Stevan, Bryan mengeluarkan map berisi puluhan lembar kertas dan meletakkannya di hadapan Nathan.
"Tenang. Kita bakal bantuin lo. Sekarang yang penting lo pelajari materi rapat lo nanti. Semua itu dokumen tambahan yang L minta sama kita buat siapin."
Nathan mengangguk patuh. Tangannya meraih tumpukan kertas di hadapannya dan membuka satu per satu halaman yang ada di sana. Kerutan di dahi Nathan terlihat semakin dalam seiring dengan tangannya yang membuka lembar demi lembar kertas yang ada di sana.
"Ini apaan, sih? Kok isinya cuman coret-coretan kayak gini?"
Max dan Bryan saling pandang. Kerutan di kening mereka juga tergambar jelas meskipun alasannya berbeda dengan kerutan di dahi Nathan. Mereka berdeham pelan, sesekali menggaruk tengkuk, bingung bagaimana menjelaskannya.
"Lo beneran gak tau apa lagi nguji kita, nih?" tanya Bryan ragu-ragu. Dia hanya memastikan, siapa tahu Nathan sedang bercanda, tapi orang seperti Nathan mustahil bercanda, 'kan?
"Maksudnya?" Bryan tanpa sadar mengumpat pelan. Bagaimana bisa laki-laki di hadapannya ini tidak tahu tentang saudara kembarnya sendiri?
"Emang kayak gitu itu cara kerja Gabriel. Dia gak pernah bikin presentasi kalo mau rapat. Gak pernah nyiapin power point atau naskah yang bakal dibaca pas rapat. Ya cuman kertas-kertas kayak gitu aja. Itu juga gak bakal dibawa pas rapat. Dia selalu rapat dengan tangan kosong, di mana pun, kapan pun, dalam situasi kayak gimana pun."
Nathan terdiam, setengah tercengang dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui ini. Kepalanya perlahan mendongak, membayangkan Gabriel yang tertidur damai di atas tempat tidur dengan segala alat penunjang yang menempel di tubuhnya. Tanpa sadar Nathan menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, nyatanya dia tidak mengenal saudara kembarnya sendiri.
"Kalo ada yang lo gak paham. Lo bisa tanya langsung ke gue, atau ke Max. Kita bakal kasih tau lo semua yang kita tau tentang Gabriel. Tapi, waktu kita gak banyak. Seriusan gak banyak, jadi lo harus pahami semua itu secepat mungkin."
Perlahan, Nathan menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Tawanya berderai, semakin lama semakin kencang, berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang kosong. Tiba-tiba Nathan berdiri, meraih jaket yang dia tanggalkan begitu saja di sofa dan berjalan ke luar ruangan tanpa mengatakan apa pun pada Max dan Bryan.
"Dia marah?" tanya Bryan polos. Max yang sedari tadi hanya bisa diam perlahan menggeleng pelan. Sejujurnya, dia juga tidak tahu apa yang ada di pikiran dan hati saudara kembar bossnya itu.
"Beib, you know what you've to do, right?" Stevan menghela napas panjang kemudian mencium Bryan dengan sangat panas sebelum mengangkat tubuh Bryan dan memindahkannya untuk duduk di kursi yang dia pakai sementara dirinya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✔
Teen FictionDia Nathaniel, laki-laki yang akan melakuan apapun untuk Gabriel Dia Nathaniel, laki-laki yang akan berkorban apapun untuk Gabriel Dia Nathaniel, satu-satunya alasan Gabriel ada di dunia ini Apa yang membuat Nathaniel bertahan di dunia ini? Gabriel ...